Home / Romansa / Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris / 39. Cemburu yang Merenggut Semuanya

Share

39. Cemburu yang Merenggut Semuanya

Author: Sandra Dhee
last update Last Updated: 2025-07-11 23:36:01

Sekitar pukul 9 malam Bara sampai di apartemennya. Ia memarkirkan mobilnya di basement seperti biasa, lalu berjalan ke dalam gedung. Tapi kemudian langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan gedung. Lalu seorang wanita yang sudah ia kenal turun.

"Makasih ya?" ucap wanita yang tak lain adalah Rania itu.

Bara menggertakkan giginya. Penasaran siapa orang yang sudah mengantar Rania.

Kemudian, pria di balik kemudi itu ikut turun dan melempar senyum lebar. Senyum yang bagi Bara sangat memuakkan.

"Terima kasih juga untuk hari ini. Aku senang sekali," balas pria itu tetap berdiri di pintu dan membiarkan pintu itu tetap terbuka.

"Aku juga senang." Rania kembali membalas.

Tangan Bara mengepal. Merasa kesal melihat pemandangan itu. Senang apanya? Memangnya apa yang sudah mereka lakukan? Batinnya penasaran.

"Besok boleh aku menjemputmu lagi?" tanya Reza. Suaranya memang pelan dan tak begitu terdengar dari tempat Bara berdiri, tapi Bara bisa melihat dari gerak bibirnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   71. Rahasia Rania

    Hujan turun tipis malam itu, menambah suram suasana rumah lama Rania yang sudah lama tak ia tempati. Bangunan sederhana berwarna putih dengan pagar kayu itu terasa dingin, meski biasanya begitu hangat ketika ia masih tinggal bersama Reyhan dan Ayah mereka dulu. Reyhan dan Nisa duduk di ruang tamu, berusaha menemani Rania yang tampak lebih rapuh dari biasanya.Rania masuk ke kamar lamanya, kamar yang dindingnya masih penuh dengan stiker bunga-bunga kecil yang ia tempel saat SMA. Tempat tidur itu, lemari kayu tua, bahkan tirai biru pudar, semuanya menyimpan kenangan lama. Ia menutup pintu pelan, bersandar, lalu menekup wajah dengan kedua tangannya. Isak kecil lolos dari bibirnya.Selama ini, ia pikir ia sudah kuat. Ia pikir pernikahannya dengan Bara, meski awalnya kontrak, sudah berubah menjadi sesuatu yang nyata. Ia percaya dengan ketulusan lelaki itu, percaya dengan setiap tatapan, genggaman, dan pelukan yang diberikan. Tapi kini semua runtuh.Rania meraih test kehamilan yang ia simpa

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   70. Tekanan Keluarga

    “Aku hamil anak Bara.” Suara Becca terdengar tegas, seakan menancap di dada setiap orang yang hadir. Ruangan yang tadinya penuh tawa mendadak beku setelah ucapan Becca itu terlepas.Nenek Bara terbelalak dan wajahnya memerah. “Apa maksudmu, Becca?! Jangan sembarangan bicara di rumah ini!” suaranya bergetar oleh amarah.Ayah Bara menepuk meja dengan keras. “Bara! Jelaskan ini! Apa benar yang dia katakan?” Sorot matanya penuh kekecewaan sekaligus murka.Tama yang berdiri paling dekat dengan Becca segera melangkah maju dengan wajah kaku. “Cukup, Becca! Kau sudah membuat kekacauan. Ayo keluar.” Ia mencoba meraih lengan Becca, berusaha menyeretnya pergi sebelum suasana semakin parah.Namun Becca menepis kasar, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak berbohong! Aku tidak akan pergi sebelum semua orang tahu!”Bara melangkah cepat menghampiri Rania dengan wajah pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. “Rania, dengarkan aku dulu. Itu tidak seperti yang kau pikirkan...”Namun Rania yang berdiri

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   69. Kejutan Lain di Tengah Pesta

    Apartemen itu tampak lebih hangat dari biasanya. Balon-balon berwarna pastel menggantung di sudut ruangan, dengan pita-pita manis yang berayun pelan terkena hembusan kipas angin. Meja makan sudah dipenuhi kue, teh hangat, dan beberapa hidangan ringan. Di tengah meja, sebuah kotak hadiah besar dibungkus kertas warna biru dan pink, dan dihiasi pita putih lebar. Rania sengaja meletakkannya disana sebagai pusat perhatian nanti.Nenek Bara duduk di sofa sambil menatap sekeliling dengan senyum hangat.“Rania ini rajin sekali ya, mengundang kita dan mempersiapkan semuanya seperti ini. Rasanya ada yang mau dirayakan,” komentarnya sambil menyeruput teh.Ayah Bara hanya mengangguk pelan, matanya penuh rasa ingin tahu.“Apa ada yang ulang tahun?" tanyanya, mencoba menebak.Tama yang sejak tadi sibuk mengutak-atik ponselnya hanya terkekeh.“Saya juga penasaran. Rania tak mengatakan apa-apa. Hanya menyuruhku datang untuk makan malam.”Nisa duduk di samping Reyhan, keduanya sama-sama menatap dekora

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   68. Kabar Mengejutkan

    Bara masuk ke ruangannya bersama Becca, diikuti dengan pandangan penasaran para karyawannya. Terutama Tama. Tama sedang mengambil kopi ketika melihat Bara dan Becca lewat. Dia ingin mengikuti mereka, namun ia langsung mengurungkan niat ketika melihat wajah Bara yang tegang saat menutup pintu."Ada apa lagi ini?" desisnya curiga. Tama sangat mengenal bagaimana Becca. Selama berhubungan dengan Bara, Becca selalu mengikatnya dalam hubungan toxic dan tak sehat. Apalagi sekarang, ketika Bara memutuskan untuk meninggalkannya. Tama yakin ada sesuatu yang tak beres sedang terjadi.Tama mengintip dari jendela ruangan Bara, yang sialnya tertutup tirai. Ia hanya bisa melihat sedikit gerak-gerik mereka di dalam ruangan. Tampak olehnya Becca sedang berusaha menggoda Bara dan menggenggam tangan Bara.Bara perlahan menarik lengannya pelan dari genggaman Becca. “Kalau ini cuma permainanmu lagi, aku tidak tertarik.”Becca menatapnya dengan tatapan penuh luka yang terlalu sempurna untuk dianggap tulus

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   67. Hadiah Istimewa

    Bara langsung memutus telepon dari Becca ketika mendengar suara pintu depan terbuka."Aku pulang..."Ia bangkit dari sofa hendak menyambut istrinya itu, tapi wajahnya langsung berubah saat mendapati Rania masuk dengan langkah pelan. Wajahnya pucat, matanya sedikit sayu, dan tangan kirinya memegangi perut."Sayang, kamu kenapa?" Bara langsung mendekat, nada suaranya penuh cemas.Rania tersenyum tipis, mencoba meredakan kekhawatiran suaminya. "Tak apa-apa. Kayaknya hanya masuk angin. Tadi di sekolah udaranya panas, tapi angin bertiup sangat kencang.""Kamu pulang naik apa?""Motor..."Bara menghela nafas, "Mulai besok, kamu harus pakai sopir. Aku akan mencarikan kamu sopir. Pakai mobil. Aku tak mau kamu kemana-mana naik motor sendiri lagi," omel Bara.Rania menatap Bara, hendak protes namun nyeri di perut membuat ia membatalkan keinginannya itu."Iya. Aku tak apa-apa kok. Besok juga sembuh."Bara menatap lekat wajah istrinya, jelas tak puas dengan jawaban itu. "Yakin? Kalau perlu kita k

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   66. Jerat yang Tak Terlihat

    Becca duduk di meja riasnya, jendela kamarnya dibiarkan terbuka, membiarkan cahaya masuk menyinari rambutnya yang keemasan. Jemarinya menelusuri bibir cangkir kopi yang sudah dingin, tatapannya kosong, namun pikirannya berputar cepat seperti pusaran air yang tak ada ujungnya.Di sudut meja, amplop bersegel rapi tergeletak tenang. Isinya adalah hasil pemeriksaan yang tadi pagi ia terima dari Rafael. Tulisan "Positive" di dalamnya seperti sebuah tiket emas yang sedang ia genggam erat.Ia memejamkan mata, membayangkan wajah Bara. Tatapan tajam itu. Garis rahang yang selalu tegas, dan senyum tipis yang dulu pernah jadi miliknya. Hatinya terasa panas, bukan oleh cinta, tapi oleh obsesi yang kian mencekik jiwanya.“Bara…” bisiknya lirih, seakan merapalkan mantra nama pria itu dari kejauhan.Ia tahu, waktunya harus tepat. Jika terlalu cepat, Bara bisa curiga. Tapi jika terlalu lama, kesempatan juga bisa lenyap. Maka ia mulai menyusun rencana di kepalanya.Minggu depan sepertinya tepat, saat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status