共有

Bab. 61

作者: Layli Dinata
last update 最終更新日: 2025-11-11 23:48:30

Bahkan belum sempat menutup pintu rapat ketika Elvaro langsung menariknya ke dalam pelukan.

Pelukan itu erat, hangat, dan entah mengapa membuat dada Yara terasa sesak.

“Mas…” bisiknya pelan, tapi Elvaro justru semakin mengeratkan pelukannya.

Seolah takut kalau Yara akan pergi atau menghilang.

“Jangan jauhin aku lagi,” suara Elvaro terdengar berat di dekat telinganya. “Kamu tahu nggak, aku hampir gila waktu kamu nggak ceria lagi.”

Yara memejamkan mata, menikmati debar sekaligus rasa bersalah yang bercampur di dadanya. Tangannya terangkat, ragu-ragu, sebelum akhirnya membalas pelukan itu perlahan.

“Aku cuma butuh waktu buat mikir, Mas. Aku capek, semuanya berasa campur aduk.”

Elvaro menjauh sedikit, kedua tangannya menangkup pipi Yara. Tatapan matanya dalam, tajam, tapi penuh kerinduan.

“Kamu nggak perlu mikir sendirian, Sayang. Aku di sini. Aku selalu di sini.”

Yara menatap balik, matanya bergetar. “Mas, kita nggak bisa terus begini. Aku takut, takut semuanya kebongkar.”

“Terserah duni
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 72

    Yara dan Arunika baru saja membilas wajahnya dengan air. Mereka duduk di sofa dekat jendela kamar Yara. Ingin menghabiskan malam ini dengan cerita panjang dan marathon drama Korea.Elvaro?Pria itu tampak frustasi di kamar tamu. Sejak tadi mengirimkan pesan pada Yara, tentang kondisi Arunika yang masih betah perawatan wajah sambil menonton drama di sofanya. Yara yakin, Elvaro sedang tantrum di kamarnya.“Sibuk amat itu ponsel. Dari siapa, sih?” tanya Arunika, berusaha mengintip, tetapi Yara buru-buru menyembunyikannya. “Dih, sok main rahasia-rahasiaan. Bagi lihat, gak!”“Gak boleh, Runi! Ini dari Alin, temanku di klinik, dia lagi curhat tentang cowoknya,” dusta Yara, tak ingin Arunika terus mendesak minta diperlihatkan.Tentu ini akan membuat rahasianya terbongkar. Sebenarnya ia juga sudah lelah karena main kucing-kucingan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Ia berusaha untuk mencari timing yang tepat.“Emang kenapa, sih, Yar? Perasaan dari dulu kamu jadi konsultan asmara orang, sementar

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 71

    Ruang makan rumah Yara malam itu terasa lebih hangat dari biasanya. Lampu gantung menyala lembut, aroma rendang dan sup hangat menyebar dari dapur, dan suara gelak tawa Deva mengalun pelan dari kursi ujung meja.Yara turun dari lantai dua, sudah berganti pakaian—blouse pastel sederhana dan jeans bersih. Tapi, tangan dan dadanya dingin.Karena tamu yang akan datang bukan tamu sembarangan.Tak lama, suara mobil berhenti di depan rumah.Arunika masuk duluan.“Om, Tante!” serunya ceria. Lalu menyerahkan parcel buah pada Deva.“Pake segala repot-repot,” ucap Deva menerima buah tangan dari Arunika.“Gak repot, kok.”Elvaro berdiri dengan tenang, menerima jabatan tangan Shandy.“Pake bawa buah tangan segala,” ucap Shandy.Elvaro mengedarkan pandangan.Dengan kemeja hitam yang digulung di lengan, aroma parfumnya ikut menyelinap masuk seperti suatu bentuk intimidasi pribadi.Tatapan Yara dan Elvaro beradu sepersekian detik.Cukup.Pusat gempa terjadi di perut Yara.“Pak Elvaro, silakan masuk,”

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 70

    Pagi itu rumah Yara terasa lebih riuh dari biasanya. Meysa sudah sibuk mondar-mandir sambil membawa kamera, sementara Deva berkali-kali mengecek dasinya di cermin. Shandy… sudah siap dari jam enam, padahal wisuda baru mulai jam sembilan.Yara turun dari tangga dengan kebaya pastel lembut yang sudah diperbaiki ukurannya. Bagian dada masih terasa sedikit pres, tapi setidaknya ia bisa bernapas normal sekarang.“Kak Yara, cantik banget,” komentar Meysa sambil memotret tanpa izin.“Udah, ah. Malu,” Yara meringis, merapikan selendangnya.Shandy tersenyum bangga. “Anak Papa makin besar, makin mirip Mamanya.”Ucapan itu membuat Yara terdiam sejenak. Ada rasa hangat sekaligus ngilu di dada, tapi ia tersenyum. “Ayo, Pa. Nanti telat.”Semua bersiap menuju mobil. Yara masih deg-degan. Tangannya terus saling meremas.“Pa, cepetan dikit,” pinta Deva yang justru tidak sabar.“Iya. Sabar, gak bakal macet kok, tenang.”---Area kampus sudah penuh orang. Bunga, boneka beruang, balon, dan pita warna war

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 69

    jalan pulang, Elvaro berubah jadi ABG ngambek—diam, tatapannya lurus ke depan, tangan di setir tapi rahangnya mengeras. Dari samping, Yara melirik, menahan senyum melihat betapa jelas mood swing itu terpampang di wajah kekasihnya sendiri.“Mas… jangan diam gitu dong,” ucap Yara pelan, mencoba menggoyang lengan Elvaro.Elvaro cuma menghela napas pendek. “Kita baru mau mulai yang enak, tiba-tiba Papa kamu telepon.”Yara nyengir kecil. “Namanya juga mau ada acara, Mas. Papa manggil ya harus pulang.”Tak ada respons. Elvaro tetap pura-pura fokus pada jalan, padahal telinganya jelas mendengarkan.Saat mobil berhenti di lampu merah, Yara mengambil kesempatan. Ia bersandar lebih dekat, tangan kecilnya menyentuh rahang Elvaro yang tegang.“Mas,” bisiknya.Elvaro menoleh sedikit, alis terangkat.Yara langsung mencium bibirnya duluan—cepat, lembut, tapi cukup bikin Elvaro terdiam beberapa detik. Saat Yara menjauh lagi, wajahnya memerah.“Biar Mas nggak ngambek,” katanya malu-malu.Elvaro menge

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 68

    Yara bangkit dari sofa, nyaris menjatuhkan minumannya saking gugup. Ia berjalan pelan, seperti orang yang sedang memasuki museum penuh barang mahal yang tidak boleh disentuh.“Mas… ini seriusan milik kamu? Atau kamu cuma… apa ini properti kantor? Atau punya temanmu? Jangan bilang kamu sewa, ya? Mas, jawab dulu!”Elvaro bersandar di sandaran sofa, satu tangan terlipat di dada, ekspresi puas melihat kekasihnya kebingungan setengah mati.“Yara, kalo ini sewa, mas gak bakal hapal sandinya.”Yara melotot. “Kamu Hapal!? Kamu beli!? Mas… kamu BENARAN beli!?”Ia langsung berkeliling ke area ruang tamu, melihat karpet, TV besar yang masih terbungkus plastik setengah, bahkan aromanya masih aroma furniture baru.Langkah Yara memelan ketika ia mencapai area dapur. Dapur itu… mewah.Me-waah.Ada kompor induksi yang mengkilap, kulkas besar dua pintu, dan meja island putih marmer yang membuat Yara ingin menangis karena ini terlalu “kehidupan orang kaya”.“Mas…” suaranya lirih tapi penuh panik, “ini

  • Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab. 67

    Lift berhenti dengan bunyi ting lembut ketika mencapai lantai 12. Elvaro berjalan lebih dulu, sementara Yara mengikutinya dengan langkah gugup, matanya menelusuri lorong apartemen yang sunyi dan masih berbau cat baru.Jantungnya makin kencang.“Mas… ini lantai berapa sih?” Yara menoleh ke tanda angka digital di dinding.“Dua belas?” gumamnya sendiri.Elvaro tidak menjawab. Ia hanya menggenggam tangan Yara lebih erat, seolah takut gadis itu kabur ketika mengetahui sesuatu. Yara menelan ludah—semakin tidak paham.Kenapa harus genggam tangan seerat itu?Kenapa semakin dekat mereka ke ujung lorong, langkah Elvaro makin mantap?Dan kenapa Yara merasa seperti sedang dibawa ke plot twist hidupnya?Elvaro berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna hitam matte, sangat berbeda dari pintu-pintu lain yang cenderung biasa saja. Yara memicing curiga.“Mas… ini rumahnya siapa?”Tetap tidak ada jawaban.Yang ada, Elvaro merogoh sakunya, mengambil kartu akses, lalu menempelkan kartu itu ke panel pi

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status