The Coven
Gartaagza (Bagian Tujuh Belas)
“Tujuanku memang menghancurkan coven kecil ini, Nona Madicum.” Theo bersiap dengan cambuk listrik di tangannya. Baku hantam pun tak bisa dihindari. Cambuk listrik milik Theo berhasil dihindari dengan Delnessie dengan mulus. Di mata Delnessie, pergerakan cambuk itu lambat, dengan mudah dia menghindarinya. Delnessie melompat mundur. “Kau berurusan dengan penyihir yang salah, Theo.” Delnessie menggerakkan telunjuknya, membentuk sebuah rune. Detik berikutnya, sosok Delnessie lenyap dari pandangan. Theo sudah memahami trik murahan ini. Dia tidak panik, matanya mengamati tiap detail keadaan di sekitarnya. Theo mengeluarkan sesuatu dibalik jubahnya, sebuah botol kecil berisi cairan perak. Botol kecil itu dia pecahkan dengan melemparnya ke tanah. Seketika cairan silver itu mengeluarkan asap yang tak tampakThe Coven Ertozagza (Delapan Belas) Pagi hari, penghuni coven menjalani rutinitasnya masing-masing. Meja makan sudah ramai dengan anak-anak yang ingin sarapan mengisi perut mereka. Suasana hangat itu selalu menjadi ciri khas di dalam bangunan coven ini. Mereka berkumpul dalam satu atap. Walau tak sedarah, namun memiliki ikatan bagai keluarga.Mandy, Helyna, dan Cat sudah duduk berkumpul di satu meja. Ada yang kurang. Helea dan Dannies tidak bergabung bersama mereka. Belum. Dua anak itu masih belum kelihatan badang hidungnya.“Si anak cengeng itu mana? Belum bangun?” cetus Mandy. Dia sibuk mengoleskan selai pada rotinya.“Tadi aku lihat Helea masuk ke ruangannya. Mungkin mereka sedang bicara empat mata,” jawab Cat. Dia menyantap sup hangat di hadapannya. Sesekali menawarkan Helyna menu sarapan miliknya.Helyna tak banyak bicara pagi ini. Padahal biasanya dia selalu cerewet di setiap keadaan. Entahlah, ses
The CovenUna (Bagian 1)Kisah ini bermula di sebuah panti kecil sederhana yang penghuninya tidak lebih dari lima belas orang. Tujuh laki-laki dan delapan perempuan. Aku tak perlu menjelaskan anak-anak yang tinggal di panti asuhan ini karena kita hanya akan fokus pada tiga karakter utama di dalam cerita ini. Bukannya aku pelit, tapi kalian akan mengenal mereka seiring berjalannya cerita ini. Jadi, bersabarlah, wahai pembaca.Tak banyak kalimat pembuka di dalam cerita ini. Aku tak suka basa-basi terlalu lama. Aku harap kalian menikmati cerita yang akan kutunjukan pada kalian semua. Jangan lupa siapkan kopi atau teh dan camilan untuk menikmati kisah ini. Selamat membaca.***Helea bangun lebih dulu dari anak lainnya. Tentu saja, dia selalu menjadi yang paling rajin. Sebenarnya dia bukan yang tertua di panti itu, tapi dia merasa bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Gadis dengan wajah oval itu turun dai ranjang lalu berg
The CovenTurta (Bagian Dua)Hei, para pembaca sekalian. Akhirnya kita berjumpa lagi. Biar kuingatkan kembali mengenai kisah yang berjalan ini. Kita tahu bahwa Dannies dibawa pergi oleh keluarga Mr. Vaughan dari panti asuhan itu bukan? Kupikir gadis itu akan lebih bahagia di sana, nyatanya tidak seperti itu. Baiklah, kita akan melihat ke kediaman keluarga baru Dannies.Sudah tiga hari Dannies tinggal di rumah mewah itu. Orang tua barunya memperlakukannya dengan baik. Bahkan ibunya, dia sangat memanjakan Dannies. Perlahan Dannies mulai terbiasa dengan keadaan di rumah besar itu bersama keluarga barunya. Tapi hati kecilnya merindukan suasana panti yang ramai. Tentu saja ada dua sosok yang paling dia rindukan, Helyna dan Helea.“Dannies sayang, kau belum tidur?” wanita cantik yang kini menjadi ibu bagi Dannies itu terkejut melihat gadis berkacamata itu masih duduk bersandar di ranjang. Kedua matanya terbuka lebar, mena
The CovenKaliga (Bagian Tiga)Pada episode kali ini aku tak akan banyak berbasa-basi. Aku yakin kalian sudah tidak sabar mengikuti episode kali ini. Sekilas kuingatkan tentang episode lalu. Helyna mendatangi kediaman keluarga Dannies setelah membereskan keluarganya sendiri. Helyna mengajak Dannies untuk pergi dari kediamannya, pulang ke panti asuhan. Sepertinya Bunda Alam memang menghendaki mereka pulang ke panti asuhan.Mereka sampai di panti asuhan pukul tiga pagi. Siapa yang akan membukakan mereka pintu di waktu seperti itu? Padahal mereka berdua sangat kelelahan karena menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki dan berlari. Sesekali mereka beristirahat di trotoar jalan yang sepi. Sialnya, tidak ada kendaraan umum yang melintas di sepanjang perjalanan.“Please Lyn, siapa yang sudah bangun pukul tiga pagi begini?” ucap Dannies yang kemudian duduk bersandar di pagar panti asuhan.&ldq
The CovenPorta (Bagian Empat)“Paladin? Paladin apa?” Dannies tak merasa bahwa tiga sosok berpakaian putih serta berjubah itu membahayakan walaupun mereka membawa cambuk. Baginya, cambuk sesuatu yang normal untuk dibawa ke manapun. Bisa saja mereka bertiga penjinak hewan liar, pikir Dannies seperti itu.Helyna menepuk jidatnya. “Aduh, aku belum pernah jelaskan ini ya?”Dannies menggeleng.Dalam hati Dannies, dia heran melihat wajah panik Helyna. Biasanya gadis itu bersikap tenang dan ceria, tiba-tiba menjadi panik serta pucat. Dannies tak memahami situasinya sama sekali, tapi yang pasti situasinya sedang tidak bagus.“Paladin itu, kelompok yang memburu penyihir. Seperti aku dan Lea. Tidak hanya penyihir, bahkan makhluk dengan kemampuan magis lain juga diburu. Mereka menganggap keberadaan kami membahayakan,” jelas Helyna. “Tak kusa
The CovenElidma (Bagian Lima)Oh, sepertinya keadaan bertambah buruk. Beberapa jam setelah Dannies dan ketiga penyihir itu tiba di kabin tua itu, tiga sosok yang mengejar Helea juga sampai di sana. Untungnya ketiga penyihir itu sempat beristirahat dan memulihkan energi mereka. Dannies hanya bisa melongo melihat tiga sosok yang dia lihat di cermin Helyna kini berada di depan matanya.“Kalian pikir kalian bisa lari, huh?” ucap salah satu dari mereka. Sosok paling tinggi serta mengenakan kacamata bundar.“Apa kita harus mealwan?” tanya Helea. “Sebaiknya minta mereka pergi baik-baik.”“Kau bisa coba,” usul Mandy.Helea maju dua langkah dari posisinya semula. “Maaf, tapi kami tidak ingin cari ribut. Bisa kalian pergi dari sini?” terdengar lembut tapi maksudnya tersampaikan dengan jelas. Cara mengusir yang baik dan benar, menurutku.
The CovenInamu (Bagian Enam)Oh wow, kedatangan Momo ke kabin itu membuat suasana menjadi sedikit ramai. Setelah Momo dan Helea bertatap muka di warung kcil itu, Helea memutuskan untuk mengundang Momo ke rumahnya. Sebenarnya Helea mengundangnya juga berniat untuk mendiskusikan ajakan Momo tersebut. Walaupun Helea anak tertua, bukan berarti dia bisa mengambil keputusan seenaknya tanpa berdiskusi terlebih dahulu.“Wah, satu lagi penyihir, kereeen!” seru Dannies. Pandangan berbinar-binar menatap ke arah Momo.Momo balas menatap Dannies lalu tertawa kecil. “Yes Little girl, banyak sihir di luar sana. Apa kau mau melihat lebih banyak?”Helea menggelengkan kepalanya. Dia sudah bisa menebak jawaban Dannies akan sepeerti apa.“MAU MAU MAU!”Yep, seperti tebakan Helea. Hal-hal tentang sihir selalu berhasil membuat Dannies tertarik. Terkad
The CovenGarta (Bagian Tujuh)Panik.Ricuh.Yep, dua kata itu cukup menggambarkan suasana Coven Childern Of Salem untuk saat ini. Setelah Mandy membawa Dannies yang pingsan dan menceritakan kalau adiknya itu tercebur ke danau, seperti inilah suasananya. Mandy malah heran, kenapa para healer dan perawat panik. Bahkan yang non magic seperti Rhena juga ikut panik. Apa gerangan yang membuat mereka panik?“Bagaimana keadaan dia sekarang, Mad?” tanya Rhena setelah Mandy menidurkan Dannies di ruang kesehatan.Mandy memiringkan kepalanya. “Masih belum sadar, tapi dia masih bernapas.”“Benarkah?” Rhena justru tampak kaget. Respond Rhena yang tak biasa ini membuat dahi Mandy berkerut. Bukannya dia harusnya senang karena Dannies masih hidup? Oh tidak, Mandy membaca isi kepala Rhena secepat kilat.“Kau pikir adikku sudah mati, huh? Dia tidak