Share

Bab 4

Author: Yuki Norin
Mendengar itu, alis Daniel bahkan tidak berkerut sedikit pun dan hanya berkata, "Oh." Dia seakan-akan sama sekali tidak peduli pada emosi dan sikap Alyssa.

Tari juga tidak berkata apa-apa lagi. Dulu pun pernah ada keributan seperti ini dan pada akhirnya selalu Alyssa yang kembali membujuk Daniel.

Sementara itu, Rafatar yang tidak jadi berendam susu seperti yang dia inginkan, akhirnya hanya bisa ditenangkan oleh Sierra yang berkata bahwa lusa akhir pekan akan membawanya ke pameran teknologi pertahanan kedirgantaraan. Setelah itu, dia baru berhenti ribut.

Dulu, ibunya tidak pernah mengizinkannya naik ke tempat tinggi, bahkan ke taman hiburan pun tidak pernah diajak. Dia merasa Alyssa miskin, tidak sekaya Sierra.

Kalau tidak, tidak mungkin di hari ulang tahunnya hanya memberinya pena murahan. Kue ulang tahunnya pun kue jelek buatan sendiri. Sementara itu, setiap kali Sierra turun tangan, dia langsung mengajaknya melihat pesawat dan jet tempur sungguhan!

Keesokan harinya, Rafatar bangun pagi dengan riang. Dia turun untuk sarapan. Sarapan hari ini adalah bubur seafood yang semalam dia minta Tari buatkan. Kalau ada Alyssa, dia tidak pernah dibiarkan makan seafood, selalu dikontrol ketat. Sekarang dia mau makan apa saja bisa!

Sementara itu, di sisi lain, Alyssa bangun pagi seperti biasa, menyiapkan makanan bergizi untuk Ziona, lalu mengantarnya ke sekolah. Begitu dia pergi, Rafatar melompat turun dari Maybach.

"Bibi Sierra akhir pekan ini mau ajak aku lihat jet tempur sungguhan! Dia juga beliin aku banyak sekali mainan plastisin. Aku bakal bagikan ke teman-teman buat main bareng."

Rafatar pamer dengan sombong. "Ini jauh lebih bagus daripada balok jelek yang kamu kasih! Kalau kamu mau main juga, minta Bibi Sierra ajak kamu juga."

"Gimana? Tanpa Bibi Sierra dan Papa, seumur hidup Mama nggak bakal bisa bawa kamu lihat jet tempur sungguhan!"

Mata Ziona berkaca-kaca. Dia berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Semua mainan itu dia buat dengan tangannya sendiri. Daniel hanya sayang Rafatar. Dia merasa kalau dia bisa membuat Rafatar suka padanya, mungkin Daniel akan mengizinkannya memanggilnya "Papa".

Ziona menatapnya. "Kalau kamu nggak suka sama mainan yang aku kasih, nggak apa-apa. Tapi kok bisa kamu ngomong begitu soal Mama?"

"Mama kamu itu kampungan. Cuma kamu yang suka sama dia! Mulai sekarang kamu sama Mama jangan balik lagi ke rumah. Keluarga Arthadika tidak lagi menerima kalian! Lagi pula, aku sudah punya mama baru! Kemarin Bibi Sierra yang tidurin aku!"

....

Setelah mengantar Ziona, langit mendung. Sepertinya, sebentar lagi akan turun hujan. Alyssa mendongak dan melihat tulisan besar di papan iklan halte bus di seberang jalan.

[ Pameran Dirgantara Negara Kalari, Selamat Datang! ]

Alyssa tertegun, baru sadar kalau di kehidupan sebelumnya, di waktu yang sama ini, Pameran Teknologi Pertahanan dan Dirgantara Kota Uttar akan segera dimulai.

Pameran Kota Uttar adalah salah satu dari lima pameran dirgantara terbesar di dunia, digelar setiap dua tahun sekali, dan akhir pekan ini adalah gelaran ke-15. Isinya sangat beragam, meliputi darat, laut, udara, antariksa, elektronik, hingga jaringan. Ada berbagai jenis pesawat, rudal, drone, satelit, dan produk kedirgantaraan lainnya. Bahkan ada pertunjukan besar jet-jet tempur.

Alyssa menatap poster itu dalam keheningan .... Jika saat itu dia tidak menyerah, tidak memilih menjadi ibu rumah tangga, mungkin dalam pameran kali ini akan ada pesawat hasil rancangannya. Mungkin dia pun akan hadir sebagai petugas resmi yang menjelaskan proses desain dan perjalanannya.

Membangun bangsa lewat teknologi, itulah kehormatan tertinggi.

Alyssa menarik kembali pandangannya, mengeluarkan ponsel untuk memeriksa tiket pameran di situs resmi. Semua tiket sudah habis terjual.

Begitu dia menyimpan ponsel, hujan langsung mengguyur deras. Pagi hari adalah jam sibuk. Di depan sekolah sangat penuh dan sesak, mau pesan taksi pun tidak ada yang tersedia.

Alyssa menerobos hujan deras dan masuk ke sebuah kafe tak jauh dari sana. Saat mendorong pintu kaca, dia bertabrakan dengan seorang pria yang baru hendak keluar. Kopi panas tumpah ke seluruh baju pria itu, kemeja putihnya langsung ternoda.

"Maaf, aku gantiin bajumu ya." Alyssa cepat-cepat mengangkat kepala meminta maaf.

Evans Luthandi sempat tertegun melihat Alyssa. Pada detik berikutnya, dia tersenyum. "Alyssa, dulu waktu uji coba kapsul simulasi di Badan Antariksa, kamu siram aku dengan reagen, sekarang kopi. Nggak berubah sama sekali ya."

Alyssa terkejut, tak menyangka akan bertemu Evans di sini. Evans adalah kakak kelasnya, juga murid dari pembimbing yang sama.

Suryo sekarang menjabat sebagai Direktur Pusat Riset Dirgantara. Dia adalah tokoh besar dalam dunia kedirgantaraan Negara Kalari. Banyak orang yang ingin bisa dibimbing olehnya.

Alyssa melirik bajunya. "Kamu juga nggak berubah, tetap saja pandai bicara. Bajumu ini sepertinya nggak bisa diselamatkan lagi. Biar aku ganti rugi saja."

Evans hanya tertawa. "Nggak apa-apa. Setelah kamu nikah, kita sudah lama nggak ketemu. Hari ini kebetulan sekali. Bisa ngobrol sebentar?"

“Kebetulan aku juga memang mau telepon kamu."

Evans mengangkat alis. "Kalau begitu, ke kantor saja. Aku ganti baju dulu."

....

Alyssa duduk di ruang tamu untuk tamu luar di pusat riset. Sudah lama sekali dia tidak ke sini. Semua pemandangan begitu familier, memenuhi kepalanya dengan kenangan lama. Setiap adegan masih teringat jelas. Ini pertama kalinya dia duduk di ruang tamu ini sebagai tamu, perasaannya campur aduk.

Evans kembali setelah berganti baju. Dia langsung duduk di depannya sambil tersenyum. "Gimana? Menurutmu tempat ini banyak berubah?"

"Teknologi berkembang cepat. Pusat riset ini memang banyak berubah."

"Kamu mau bahas apa? Dulu kamu yang bilang mau jadi perempuan tangguh di bidang dirgantara, tapi malah berhenti kuliah, berhenti riset, terus menikah dan punya anak, juga putus kontak dengan kami ...."

Alyssa menunduk, merasa bersalah. Dia tak punya muka menghadapi mereka, juga merasa selalu berutang sebuah permintaan maaf.

"Aku dengar mesin ekologi Blue Phoenix X7 sudah berhasil dan akan dipamerkan akhir pekan ini." Alyssa menggigit bibir tipisnya. "Aku memang harus minta maaf pada kalian. Waktu itu, aku pergi terlalu mendadak."

"Ternyata, kamu cukup up to date juga ya." Evans tersenyum. "Waktu kamu keluar, proyek kita sempat mandek cukup lama."

"Aku ...." Alyssa merasa bersalah. "Maaf."

Selain meminta maaf, dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Karena keputusannya yang egois, dia membuat proyek tertunda begitu lama ....

Meskipun begitu, setelah menjadi ibu rumah tangga, dia tidak pernah berhenti mempelajari bidangnya. Dia yakin jika kembali, dia tidak akan tertinggal.

"Sebetulnya kami nggak butuh maafmu, kami butuh tindakan nyata." Evans jelas berharap Alyssa kembali. Tempatnya memang di sini, tempat Alyssa bisa bersinar.

"Aku bisa lihat langsung pamerannya?"

"Sebenarnya desain Blue Phoenix X7 sebagian besar sudah kamu selesaikan. Kami butuh bertahun-tahun untuk menyelesaikan sisanya. Tempatmu di dunia kedirgantaraan, bukan hanya keluarga."

"Kenapa ingin lihat? Kamu sudah putuskan kembali?" Evans menatapnya, menunggu jawaban. Dia meletakkan cangkir. "Tiket pameran susah sekali didapat, tapi kalau kamu benar-benar mau, telepon aku. Aku bisa bawa kamu masuk."

Alyssa menggigit bibir, mengangguk. "Ya, aku juga merasa tempatku di dunia dirgantara."

Sejak kecil, dia tertarik pada langit dan semesta. Cita-citanya bukan hanya merancang pesawat, tetapi lebih besar dari itu.

Entah sejak kapan, dia kehilangan jati dirinya sendiri. Di kehidupan sebelumnya, saat pameran berlangsung, dia hanya di rumah menemani Ziona membantu Rafatar menyelesaikan PR. Dia pikir Daniel sedang membawa Rafatar ke rumah sakit, tetapi ternyata dia melihat mereka bersama Sierra di pameran.

Hingga kini dia masih ingat jelas tatapan iri Ziona ketika melihat Rafatar bisa menyaksikan pertunjukan jet tempur sungguhan. Ziona hanya menahan diri, tidak berkata apa-apa, tidak protes.

Sebagai seorang ibu, dia gagal. Sekarang, dia tidak akan membiarkan Ziona merasa iri lagi. Di kesempatan kedua ini, dia akan menemukan kembali dirinya, sekaligus menjadi penopang dan kebanggaan Ziona.

Bahkan kalau saat bertemu profesor nanti dia tidak diterima, setidaknya dia bisa melihat pameran dan bertemu teman lama atau tokoh-tokoh besar di bidang ini. Paling tidak, biar orang-orang tahu ada dirinya juga di dunia ini.

Evans tersenyum hangat. "Di institut ada proyek baru. Kebetulan, kami sedang butuh kepala insinyur dan tenaga tambahan, tapi belum ada kandidat yang cocok."

Alyssa tahu, itu bentuk perekrutan. Dia belum siap untuk menjadi kepala insinyur, tetapi kalau memulai dari dasar, dia mampu.

"Aku akan kirim lamaran."

Evans menatapnya, lalu menambahkan, "Tapi ada syarat. Kandidat harus punya pernikahan yang stabil."

Alyssa terdiam. Dulu tidak ada aturan ini, sekarang ada. Apakah karena dirinya?

"Aku berencana cerai," jelas Alyssa.

Evans terkejut. Dulu dia begitu nekat mengejar kebahagiaan sampai rela meninggalkan segalanya. Tidak disangka, sekarang Alyssa justru membuat keputusan seperti ini ....

Tiba-tiba, ponsel Alyssa berdering. "Bu, seluruh badan Rafatar tiba-tiba timbul ruam merah dan dia sakit perut. Sekarang mau dibawa ke rumah sakit. Tolong segera datang ya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
@Safiq27
yang paling gue kesel adalah ujung2nya dimaafin dan balikan lagi. kayak sia2 aja dikasih kehidupan ke dua
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 247

    Alyssa menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya dengan tatapan mengejek. "Katakan saja terus terang, kamu cuma takut kesayanganmu bakal kalah, 'kan?"Begitu ucapannya selesai, dia langsung berbalik dan pergi tanpa ragu sedikit pun.....Begitu tiba di kantor SkyNine Tech, Evans menghampiri dengan wajah serius. Dia meletakkan tablet di meja kerja Alyssa. Tampilan layarnya menunjukkan halaman berita. "Ada masalah."Alyssa tertegun sejenak. "Masalah apa?"Dia segera mengambil tablet itu dan membacanya. Ternyata perusahaan mitra yang mereka ajak makan malam kemarin, setelah berpesta sampai larut malam dan tampak sudah sepakat bekerja sama, justru langsung menandatangani kontrak dengan Meganova begitu meninggalkan tempat pertemuan.Padahal saat makan malam, pihak mitra memberi kesan sangat tertarik bekerja sama. Lagi pula, proyek yang sedang mereka garap adalah proyek besar, langsung terkait dengan kerja sama pemerintah dan melibatkan perusahaan b

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 246

    Malam terasa panjang dan sulit dilewati. Rasa rindu seorang anak pada kasih sayang ayahnya selalu menjadi luka yang tak bisa disembuhkan oleh seorang ibu.Meskipun Alyssa sudah berkali-kali berkata kepada Ziona dengan nada tegas bahwa mulai sekarang mereka tidak akan punya hubungan apa pun lagi dengan Daniel, hati seorang anak kecil tidak mungkin bisa melepaskan semudah itu.Daniel tetaplah ayahnya. Kenapa dia tidak boleh memanggilnya "Papa"?Sejak kecil Ziona sudah tumbuh dengan pemahaman yang tertanam dalam-dalam tentang siapa ayahnya. Kalau sekarang Alyssa mengatakan bahwa Daniel bukan ayah kandungnya, Ziona pasti akan terluka.Sama seperti saat ini, ketika dia terlihat seolah-olah sudah menerima kenyataan bahwa mereka pindah keluar dari rumah itu, di dalam hatinya dia tetap sedih setiap kali melihat keluarga itu pergi berlibur bersama.Mungkin di pikirannya, Ziona bertanya-tanya, kenapa ayahnya selalu menyayangi Rafatar, tetapi tidak pernah sayang padanya dan ibunya?Perasaan seper

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 245

    "Mm." Evans mengusap pelipisnya yang berdenyut sakit. "Ada urusan mendadak, jadi sudah pergi."Tangan Alyssa yang memegang sup pereda alkohol menegang sedikit. Tatapannya tampak agak kosong, pikirannya berantakan. Dia berusaha keras menenangkan diri agar tetap sadar."Jadi ... soal kerja samanya gimana? Pihak sana tertarik nggak?"Evans mengangguk. "Sepertinya hampir pasti. Besok aku bakal datang langsung ke kantor mereka lagi."Hari ini Alyssa minum jauh lebih banyak dari biasanya. Seluruh tubuhnya terasa tidak nyaman. Dia seolah-olah kehabisan tenaga, bahkan kepala pun terasa berat.Evans memanggil sopir pengganti dan memastikan Alyssa diantar pulang dengan selamat. Saat dia tiba di rumah, waktu baru menunjukkan pukul 8.30 malam.Ziona melihat ibunya pulang dengan tubuh yang berbau alkohol kuat dan wajah yang tampak menahan sakit. Kata-kata yang ingin dia ucapkan langsung tertelan kembali di tenggorokannya.Ziona buru-buru mendekat. "Mama ...," katanya pelan sambil berdiri di sisi so

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 244

    Mendengar itu, Sierra tersenyum. "Mana mungkin mereka nggak datang? Kesempatan kayak begini seharusnya mereka berebut buat hadir.""Bagaimanapun juga, EraNet itu pemain papan atas di industri. Sekadar datang buat tukar pengetahuan dan diskusi teknologi saja sudah cukup bikin mereka belajar lama."Sebelumnya, bukankah mereka hampir ikut semua konferensi industri? Toh tujuannya hanya untuk menambah ilmu dan mencari peluang. Sekarang acara sebagus ini sudah diatur dengan sempurna. Kalau tidak datang, rasanya tidak masuk akal."Mereka bilang ada urusan mendadak," ucap Daniel secara singkat dan tegas.Sierra dan Xander sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut dengan tingkatan yang berbeda."Nggak datang?" Xander hampir tidak percaya. "Dengan alasan apa? Sok banget? Gara-gara tanda tangan perjanjian taruhan itu, terus ngambek dan sengaja nggak datang?"Sierra melirik Daniel. Wajah pria itu tenang dan dingin, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah mereka datang atau tidak. Namun, Daniel s

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 243

    Evans sangat memahami rasa jengkel yang tersembunyi di hati Alyssa.Baru saja mereka saling berebut kendali atas satu proyek pemerintah, hingga akhirnya harus menandatangani perjanjian taruhan. Hubungan kedua pihak jelas jauh dari kata bersahabat.Alyssa tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Edric dan bertanya, "Jam berapa? Nanti kami akan datang.""Jam 6 malam," jawab Edric, lalu dia beranjak pergi.Begitu dia pergi, Alyssa mengembuskan napas panjang.Evans yang memegang kemudi dengan satu tangan, berkata dengan nada berat, "Baru saja tanda tangan perjanjian taruhan dan suasananya sudah nggak enak, malah mengundang makan malam? Maksudnya apa?"Seolah-olah Daniel ingin menunjukkan kelapangan hatinya, seolah-olah proyek itu memang milik mereka.Pergi atau tidak, rasanya sama-sama bikin muak. Daniel memang selalu bertindak berlebihan."Orang bilang sekali jadi suami istri, seumur hidup tetap ada rasa," ucap Evans lirih. "Tapi dia ke kamu ...."Sama sekali tidak ada sedikit pun belas kasi

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 242

    Wajah pria itu tampak tenang. Entah sejak kapan dia datang, entah berapa banyak yang sempat dia dengar.Sierra sempat tertegun sejenak. "Daniel."Tatapan gelap Daniel tak menampakkan emosi apa pun. "Ada apa?"Reaksinya datar, seolah-olah tak mendengar percakapan barusan. Sekalipun dia mendengarnya, apa masalahnya? Toh tidak ada yang salah dengan percakapan mereka tadi.Sierra menekan bibirnya, menarik napas dalam-dalam. "Sekarang Alyssa punya SkyNine di belakang, jadi sikapnya keras. Kita sudah nggak bisa menyinggungnya lagi."Daniel menyelipkan satu tangan ke saku celana, memiringkan kepala sedikit. Bibirnya pun terangkat samar. "Untuk apa menyinggung dia?"Sierra terdiam. Saat menatap mata pria itu, dia tiba-tiba mengerti sesuatu. Benar juga, dengan posisi Alyssa sekarang, dia memang belum pantas menjadi lawan mereka."Yuk," kata Daniel.Kegembiraan melintas di wajah Sierra. Dia mengira Daniel kebetulan melewati toilet, tetapi ternyata datang untuk menjemputnya?Keduanya berjalan kel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status