Terlahir Kembali, Aku Tidak Lagi Memilihnya

Aku menaruh foto Chris Ciputra di depan orang tuaku.

Mereka berdua saling berpandangan, tampak khawatir terhadapku.

"Shinta, Ibu dan Ayah tahu kamu menyukai Calvin sejak kecil. Kenapa kamu nggak mau pilih…"

Aku menggelengkan kepala. "Karena ini kehendak Langit, mengapa nggak dicoba saja?"

Lagi pula, aku sudah tahu hasil dari memaksakan diri menikah dengannya.

Melihat keputusanku sudah bulat, orang tuaku hanya bisa mengangguk.

"Kalau begitu, Ibu dan Ayah akan membicarakan masalah pernikahan dengan Keluarga Ciputra. Tapi Keluarga Wilyadi dan Keluarga Ciputra adalah keluarga terpandang. Demi menghindari masalah yang nggak diinginkan, lebih baik kita rahasiakan dulu sampai pesta pertunangan dekat."

Aku setuju. Saat pergi menghadiri acara amal, entah dari mana para wartawan mendengar berita itu, begitu melihatku, semuanya langsung mengerumuniku.

"Nona Shinta, kamu sudah memutuskan untuk melangsungkan pernikahan dengan keluarga mana?"

Sebelum aku sempat menjawab, salah seorang wartawan sudah berseru, "Semua orang tahu kamu tertarik pada tuan muda Keluarga Ghifari. Kamu pasti memilihnya, 'kan?"

Aku mendongak dan kebetulan pandanganku bertemu dengan Calvin yang tengah berjalan memasuki tempat tersebut.

Dikelilingi oleh kamera, sikap dingin dan acuh tak acuhnya masih sama seperti dulu.

"Maaf, tolong minggir."

Selesai berbicara, pengawalnya pun mendorong para wartawan menjauh. Calvin mengambil kesempatan itu untuk menarik Nadia Dirgantara yang berwajah pucat ke dalam pelukannya.

"Satu-satunya wanita yang kucintai dari awal sampai akhir hanyalah Nadia. Meski terpaksa harus menikahi wanita lain karena tekanan keluarga, cintaku pada Nadia takkan pernah kubagi pada siapa pun."

Pipi Nadia memerah karena merasa tersentuh. Nadia memeluk pinggang pria itu erat-erat.

Beberapa putri konglomerat di sampingku sudah lama tidak menyukaiku. Mereka mulai mengolok-olokku dengan suara pelan.

"Kenapa rupanya kalau dia putri dari Keluarga Wilyadi yang terkenal itu? Tuan Calvin saja nggak menyukainya. Dia hanya menyukai putri orang kaya baru."

"Dia benar-benar mempermalukan Keluarga Wilyadi. Begitu buru-buru ingin menjadi pelengkap di sisi Calvin."

Suara-suara mengejek itu makin lama makin keras. Nadia yang berada dalam pelukan Calvin mengangkat kepalanya dan menatapku dengan pandangan provokatif.

Aku hanya mengalihkan pandangan dan fokus pada jamuan malam.

Pihak penyelenggara malah mengatur Calvin agar duduk di sebelahku.

Saat Calvin duduk, ada ekspresi marah di wajahnya.

"Shinta Wilyadi, sudah berkali-kali aku bilang aku nggak mau menikahimu. Kenapa kamu masih ngotot nggak mau melepaskanku?"

Aku sudah mendengar kalimat ini berulang kali, tetapi entah kenapa aku masih merasa sedih saat mendengarnya lagi.

"Bukannya aku ngotot nggak mau melepaskanmu."

Calvin membanting tinjunya ke atas meja. Ekspresi wajahnya menjadi makin jijik.

"Terus, kenapa kamu ngotot ingin aku menikah denganmu? Mentang-mentang Keluarga Wilyadi punya status tinggi, kamu pikir kamu bisa seenaknya mengatur sisa hidupku?"

"Kamu sedang menginjak-injak harga diriku. Sekalipun kita sungguh menikah nanti, aku juga nggak akan peduli denganmu."

Calvin benar-benar bertindak sesuai yang dia katakan. Pria itu tidak memberiku sedikit pun cinta dalam kehidupan sebelumnya.

Tepat di saat ini, wanita yang sangat dicintai Calvin juga datang. Dengan air mata di matanya, wanita itu langsung berlutut di depan umum tanpa memberikan aba-aba apa pun.

"Nona Shinta, aku tahu kamu benci padaku, tapi orang tuaku nggak bersalah. Kamu minta satpam mengusir mereka. Ayahku hampir saja meninggal karena serangan jantung."

"Tolong lepaskan kami. Meski… kamu mau aku merestuimu dengan Calvin, aku juga bersedia…"