Home / Urban / Terpaksa Menikahi CEO / Bab 2. Gagal Kabur

Share

Bab 2. Gagal Kabur

last update Last Updated: 2021-05-15 20:04:15

Dengan napas yang semakin tersengal, Monika berhasil memaksakan kakinya untuk tetap bergerak, menjauh dari para pengejarnya. Hanya lima meter lagi, dia akan sampai di jalan raya yang menjadi penghubung gang sempit ini dengan minimarket. Dia bisa berteriak meminta tolong nantinya. Ya, cara itu pasti efektif.

Sebuah tangan kekar berhasil mencengkeram pundak gadis cantik ini, membuat pergerakannya terhenti. Percobaannya untuk kabur gagal. Dia kalah cepat dari pria yang mengejarnya. Monika tertangkap.

"Lepas!" Monika meronta, berharap tenaganya cukup untuk memberikan perlawanan berarti.

"Amankan dia!" Teriak pria yang tampaknya adalah pemimpin orang-orang ini.

Tanpa menunggu waktu lama, pria yang berhasil menahan Monika kini mengangkat tubuh ramping itu di atas pundak seperti sekarung beras. Rontaan, teriakan, dan pukulan yang coba Monika lakukan, tak ada gunanya sama sekali.

Tubuh pria yang memanggul Monika begitu kokok, lebih keras dibandingkan samsak tinju. Perlawanan gadis itu tak membuatnya gentar sama sekali, justru langkahnya semakin mantap menuju mobil hitam yang terparkir di tepi jalan.

Tubuh ramping Monika terhempas di kursi belakang mobil edisi terbatas ini, menghantam jok hitam mengilat yang terlihat mahal. Hampir sama seperti mobil lainnya, hanya ada dua kursi di depan dan dua di belakang. Tapi, sekilas pandang saja sudah tahu bahwa kendaraan ini termasuk mewah dan elegan.

Pintu tertutup sempurna, membuat Monika tertahan di sana. Dia masih mencerna apa yang terjadi, mengamati keadaan sekitar demi menyelamatkan diri.

"Buka pintunya!" titah gadis 26 tahun ini sambil terus berusaha membuka pintu. Namun, teriakannya tak dihiraukan oleh pria yang ada di balik kemudi.

Bukannya menuruti permintaan Monika, pria itu justru menginjak pedal gas di bawah kakinya dalam-dalam. Mobil hitam berharga dua miliar lebih ini melaju dengan kecepatan tinggi, membuat tubuh Monika terpelanting ke belakang.

"Argghh." Monika memegangi kepalanya yang terbentur cukup keras. Dia tidak tahu apa salahnya sampai harus ada di situasi seperti sekarang ini. Siapa orang-orang ini? Kenapa mereka membawanya pergi dengan paksa? 

"Duduk diam di tempat Anda, Nona! Jika tidak, ucapkan selamat tinggal pada dunia ini!" Suara dingin itu berhasil membuat Monika terhenyak. Dia takut dengan ancaman itu.

Kehidupannya terlalu berharga untuk ditinggalkan. Masih ada banyak mimpi yang harus dia perjuangkan, termasuk kisah cintanya bersama Sang Kekasih, Devan. Mereka akan menikah akhir tahun ini. Itu rencananya.

Monika duduk diam di tempatnya, mengamati jalanan di luar sana yang tampak asing baginya.

"Kita kemana?" tanya gadis bersurai kuning kecoklatan ini pada pria yang fokus dengan jalanan di depannya.

"Perusahaan."

Monika merutuk pria ini dalam hati. Dia tahu mereka akan pergi ke perusahaan tempat ayah kandungnya membuat masalah. Yang ingin dia ketahui, siapa yang akan dia temui untuk mengurus masalah itu.

"Nona akan mengetahui semuanya nanti."

Dan sisa perjalanan mereka berakhir dalam diam. Monika enggan bertanya karena pria ini pasti tidak akan menjawabnya.

Beberapa menit kemudian, mobil mewah berwarna hitam itu terhenti di pelataran parkir sebuah gedung pencakar langit. Monika segera digiring menuju lift khusus yang akan membawanya ke lantai paling atas gedung ini.

"Untuk apa kalian mengawalku? Aku tidak akan lari!" ketus Monika karena kelima pria ini berdiri mengelilinginya, seolah dia bisa lari kapan saja. Padahal itu tidak mungkin. 

Tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab. Tubuh tegapnya bagaikan manekin, tak bergerak satu senti pun sejak mereka sampai di ruangan tak berpenghuni ini.

"Selamat datang, Nona Monika Alexandra." Sebuah suara terdengar menggema di ruangan ini, bersamaan dengan pengawalan kelima orang ini yang otomatis memudar. Mereka undur diri, menjauh dari Monika dalam keterkejutannya.

Netra sipit itu membola kala melhat pemandangan luar biasa di depan sana. Sebuah pintu terbuka lebar, menampilkan sesuatu yang membuatnya tak percaya.

Tubuhnya bergetar hebat saat itu juga. Hatinya mencelos, melihat sesosok pria yang sangat ia benci kini tergeletak di lantai dengan berbagai luka di tubuhnya. Darah yang mulai mengering terlihat di keningnya, mengalir melalui pelipis sampai ke samping wajahnya.

"PAPA!" teriak Monika, berlari menghampiri Jonathan Wu yang tengah sekarat. Bulir-bulir air mata itu tak terbendung lagi.

Sebesar apapun kebenciannya pada pria ini, tak bisa memusnahkan cinta kasih yang terhubung karena pertalian darah. Jauh di dalam lubuk hatinya, Monika menyayangi ayahnya.

"Monika, maafkan Papa," bisik pria itu. Suaranya lemah, hampir tak terdengar. "Maaf."

Detik berikutnya, mata itu terpejam. Nyawa Jonathan Wu telah meninggalkan raganya yang babak belur. Episode hidupnya telah berakhir hari ini, menyisakan luka dan lara di dalam hati Monika.

"Pa ...." Monika hampir tak bisa berkata-kata. Dia tidak bisa menerima fakta bahwa pria ini telah meninggalkannya, menyusul ibunya ke alam baka.

Tak ada yang bisa Monika lakukan. Dia memeluk tubuh ayahnya yang mulai terasa dingin ini dan berharap semua hanya mimpi.

"Hapus air matamu! Aku tidak ingin cairan itu mengotori lantai."

Suara dingin itu kembali Monika dengar, membuatnya menoleh ke belakang. Tatap mata tajam penuh kebencian ia tujukan pada pria berpakaian rapi yang berdiri menjulang, beberapa langkah dari tempatnya berada.

'Siapa pria ini? Bagaimana bisa ada orang yang tidak iba saat melihat seseorang meregang nyawa di depannya?' batin Monika mengumpat.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana Monika menghadapinya?

Nantikan bab berikutnya,

Hanazawa Easzy

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi CEO   Perfect Happiness

    Tiga tahun kemudian ...."Daddy," panggil gadis dua setengah tahun yang kini memanjat dada bidang ayahnya."Hmm. Alea?" Rio mengerjapkan mata, namun belum membukanya. Dia masih dikuasai kantuk dan ingin terpejam sebentar lagi.Mentari bersinar hangat di musim semi, bersamaan dengan aroma bunga sakura yang diam-diam menelisik hidung. Di sebuah hunian mewah dengan dekorasi minimalis, seorang pria tidur terlentang di atas sofa bed bersama putrinya."Dad ...." Jemari mungil Alea meraba dada bidang Rio yang tertutup kaus putih. Aroma bayi yang menyegarkan menguar, menyapa indera penciuman sang ayah.Tiruan Monika itu mengulurkan tangannya, mengelus pelipis pria yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Sama seperti sang ibu yang suka mencium pipi Rio diam-diam saat tidur, Alea juga melakukan hal yang sama. Dia mendaratkan kecupan sayangnya sekedip mata di rahang kokoh ayahnya yang ditumbuhi cambang tipis.Rio mengangkat kedua alis sebelum balas

  • Terpaksa Menikahi CEO   Happily Ever After

    "Sweety, ada dua bayi di dalam perutmu?" tanya Rio tidak percaya, menatap Monika dengan pandangan yang penuh binar bahagia. "Kita akan punya twins baby?"Anggukan kepala terlihat, membuat kebahagiaan yang Rio rasakan semakin berlipat-lipat. Dia tidak pernah menyangka kalau dalam satu waktu akan ada dua buah cinta yang melengkapi kebahagiaannya dengan Monika. Seolah semua hanya mimpi, tidak pernah terjadi."Aku juga baru tahu."Rio memeluk istrinya, menyalurkan rasa cinta yang begitu luar biasa. Mereka baru sempat melakukan pemeriksaan kandungan setelah kondisi Rio benar-benar membaik. Observasi lanjutan pasca siuman harus dijalaninya selama dua minggu."Kondisi istri Anda baik, kedua janin di dalam perutnya juga sangat baik. Namun, alangkah baiknya jika porsi makannya ditambah lagi. Kebutuhan gizi dua anak tentu berbeda dengan kehamilan tunggal.""Saya akan memperhatikannya, Dok." Rio menjawab penuturan dokter kandungan di hadapannya dengan bahasa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 34. Akhir Kisah Indah (Ending Season 3)

    "Sweety, aku merindukanmu."Suara Rio yang lirih dan dalam berhasil membuat bulu roma Monika meremang seketika. Dia tidak tahu bagaimana bisikan itu bisa membuatnya jadi seperti sekarang ini, hang, blank, tidak bisa berpikir sama sekali."Apa kamu tidak merindukanku?"Melihat Monika tak merespon, Rio sengaja menggelitik perut istrinya, membuat bola mata sipitnya membulat seketika. Dua tangannya langsung menahan tangan Rio yang masih ada di dalam blouse putih yang dipakainya."Hubby?!" Kali ini tatapan tajam yang ia hadiahkan pada suaminya. Tak cukup sampai di sana, Monika juga segera berdiri, menjauh dari jangkauan tangan suaminya yang nakal.Gelak tawa Rio terdengar menggema, merasa bahagia melihat istrinya kembali sadar. Entah pergi ke mana akal sehatnya beberapa saat lalu, terlihat dari wajah cantik yang tampak bodoh."Berhenti bermain-main. Kamu koma satu minggu dan hampir meregang nyawa. Semua orang panik saat detak jantungmu berhenti k

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 33. Kerinduan yang Tak Tertahan

    "Rio," panggil Eva, memeriksa Respon putranya yang tampak mengerjapkan mata namun tak membukanya. Jemari tangan Rio bergerak perlahan, menunjukkan kalau kesadarannya sudah mulai kembali. Dia mendengar panggilan ibunya, tapi masih berat untuk melihat dunia di hadapannya. "Rio, kamu dengar ibu?" ulang Eva, menyentuh pipi putra semata wayangnya yang dilaporkan mengalami tanda-tanda akan bangun dari koma. Tak sia-sia dia dibawa ke Jepang dan mendapat perawatan intensif selama satu pekan. Wajah cantik Evalia menjadi pemandangan pertama yang Rio lihat begitu ia membuka mata. Namun, terlihat buram bersamaan rasa nyeri yang terasa di pangkal hidungnya seperti orang bangun tidur. "Dok, kondisi pasien sudah stabil," lapor perawat yang bertugas melakukan observasi lanjutan pada Rio. Eva mengangguk, sekilas melihat angka yang terpampang di monitor. Pandangan selanjutnya tertuju pada tabung ventilator yang tampak berembun semakin banyak, menunjukkan

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 32. Kesalahpahaman Jun

    "Dear," panggil Eva, memeluk bahu menantunya dari samping. Dia menemui Monika di ruangan khusus yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien. Kondisi Rio yang semakin menurun memaksa Eva harus menyetujui saran suaminya, membawa anak mereka ke negeri sakura untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Tidak ada jalan lain. Dia harus mengupayakan penyelamatan yang terbaik untuk putranya."Ayo temui Rio," ajaknya, "kondisinya sudah semakin baik. Kemungkinan hari ini dia akan siuman."Namun, hanya gelengan kepala yang terlihat dari wajah cantik Monika. Pipinya tampak semakin tirus. Dia tidak makan, juga tidak istirahat dengan baik seminggu ke belakang. Pemikirannya tertuju pada Rio. Rasa bersalah masih terus membayang, membuatnya bungkam seribu bahasa."Sayang, sudahi kesedihanmu. Jika kamu terus seperti ini, tidak baik untuk buah hatimu. Dia ikut tertekan dan tidak bahagia di dalam sana."Lagi-lagi gelengan kepala yang tampak di wajah Monika, bersa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 31. Hukuman yang Setimpal

    "Mommy," panggil Clara, menggoyangkan lengan Liliana dengan gerakan yang cepat dan tidak sabar. Netranya menatap sekeliling, menyadari kalau mereka berada di tempat antah berantah yang sepi dan lengang. Rumput ilalang yang tinggi mengepung mereka yang masih ada di dalam mobil."Ada apa?" Liliana mengerjap matanya dua kali, merasa enggan meladeni panggilan tadi. Tubuhnya terlalu lelah, ingin istirahat sedikit lebih lama lagi. Mereka berkejaran dengan sesuatu yang entah apa, seperti kriminal yang lari dari kejaran polisi. Meski kenyataannya, justru Hans dan orang-orangnya lebih mengerikan dari para petugas berseragam coklat muda itu."Kita ada di mana?""Hmm? Di mana?" Liliana mengambil alih kesadarannya, menatap Clara dengan pandangan heran. Isi kepalanya berputar, mencoba mengingat apa yang terngah terjadi pada mereka. Bukankah Clara yang memesan taksi online ini? Kenapa dia terlihat panik?Dengan enggan Liliana menatap arloji di tangannya, mendapati jaru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status