Share

Terjerat Pesona Sahabat Suamiku
Terjerat Pesona Sahabat Suamiku
Penulis: Rich Mama

BAB 1

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-15 00:03:45

“Stop, Max! Berhenti! Seharusnya Chris yang menemaniku untuk makan malam!”

Dalam keadaan mabuk, Laura Kiehl mendorong dada bidang milik Max Holligan—sahabatnya bersama sang suami sekaligus bos mereka di tempat kerja.

Napas Laura terasa berat, matanya sayu, dan rambut hitamnya menjuntai tidak karuan menutupi sebagian wajahnya.

Ia berdiri di kamar hotel mewah, hanya mengenakan dress satin tipis berwarna merah marun yang begitu menggoda. Bahunya terbuka, kaki jenjangnya terekspos, dan aroma parfum vanila amber memabukkan ruangan.

Max tidak berniat bergerak dari posisinya yang telah berdiri sangat dekat dengan tubuh Laura. Pria itu menatap sang wanita dengan senyum tipis di wajah tampannya. Senyum yang membuat napas Laura semakin tidak beraturan.

“Kenapa menunggu seseorang yang bahkan tak mau datang, hm?” Suara Max berat dan rendah, membuat dada Laura bergetar.

Laura menggeleng pelan. “Kau bohong. Surat itu ... aku pikir dari Chris,” bisik Laura dengan lirih penuh sesal.

Di hari jadi pernikahannya yang ketiga tahun, Laura mendapatkan sebuah surat bersampul putih dengan tulisan tangan rapi. Surat itu berisi sebuah ajakan makan malam romantis di kamar hotel yang telah dipesan khusus untuk berdua.

Akan tetapi, hingga hampir tengah malam, Chris tak muncul. Di saat Laura sudah mabuk karena menenggak minuman terlalu banyak, tiba-tiba pintu kamar hotel dibuka dari luar.

Laura mengira bahwa yang datang adalah suaminya. Nyatanya ia salah, yang datang justru Max dan kini semuanya sudah terlambat.

Laura kini mengerti jika surat tersebut adalah sebuah jebakan dari Max—cinta pertamanya yang dulu diam-diam pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan.

“Aku tidak pernah membohongimu Laura,” bisik Max semakin mendekatkan tubuhnya pada Laura yang mulai goyah. “Dan aku tahu kau sengaja mengenakan pakaian ini untuk menggoda.”

Laura mundur satu langkah. Tangannya berusaha menahan tubuh Max yang kian mendekat, tapi tenaga dan pikirannya sudah tumpul karena wine mahal yang ia teguk sejak tadi. “Kau sahabat Chris! Kita tak boleh begini.”

Max berhenti, kini tubuhnya menghimpit Laura di dinding kamar. Matanya yang dalam memerangkap tatapan wanita itu. “Aku juga lelaki yang mencintaimu lebih dulu, Laura. Bukan dia!”

Laura menggeleng. “Tidak. Kamu gila, Max!”

“Ya, aku memang gila,” bisik Max, lalu menunduk, bibirnya menyentuh pundak Laura sekilas. “Tapi aku tidak bisa diam lagi. Aku lelah melihatmu pura-pura bahagia.”

“Max, jangan! Aku mohon,” desah Laura, tubuhnya bergetar. Tapi saat jemari Max menyentuh lengannya perlahan lalu naik menyentuh tengkuknya, ia menggigit bibir sendiri. Otaknya menolak, tapi tubuhnya merespons lain.

“Sudah berapa lama Chris tidak menyentuhmu, Laura?” bisik Max di telinganya. “Tiga bulan? Enam bulan?”

Kedua mata Laura membelalak. Hatinya remuk. Bagaimana Max bisa tahu?

Chris memang berubah. Sejak posisinya di perusahaan Max naik, ia selalu pulang larut malam, tidur lebih cepat, dan sering kali menghindari tatapan Laura. Ia merasa diabaikan, bahkan di malam perayaan pernikahan mereka saat ini.

“Aku tidak tahu apa yang kau katakan, Max?!” bentak Laura. Ia terisak pelan.

“Oh, ya?” balas Max dengan senyum miring. “Bibirmu menolak, tapi tubuhmu berkata lain.”

Laura hendak menjawab, tapi bibir Max sudah menekannya. Lembut namun dalam. Menariknya kembali pada masa lalu yang belum benar-benar selesai.

Laura ingin mendorong Max dan menjauhkan dirinya, tapi tubuhnya lemas. Ia gemetar, dirinya tak bisa berpaling.

Bahkan ketika tangan Max melingkar di pinggangnya, Laura tidak menolak. Justru tanpa sadar, jemarinya melingkar di leher Max, menariknya lebih dekat.

Air mata mengalir di sudut matanya saat Max membaringkannya di atas ranjang.

Suasana menjadi sunyi.

Hanya ada desahan tertahan, napas yang tersengal, dan suara hati yang bergemuruh.

Max memperlakukannya begitu lembut namun penuh hasrat yang seolah sudah terpendam bertahun-tahun lamanya.

Setiap kali bibir mereka bersentuhan, hati Laura seperti terbakar rasa bersalah. Akan tetapi, di waktu yang sama hatinya juga dibanjiri kehangatan yang telah lama ia rindukan.

Laura tidak pernah membayangkan akan mengkhianati Chris, tapi malam itu ia tak lagi mengenali dirinya sendiri.

Keesokan harinya, di saat sinar matahari menembus celah tirai dan jatuh tepat di wajah Laura, wanita itu mengerang pelan. Ia menggeliat lalu membuka mata perlahan.

Kepalanya berat, tapi yang lebih mengejutkan adalah tubuhnya yang tanpa sehelai benang. Selimut putih menutupi sebagian tubuhnya dan lengan kekar Max melingkar di pinggangnya.

Jantungnya berdebar kencang.

“Astaga!” bisiknya pelan, memukul kening dengan tangan kanannya.

Semua yang terjadi bukanlah mimpi.

Laura mencoba bergerak perlahan, menghindar dari pelukan Max.

Akan tetapi, pria itu justru terbangun. Max mengerjap pelan, lalu menarik Laura kembali ke dadanya.

“Ada apa, Sayang?” gumam Max dengan suara serak masih mengantuk.

Laura menepis tangannya panik. “Lepas, Max! Aku harus pulang sekarang!”

Max membuka mata sepenuhnya.

“Tenang, Laura. Ini masih pagi,” ucapnya sambil membelai pipi mulus milik Laura.

“Kamu gila, Max! Aku tidak boleh ada di sini. Ini salah besar.”

Laura bangkit dari ranjang, mengambil pakaian dalam buru-buru lalu mengenakan gaunnya kembali. Tangannya gemetar. Ia bahkan sempat kehilangan sebelah anting.

Max duduk di pinggir ranjang, tak beranjak. “Aku tahu kau takut, tapi semalam kita sama-sama jujur Laura. Bahkan kau begitu menikmatinya.”

Laura tak menjawab. Matanya merah. Ia hanya memungut clutch-nya, lalu bergegas keluar kamar meninggalkan Max yang masih menatap punggungnya dengan senyum rumit. Penuh kemenangan sekaligus luka.

Beberapa menit kemudian, Laura menginjakkan kaki dengan napas berat. Jantungnya seperti hendak meledak. Ia menuruni taksi dengan cepat, mengintip jam tangan yang menunjukkan hampir pukul sembilan pagi.

Laura berlari memasuki halaman rumahnya, namun tak sengaja kakinya terpeleset hingga terjatuh.

“Augh! Sakit!” ringisnya pelan, namun Laura mencoba mengabaikan luka pada lututnya tersebut.

Saat memasuki rumah, suasana terlalu hening. Tak seperti biasanya atau mungkin hanya prasangkanya saja. Dia berpikir jika Chris pasti sudah pergi ke kantor seperti biasanya.

Langkahnya pelan menaiki anak tangga, mendekati kamar tidur mereka di lantai dua.

Tapi sebelum tangannya menyentuh gagang pintu...

Klik.

Pintu terbuka dari dalam.

Di sana, Chris berdiri. Mengenakan kemeja putih bersih, jam tangan hitam kesayangannya, dan ekspresi wajah yang tidak bisa dibaca.

Mata mereka bertemu. Napas Laura tercekat.

Chris menatap Laura dari ujung kepala sampai kaki. Ia melihat rambut istrinya masih sedikit berantakan. Bibirnya pucat. Gaunnya kusut.

Tanpa tersenyum, pria itu berkata pelan dan datar namun menusuk.

“Dari mana saja, Laura?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
CitraAurora
lnjut kak seru
goodnovel comment avatar
Aira Tsuraya
lanjut.....
goodnovel comment avatar
Ute Glider
aduh deg degan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 66

    Aroma bawang putih tumis yang baru saja masuk ke minyak panas memenuhi dapur sederhana rumah Armand. Cahaya matahari pagi masuk dari jendela, menimpa wajah Laura yang tengah sibuk memotong sayur. Tangan mungilnya bergerak hati-hati, sesekali berhenti untuk memastikan potongannya rapi.Ia ingin membuktikan sesuatu, bahwa ia tidak hanya menumpang, tapi juga bisa berguna. Laura tahu betul, kehadirannya di rumah ini hanyalah sementara. Ia mengulang itu berkali-kali di dalam hati. “Kalau aku bisa membantu, mungkin Tante Ratna akan sedikit lebih hangat,” ujar Laura lirih.Namun sejak ia bangun subuh tadi, Ratna hanya menatapnya datar, dingin seperti biasa. Ratna sibuk mengatur piring dan sendok, tapi sesekali menoleh ke arah Laura dengan sorot mata yang sulit dibaca.“Jangan potong terlalu besar,” suara Ratna terdengar pelan, tapi menusuk.“Iya, Tante,” jawab Laura cepat. Ia tersenyum kecil, berusaha menahan rasa kikuk.Dapur pagi itu hening, hanya ada suara pisau dan wajan yang sesekali b

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 65

    Laura menatap bayangan dirinya di cermin kamar rumah Armand. Rambutnya yang dulu sering dipuji Chris karena lembut dan wangi, kini tampak kusut dan kusam. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas, tanda betapa sedikitnya tidur yang ia dapat dalam beberapa malam terakhir.“Apakah aku benar-benar seburuk ini sekarang?” bisiknya pada pantulan wajahnya sendiri.Ada getaran getir di suaranya. Laura teringat bagaimana dulu, setiap kali ia merasa lelah, Chris selalu menyentuh pipinya lembut dan berkata, “Kamu tetap cantik bagiku.” Tapi kalimat itu kini terasa seperti dusta paling pahit.Ketukan pelan di pintu membuatnya terlonjak.“Laura, ini aku.” Suara Max.Laura buru-buru menyeka pipinya yang basah, lalu berusaha menenangkan nada suaranya. “Masuklah.”Pintu terbuka, dan Max melangkah masuk dengan langkah tegas khasnya. Ia membawa sebuah nampan berisi teh hangat dan roti tawar. “Paman menyuruhku memastikan kau sarapan.”Laura memaksa tersenyum, meski hatinya enggan menatap langsung

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 64

    Laura menunduk, jari-jarinya meremas rok yang dipakainya. “Aku tidak bisa lagi, Max. Aku berusaha menutup mata, berusaha percaya, tapi kenyataan terlalu jelas.”Ia berhenti sejenak, menelan ludah, lalu menatap ke luar jendela lagi. “Chris dia bersama Kirana. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Aku memergoki mereka tengah bercinta di kamar tamu di saat aku sedang sakit.”Tangis Laura pecah. Ia masih teringat akan pengkhianatan itu.Max merasakan sesuatu yang aneh dalam dadanya. Bagian dirinya ingin merayakan kabar itu, leganya luar biasa. Laura akhirnya tahu. Laura akhirnya akan lepas dari Chris. Namun, bagian lain justru diliputi kegelisahan. Laura pasti sangat hancur. Dan jika Laura tidak tinggal di rumah Chris, di mana sekarang ia tinggal? Laura melanjutkan dengan suara bergetar. “Untung saja ada Paman Armand. Dia menolongku. Membukakan pintunya agar aku tempati.”Max meremas setir kuat-kuat. Nama itu membuatnya sedikit lega, sedikit tidak. Ia tahu Armand cukup bisa dipercay

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 63

    Tiga hari telah berlalu.Langit Valmerra tampak kelabu. Awan menggantung rendah seperti menggambarkan isi hati Laura. Meski tubuhnya mulai membaik, pikirannya tidak. Ada ruang kosong yang semakin menganga antara dirinya dan Chris, tapi anehnya, yang membuat hatinya gelisah justru Max—bos dingin yang selalu tahu cara membuatnya merasa dilihat.Suara gemericik hujan menyambut langkah Laura saat ia keluar dari mobil taksi.Tubuhnya masih sedikit lemah, tapi ia tetap memaksakan diri untuk kembali bekerja. Di dalam tasnya, surat dokter sudah ia siapkan, hanya sebagai formalitas.Lorong menuju lift sepi. Hanya suara hak sepatu menyentuh lantai marmer yang terdengar. Saat tiba di meja kerjanya, sesuatu membuat langkahnya terhenti.Botol kaca bening. Dingin. Diletakkan rapi di sisi meja.Cairannya merah tua, agak pekat. Aroma samar jahe, sereh, dan kayu manis langsung menyelinap ke hidung. Bukan aroma sembarangan. Ini minuman yang ia sukai sejak dulu dan hanya sedikit orang yang tahu.Chris?

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 62

    Laura membuka mata dengan berat. Pandangannya samar, cahaya lampu berpendar tipis di langit-langit sebuah kamar asing. Ia meraba sekeliling, mendapati tubuhnya berbaring di ranjang empuk dengan selimut hangat menutupi sebagian tubuh. Aroma obat gosok samar menempel di kulitnya, membuatnya sadar kalau seseorang telah merawatnya. Suara kursi digeser terdengar. Lalu sebuah suara berat dan lembut memanggil. “Laura, apa yang terjadi kepadamu?” Laura menoleh perlahan. Di sana, seorang pria berusia lima puluhan dengan wajah teduh dan rambut yang mulai memutih duduk di kursi. Sorot matanya penuh khawatir. Itu pamannya. “Paman ...,” sapa Laura dengan suara serak, hampir pecah. Armand mencondongkan tubuh, menggenggam tangan keponakannya dengan hangat. “Kamu bikin paman khawatir. Tadi paman pulang dari kantor dan melihat kamu pingsan di jalan. Badanmu basah kuyup.” Laura menahan isak. Air matanya mendesak keluar, tapi ia berusaha kuat. Namun tatapan teduh pamannya membuat benteng yang i

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 61

    Langkah kaki Laura terasa berat saat ia memasuki area pemakaman. Tubuhnya masih lemah, wajah pucat, sisa infus di tangannya meninggalkan bekas lebam. Napasnya pendek-pendek, tapi hatinya jauh lebih sesak daripada dadanya yang terasa tertekan. Hari itu langit mendung. Daun-daun bergoyang diterpa angin, seakan ikut berduka. Namun di antara kerumunan orang yang berpakaian hitam, Laura segera menyadari sesuatu yang menyesakkan. Chris tidak ada di sana. Padahal tadi Laura pulang dulu ke rumah untuk berganti pakaian. Ia pikir Chris lebih dulu datang di sana. Hati Laura berdenyut, bukan karena kaget, tapi kecewa. Sedalam itu ternyata ketidakpedulian Chris terhadap keluarganya sendiri. Di tepi liang lahat, Miranda berdiri angkuh dengan payung hitam. Tatapannya tajam saat menyadari Laura mendekat. “Apa yang kau lakukan di sini?” ucap Miranda tajam. Suaranya terdengar dingin dan menusuk. Laura terdiam, berusaha menahan diri. “Aku hanya ingin memberikan penghormatan terakhir untuk Nenek.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status