Share

30. Binar yang baru

Penulis: Nalla Ela
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 23:59:41

Pagi ini, Binar mengenakan kemeja longgar dan celana hitam panjang duduk tegak di ruang kerja Dante.

Dokumen berserak penuh diatas meja, layar monitor yang menyala, dan beberapa foto berkas hadir di depannya.

Di hadapannya, Sera berdiri tegap bak mentor menunjuk pada layar yang menampilkan struktur organisasi Daggers Pact.

“Daggers Pact adalah organisasi bawah tanah paling ditakuti di benua barat yang bersekutu secara terbuka dengan pemerintah Orsaria. Mereka bukan sekadar mafia, tapi bagian dari sistem pemerintahan bayangan,” jelas Sera sambil menggeser layar ke bagian sejarah.

“Dibentuk oleh kakek buyut Tuan Dante, Viero De Vaux. Filosofi mereka sederhana ... yang berguna akan dilindungi, yang mengkhianat akan dilenyapkan.”

Binar menahan napas saat nama itu muncul. Viero. Nama yang kini dijadikan marga Keluarga Dante sejak turun temurun ternyata adalah nama pendiri Daggers pact.

Lalu, ada Leonard De Viero, nama yang juga tercatat dalam catatan lama yang diam-diam ia baca semalam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   31. Harimau

    Matahari bahan belum menampakkan diri, tapi Binar telah berdiri dengan nafas terengah di halaman belakang mengenakan setelan sederhana dan rambut yang diikat ekor kuda.Tak ada lagi sorot mata ketakutan, yang ada hanyalah mata tajam dan serius memperhatikan instruksi dari asistennya-Sera."Fokus! Jangan hanya mengandalkan insting. Kau juga harus menyerang menggunakan logika."Sera berdiri di sampingnya memberi arahan, sesekali memperbaiki postur tubuh Binar yang salah.Binar mengangguk, menghela nafas panjang sebelum kembali bergerak sesuai ajaran Sera.Meski beberapa kali terjatuh dan tergores, ia pantang menyerah. Hidup di dunia Dante, ia harus bisa melindungi dirinya sendiri.Binar samar-samar teringat Ayahnya yang mengajarinya gerakan sederhana.Seketika semangatnya semakin berkobar."Aku harus bisa melindungi diriku sendiri," tekad Binar dalam hati.Dari balkon lantai dua, Dante berdiiri menyilangkan tangan. Mata tajamnya mengikuti setiap gerakan Binar dalam diam.Memang ia menye

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   31. Penyusup

    Binar terbangun di tengah malam dan menyadari gelasnya kosong, mau tak mau ia harus turun ke dapur untuk mengambil air. Malam itu, mansion rasanya terlalu hening. Biasanya, para pengawal bersliweran di koridor, tapi Binar tak menjumpai satupun dari mereka.Meski merasa janggal, Binar tetap meneruskan langkahnya ke arah dapur, kali ini lebih waspada.Tangannya mencengkeram gelas kosong, melangkah hati-hati saat menuruni anak tangga. Bisa saja Binar kembali ke kamar, tapi tenggorokannya benar-benar kering."Di mana mereka semua?" batinnya bertanya-tanya.Bahkan Sera yang biasa berjaga di luar kamar pun tak nampak batang hidungnya. Namun, Binar berusaha menenangkan diri. Mungkin saja sistem keamanan sedang diuji?Lampu otomatis menyala ketika Binar menginjakkan kakinya di dapur. Ia mengisi gelas dan minum dengan tenang. Begitu melihat pisau buah di meja, ia meraihnya perlahan. Entah mengapa, nalurinya berbisik untuk bersiap.Dan benar saja.Terdengar langkah kaki yan mendekat perlahan d

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   30. Binar yang baru

    Pagi ini, Binar mengenakan kemeja longgar dan celana hitam panjang duduk tegak di ruang kerja Dante. Dokumen berserak penuh diatas meja, layar monitor yang menyala, dan beberapa foto berkas hadir di depannya. Di hadapannya, Sera berdiri tegap bak mentor menunjuk pada layar yang menampilkan struktur organisasi Daggers Pact.“Daggers Pact adalah organisasi bawah tanah paling ditakuti di benua barat yang bersekutu secara terbuka dengan pemerintah Orsaria. Mereka bukan sekadar mafia, tapi bagian dari sistem pemerintahan bayangan,” jelas Sera sambil menggeser layar ke bagian sejarah.“Dibentuk oleh kakek buyut Tuan Dante, Viero De Vaux. Filosofi mereka sederhana ... yang berguna akan dilindungi, yang mengkhianat akan dilenyapkan.”Binar menahan napas saat nama itu muncul. Viero. Nama yang kini dijadikan marga Keluarga Dante sejak turun temurun ternyata adalah nama pendiri Daggers pact. Lalu, ada Leonard De Viero, nama yang juga tercatat dalam catatan lama yang diam-diam ia baca semalam

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   29. penghianat

    Pagi harinya, Dante memanggil Binar untuk ke ruang kerjanya dan mendapati seorang wanita tinggi tegap berambut pendek sebahu berdiri layaknya prajurit di depan meja kerja Dante. Binar tak menanyakan apapun, ia hanya berjalan tenang menghampiri Dante. "Ada apa?" ia tak bisa mengendalikan rasa penasarannya. Dante menarik lembut tangan Binar untuk mengelusnya. "Dia adalah Sera. Agen wanita terbaik yang kumiliki. Sekarang dia akan menjadi asisten pribadimu."Raut terkejut tercetak jelas di wajah Binar. Kenapa Dante tiba-tiba memberikan seseorang di sampingnya? "Pengawal?"Dante tersenyum tipis. "Semacam itu. Dia akan membimbingmu untuk mempelajari duniaku perlahan-lahan."Binar semakin syok saat Dante dengan mudah memberinya akses masuk setelah lama dikurung tanpa bisa melihat atau mendengar dunia luar. "Kau serius?" tanya Binar memastikan. "Tentu saja. Surat ancaman semalam menjelaskan kalau penghianat keparat itu mengincarmu. Aku tak boleh lengah dan membiarkanmu terluka lagi," jel

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   28. Pria Yang Tak Pandai Mengucapkan Cinta

    Binar berdiri diam di ambang pintu kaca, memandangi taman kecil di halaman belakang DAnte yang luas-hasil karyanya sendiri. Lama, Binar tampak merenungkan sesuatu. Ia merapatkan sweaternya saat angin dingin mulai terasa di kulitnya. Dante menutup laptopnya, mendapati Binar hanyut dalam lamunan. Pria mempesona itu bangkit, menggulung kemeja hitamnya hingga siku, memperlihatkan urat-urat menonjol di lengannya yang terkena cahaya lampu. “Sudah malam,” kata Dante akhirnya. Binar menoleh pelan, “Aku suka melihatnya.” Dante sedikit mendengus. Ia bangkit dan mendekati Binar, meligkarkan tangan besarnya di pinggang Binar yang mungil. Menyalurkan hangat tubuhnya pada wanita keras kepala yang sayangnya ia cintai. "Jangan di luar terlalu lama," ucap Dante tepat di lekuk leher Binar dengan suara rendah. “Kau mudah masuk angin.” “Dante ...,” bisik Binar, jari-jarinya menyentuh lengan suaminya. “Kau ... tak marah lagi?” tanyanya ragu. Dante membuang pandangannya sebentar, “Tidak lagi.” Tan

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   27. Jejak Luka

    Binar terbangun dan menemukan kalau ia tengah sendirian. Ruangan itu terlalu sunyi, padahal semalam begitu berisik diisi oleh jeritan saat mereka bercumbu. Kasur di sebelahnya dingin, menandakan Dante telah pergi lama. Jemari Binar meraba pelan dan menatap bantal Dante kosong. Binar akhirnya menarik nafas panjang. Tubuhnya masih terasa berat akibat sisa semalam. Dante benar-benar tak menahan diri. Saat Binar menggulingkan badan, ia menemukan secarik kertas yang dilipat rapi tergeletak di atas nakas, beserta muffin dan termos kecil berisi coklat panas. "Ada urusan. Aku akan pulang sebelum senja. —D" Kalimatnya masih terdengar seperti perintah, tapi kali ini ... ada jeda. Ada janji di sana. Senyum Binar terbit begitu saja. Ia tahu betapa keras usaha Dante untuk menahan sisi gelapnya akhir-akhir ini. Bahkan, melihat tulisan "Aku akan pulang" saja membuat dadanya berdebar. Ia menatap ke luar jendela, mendapati sinar matahari yang meninggi. “Pulanglah. Aku di sini ... menunggumu,"

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   26. Milikmu

    Pernyataan Dante membuatnya gemetar sesaat, tapi ia bisa menguasai dirinya dengan baik setelahnya.Dante benar. Dia sudah hidup lama dengan identitas 'Binar Jelita'. Meskipun kini ingatannya kembali, itu tak merubah apapun kecuali rasa sakit akibat trauma yang tercipta. Binar bergerak memeluk Dante, menyandarkan dagunya di bahu keras yang kini menjadi penopangnya. "Kau benar, Dante. Aku adalah Binar Jelita ... bukan Binar Veyra."Dante tak bereaksi lebih, tapi ia membalas pelukannya dengan erat. Ingin menunjukkan pada dunia kalau Binar adalah miliknya. Sejak dulu ... dan seterusnya. Binar mencoba mengenyahkan bayangan menyakitkan yang ia alami dulu. Ruangan putih yang dingin, jarum menusuk tubuhnya di beberapa titik, dan wajah dingin pria tua yang kini ia tahu sebagai kakek Dante. Seseorang yang mengklaim Binar tak layak menyimpan memori masa lalu untuk menghindari hal-hal merepotkan nantinya. "Aku ingat semuanya," ucap Binar lirih, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Dante.

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   25. Aku tak akan pergi

    Asap dan bara api adalah hal pertama yang menyambut kedatangan Binar dan Matthias. Binar hampir saja lepas kendali sebelum tangan besar Matthias menggandengnya erat. "Jangan gegabah," peringat Matthias tegas. Pria itu hanya khawatir dengan keselamatan Binar. Akhirnya, Binar mengikuti langkah Matthias dalam diam, menyelinap di antara pecahan kaca dan puing bangunan. Dari sini, Binar dapat melihat Dante berdiri tegak, meski kemejanya telah terbuka memperlihatkan dadanya yang bidang. Sorot mata Dante nampak berbahaya ditambah darah yang menghiasi tiap sudut tubuhnya. Menandakan betapa brutalnya pertarungan keduanya. "Dante ...," lirih Binar ketakutan. Vincent meski tampilannya lebih buruk dari Dante, dia terus terbahak di setiap pukulan yang Dante layangkan padanya. Seolah menikmati rasa sakit. Kemudian, suasana tambah kacau saat terdengar tembakan dari belakang, tempat Vincent berdiri. Seorang pria paruh baya mendekat ke arah Vincent, diikuti pria tinggi kekar dibalut tux

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   24. Memori Kelam

    Binar menatap lantai kamar dengan rasa sesak yang tiba-tiba menghimpit dadanya. Di lantai itu, kedua orang tuanya terbaring. Di genangan Darah sementara Binar menyaksikan semuanya dari balik lemari. Kini, Binar terpekur menatap noda bekas darah yang masih terlihat di sana. Dan suara kejadian itu menggema di telinganya. “Aku ingat mereka bilang … kalian lalai.” "Kalian gagal melindungi pewaris." Air mata Binar jatuh semakin deras seiring ingatan yang membanjiri kepalanya. "Tapi... haruskah kalian dihukum? Dan meninggalkan aku sendirian?" Binar menggigit bibir. Teringat akan mimpi-mimpi panjang yang ia lewati tiap malam. Melihat noda darah di lantai itu kembali, hatinya terasa remuk. Memang sudah pudar ... tapi Binar masih ingat jelas memorinya. Bekas tubuh Ayah dan ibunya yang berada di genangan merah. Dan di sudut kamar, ada lemari kecil yang berdiri kokoh. Lemari tempat Binar sembunyi malam itu. Tempat ia memeluk lututnya yang gemetar dan menutup mulut agar tak menangi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status