Share

Bungul Bin Tambuk

"Mbak, masih betah di rumahku? Balik, gih! Minum obat," ujarku. Sudah lebih dua jam dia berceloteh ngalor ngidul mengikuti arah angin, angin ribut!

"Males, ih. Liat kerjaan rumah numpuk, jadi ga asik. Mana laki udah pergi kerja, sepi," ujarnya mengelak.

"Lah, aku juga mau istirahat," ujarku kesal.

"Eh, mumpung aku lagi ga sibuk, jalan-jalan, yuk. Pake motor baru kamu," ujarnya sambil menunjuk si N-Cox.

"Ogah, cukup si butut aja yang turun berok gara-gara dinaikin sama dirimu," jawabku sewot.

"Dih, emang dasar udah butut! Ayuk lah, Rin. Kita jalan-jalan kaya orang-orang itu loh, yang hobi nongkrong di kafe, kaum saoslita."

"Sosialita! Ogah, ah, ntar di jalan bisa-bisa ditangkap polisi," ujarku mengelak.

"Masa sih?" tanyanya heran.

"Iya, motor itu cuma boleh boncengin orang, bukan karung beras," ujarku sambil terkekeh.

"Sembarangan, Lu. Ngatain gue karung beras. Bukan karung beras, tauk!" ujarnya kesal.

"Terus?"

"Gaban!"

"Bwahahahaa, nyadar jugak! Udeh buruan balik, aku mau tidur siang.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status