Home / Romansa / The Story of NATHANIEL & KLARA / CHAPTER 1: NATHANIEL'S STORY

Share

CHAPTER 1: NATHANIEL'S STORY

Author: BabyElle
last update Last Updated: 2021-03-06 11:49:12

Klara POV

Halo, namaku Klara. Aku adalah seorang wanita yang bermimpi untuk mendapatkan sedikit perhatian dari seorang pria yang kucintai sejak lama. Nama pria itu adalah Nathaniel. Saat ini ia sudah resmi menjadi suamiku, namun bukan karena kami saling mencintai layaknya suami istri, namun karena suatu hal ...

Apa kalian penasaran seperti apa ceritanya? Baiklah, akan kuceritakan awal mula aku bertemu dengannya.

Saat aku berumur tujuh tahun, adik dan kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil. Sejak saat itu aku diasuh oleh pamanku, beliau merupakan adik dari mendiang ibuku, ia memang baru saja mendirikan sebuah yayasan panti asuhan. Akulah anak asuh pertama di panti asuhan miliknya.

Ketika aku menginjak usia sepuluh tahun, aku bertemu dengan salah satu donatur tetap di panti asuhan milik pamanku, yang saat ini menjadi ayah mertuaku. Ia bernama Mr. Jonathan, beliau datang bersama Kak Nathaniel, yang saat itu masih berusia dua belas tahun. Ketika pertama kali melihatnya, aku berpikir kalau dia orang yang sangat dingin.

Namun ternyata dugaanku salah.

Semasa aku duduk di kelas satu SMA, beberapa kakak kelas pernah merundungku saat sedang mengantri untuk mengambil makan siang di kantin. Iya, tiba-tiba saja segerombolan kakak kelas perempuan datang dan langsung menyerobot antrian. Mereka berpakaian seksi, juga dandanan yang terbilang cukup menor.

Mereka menyelak dan memberikan tatapan mencemooh padaku, mungkin mereka pikir kalau pakaianku sangatlah tidak kekinian, tapi aku tidak peduli akan hal itu. Aku langsung menegurnya agar mau mengantri sesuai urutan, tapi mereka malah memberikanku tatapan sinis dan mendorongku hingga jatuh ke lantai.  

Well, aku tidak bisa membiarkan mereka berperilaku seperti itu, jadi aku balik mendorongnya dan menegur mereka dengan keras agar mau mengantri.

Karena kejadian itu, alhasil kami menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin.  Segerombolan kakak kelas itu merasa dipermalukan olehku, salah satu dari mereka menamparku dan meludahi wajahku.

Di saat mereka melakukan itu, Kak Nathaniel datang menghampiri kami lalu menyuruh kakak kelas tersebut meminta maaf dan mengancam akan melaporkan tindakan bullying tersebut kepada kepala sekolah.

Karena merasa terancam, segerombolan kakak kelas itupun langsung pergi meninggalkan kantin. Usai mereka pergi, Kak Nathaniel menghampiriku lalu memberikan sapu tangannya padaku untuk membersihkan wajahku dari ludahan kakak kelas tadi.

Jujur saja, sejak saat itu aku mulai suka padanya. Iya, kalian tidak salah dengar, aku mulai menyukainya, mungkin lebih tepatnya, aku mulai jatuh cinta ...

Kak Nathaniel adalah kakak kelasku sekaligus ketua OSIS semasa SMA. Dia dikenal sebagai sosok yang ramah dan juga berkarisma, selain itu dia juga aktif dalam kegiatan organisasi sekolah. Dia juga dikenal sebagai murid yang berprestasi karena selalu mendapat peringkat pertama dalam sebagian besar mata pelajaran dan ujian.  

Oh iya, ada satu hal lagi yang membuatku tergila-gila padanya. Tapi, kalau aku mengatakannya pada kalian, pasti kalian mengira aku adalah seorang wanita yang cuma melihat rupa. Terus terang saja, sosoknya yang tegas dalam menyikapi pembuli waktu itu, terlihat seperti prince charming yang sering kulihat di cerita dongeng.

Jadi, ya kuakui kalau aku juga menyukai fisiknya ... tapi, faktor itu berada di urutan sekian. Hal utama yang membuatku menyukainya adalah ... rahasia.

Hahaha ... maaf, tapi aku memang tidak mau menceritakannya pada siapapun, termasuk pada pria yang sudah resmi menjadi suamiku saat ini.

Jadi, lebih baik aku melanjutkan cerita tentangnya saja. Tunggu dulu, ceritanya tadi sampai mana ya? Oh iya! Sosok pria yang sekarang sudah resmi menjadi suamiku memiliki wajah yang tampan dan raut wajah yang serius. Warna matanya juga cukup unik, yaitu dominan biru langit dengan sedikit magenta. Ia juga memilik rambut berwarna coklat muda dan merupakan keturunan mix-raced, yakni Inggris dan Indonesia.

Waktu masuk perguruan tinggi pun, ia diterima di University of Cambridge, salah satu universitas terbaik di Inggris. Ia mengambil jurusan Computer Engineering karena dirinya kompeten dalam hal merancang sistem operasi pada komputer. Masih di semester empat saja, ia pernah mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional dalam membuat sebuah sistem operasi pada perangkat komunikasi.

Selang setahun kemudian, aku masuk ke perguruan tinggi yang sama, sayangnya aku mengambil jurusan 3D Animation. Namun, saat aku masuk perguruan tinggi, aku patah hati.

Kalian tahu kenapa aku patah hati?

Itu karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat dia berciuman dengan perempuan lain. Perempuan tersebut bernama Stefani. Ia memiliki paras yang cantik dan sangat berkarisma. Rambutnya panjang sepinggang dan bergelombang, seperti seorang model. Tidak, lebih tepatnya seperti seorang putri bangsawan.

Aku benci mengakuinya, tapi Kak Nathaniel dan Kak Stefani terlihat sangat cocok sebagai sepasang kekasih. Mereka sama-sama memiliki paras yang memukau dan berasal dari keluarga kaya raya.

Kak Stefani adalah seorang model majalah terkenal yang saat ini sedang melanjutkan pendidikannya di jurusan Musikal, dan beruntungnya ia kuliah di universitas yang berbeda.

Waktu pun berlalu begitu cepat, sampai tidak terasa kalau Kak Nathaniel sudah lulus dari perguruan tinggi dan menjadi seorang Engineering yang handal. Karena kemampuannya yang patut diacungi jempol, ia dipercaya oleh ayahnya untuk menempati posisi Systems Development Manager di perusahaan milik ayahnya, J&E Group.

Kak Nathaniel memiliki seorang adik perempuan yang berusia lima tahun lebih muda darinya, namanya Natalie. Adik iparku yang periang itu memiliki minat yang cukup besar dalam seni tari, saat ini ia sedang menempuh pendidikan seni tari di University Gloucesterhire, London.

Kalian pasti berpikir kalau aku mengetahui semuanya setelah menikah dengan Kak Nathaniel, kan?

Kalau kalian berpikir begitu, kalian salah besar! Jauh sebelum aku menikah dengan Kak Nathaniel, aku sudah mengenal mertuaku lebih dahulu.

Kalian penasaran kapan dan bagaimana aku bisa mengenal mertuaku? Baiklah, akan kuceritakan pada kalian.

Itu karena sewaktu masih berada di kelas dua SMA, aku pernah tidak sengaja bertemu dengan ibu mertuaku. Saat itu beliau pernah hampir kecopetan, aku yang melihatnya langsung mencegat pencopet tersebut. Pencopet itu langsung kabur, setelah sebelumnya mendorongku hingga aku terjatuh dan membuat kepalaku terbentur trotoar dengan cukup keras.

Saat aku tersadar kembali, aku sudah ada di rumah sakit. Aku mencoba untuk bangun, namun rasa sakit yang teramat sangat di kepalaku membuatku tidak mampu untuk bangun. Kemudian, aku melirik ke arah samping tempat tidur. Di situ aku melihat seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun yang saat ini sudah resmi menjadi ibu mertuaku, sedang menatapku khawatir.

“Syukurlah kamu sudah bangun, kamu sekarang berada di rumah sakit ...,” ucapnya dengan wajah yang ramah.

Aku yang belum tersadar sepenuhnya, hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

“Saya ingin berterima kasih padamu karena telah menolong saya dan suami saya dari pencuri. Sekarang istirahatlah sampai kamu pulih. Kamu tidak perlu memikirkan soal biayanya, saya sudah mengurus semua biaya administrasinya,” lanjutnya sambil tersenyum lembut.

“Terima ... kasih ... banyak ...,” ucapku lirih.

Sejak saat itulah aku mulai menjalin hubungan kekeluargaan dengan mereka. Oh iya, ibu mertuaku bernama Mrs. Emily.

Betapa terkejutnya aku ketika tahu bahwa mereka merupakan salah satu donatur di kampusku. Aku tidak menyangka kalau mereka orang yang sangat ramah dan baik, aku merasa bersyukur karena bisa bertemu dan mengenal mereka.

Selang setahun kemudian, aku pun lulus dan menerima gelar Bachelor of Art. Saat itu, aku terpilih menjadi perwakilan angkatan untuk memberikan sedikit pidato ucapan terima kasih dan salam perpisahan. Setelah acara kelulusan selesai, tak disangka-sangka mereka meminta bertemu untuk membicarakan sesuatu.

“Selamat atas kelulusanmu Klara. Dan juga tadi pidatomu sangat bagus dan menyentuh hati,” ucap Mrs. Emily sembari memeluku dengan erat.

“Selamat atas kelulusanmu Klara,” ucap Mr. Jonathan sembari tersenyum tipis.

“Terima kasih banyak Mrs. Emily dan Mr. Jonathan atas bantuanya selama ini. Aku harap kalian selalu di berkati Tuhan di sepanjang hidup kalian. Dan jika kalian membutuhkan bantuan, kalian bisa langsung menghubungiku,” ucapku dengan penuh semangat.

 “Iyaa, terima kasih Klara. Begitupun dengan kamu, jangan ragu untuk meminta bantuan kami ya,” jawab Mr. Jonathan.

Saat ini kami sedang berada di sebuah restoran untuk membicarakan sesuatu hal yang penting, yang tidak pernah kuduga sebelumnya.

“APA?! Me-Menikah dengan putra kalian!?” ucapku spontan. Aku langsung berdiri dari kursi makan dengan mata terbelakak.

“Tenang dulu Klara, dengarkan penjelasan kami terlebih dahulu ...,” pinta Mrs. Emily dengan nada pelan.

Aku duduk kembali dan mulai mendengarkan penjelasan mereka.

Waktu berlalu dengan cepat, langit sudah kehilangan cahayanya, jam di pergelangan tanganku sudah menunjukan pukul tujuh malam. Usai berbicara, mereka mengantarku pulang ke kosanku. Sesampainya di kosan aku pun berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada mereka karena sudah repot-repot mengantarku. Jujur saja sepanjang perjalanan aku masih saja terngiang-ngiang perkataan dari Mrs. Emily.

.

.

*FLASHBACK: ON*

“Begini Klara, sebelumnya kami sudah memikirkan hal ini matang-matang, saya rasa kamu pasti tahu bahwa saat ini Nathaniel sedang menjalin hubungan khusus dengan seorang wanita bernama Stefani kan?” lanjut Mrs. Emily.

Aku mengangguk pelan.

“Mungkin ini terdengar jahat, tapi sejujurnya kami berdua sangat menentang hubungan mereka berdua,” lanjut Mrs. Emily, sedikit mengerutkan alisnya.

Mendengar hal itu aku agak terkejut lalu spontan bertanya, “Kenapa? Sepertinya Stefani wanita yang baik ....”

Mrs. Emily dan Mr. Jonathan pun saling bertatapan sesaat kemudian melihat ke arahku sambil menghela napas pelan.

“Sebelumnya berjanjilah untuk merahasiakan ini dari Nathan,” pinta Mr. Jonathan.

“Baik aku janji,” ucapku sambil mengangguk pelan.

“Saat pertama kali mendengar bahwa Nathan menjalin hubungan dengan wanita bernama Stefani, kami tidak menaruh curiga sama sekali. Awalnya kami juga berpikir sama sepertimu. Tapi kami salah, setelah hampir satu tahun mereka berpacaran, Stefani mulai menunjukan sikap yang sedikit berbeda dari sebelumnya,” ucap Mr. Jonathan tanpa menyembunyikan ekspresi kesalnya.

“Aku meminta asistenku untuk memata-matai wanita tersebut …,” lanjut Mr. Jonathan kemudian mengambil napas berat dan menghelanya.

“Dan benar saja, setelah beberapa hari memata-matainya, saya mendapat info bahwa wanita yang bernama Stefani itu merupakan anak dari musuh bebuyutan keluarga kami,” ucap Mr. Jonathan dengan ekspresi menahan marah.

“Kami tidak ingin Nathan menjadi alat balas dendam mereka, kami ingin melindunginya dari wanita licik itu. Kami mohon padamu, menikahlah dengan Nathaniel. Kami tahu kamu mencintai putra kami, kan?” sambung Mr. Jonathan dengan wajah penuh arti.

*FLASHBACK: OFF*

.

.

Sambil merebahkan diri di kasur, aku memejamkan mata lalu menghela napas panjang, “Apa yang harus kulakukan?”

Ya, seperti itulah kisah awal mula penyebab aku bisa menikah dengan Nathaniel. Aku harap kalian tidak merasa bosan mendengar ceritaku ...

Karena kisah ini baru permulaannya saja.

End POV

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Story of NATHANIEL & KLARA    CHAPTER 41: QUALITY TIME 2 (21+)

    Author POV “Apa!? ... mereka berdua sekarang bersama Jonathan Hamilton? Sial!” umpat pria bernama Felix Kemp Elliot itu sembari menggebrak meja dengan kepalan tangannya. “Pokoknya kalian harus terus ikuti mereka, kalau perlu habisi mereka selagi ada kesempatan. Jangan biarkan mereka sampai membongkar rencana kita! Paham?” sambungnya dengan nada tegas. “Paham, Tuan.” Usai itu, beberapa asisten pribadinya langsung mohon pamit meninggalkan ruang kerjanya. Setelah semua asisten pribadinya meninggalkan ruangan, pria paruh baya itu kembali meninju mejanya, guna melampiaskan emosi. ‘Awas saja kamu Jonathan Hamilton, akan kuhabisi semua orang terdekatmu, bila berani menghalangi rencanaku!’ . . . “Na-Nathan?” Tidak ada respon apapun dari sang suami. Hingga setengah jam berlalu, sepasang suami istri itu tiba di unit apartemen. Sesaat setelah mereka masuk dan menut

  • The Story of NATHANIEL & KLARA    CHAPTER 40: NOSTALGIA

    Author POV “Selamat ulang tahun, Selly dan Senna!” Suasana gegap gempita amat dirasakan oleh semua anak panti yang bersorak sorai dengan gembira, mengiringi saudara kembar cilik tersebut meniup lilinnya secara bersamaan. Nathan, Klara serta yang lainnya langsung bertepuk tangan semeriah mungkin usai si kembar meniup lilin berbentuk angka sebelas yang terpasang di kue fruit tart dan black forest berukuran besar. Tak lupa juga Klara mengabadikan momen berharga ini melalui kamera ponselnya. Wanita itu memasang timer otomatis dan menyuruh Paman Martin, semua anak panti serta Nathan, Stefani dan Marcus untuk saling berdiri berdekatan. Setelah selesai berfoto bersama, Selly dan Senna langsung memotong kue tersebut, lalu membaginya masing-masing ke Paman Martin dan anak-anak panti. Juga ke Klara dan Nathan. Di saat semua anak panti masih menyantap kue ulang tahun di ruang tengah, Paman Martin meman

  • The Story of NATHANIEL & KLARA    CHAPTER 39: PREPARING FOR BIRTHDAY PARTY

    Author POV "Kalian sepertinya begitu harmonis. Syukurlah ...," ujar Stefani sembari tersenyum tipis. "Eh ...? Hmm ... terima kasih," ucap Klara dengan ramah. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baik?" Kini giliran Nathan yang bertanya padanya. Wanita bersurai merah muda itu hanya mengangguk lemah tanpa mengeluarkan sepatah katapun. "Kalian pasti sudah tahu. Tapi, aku ingin bilang langsung pada kalian," ujarnya kemudian. "Tahu tentang apa?" tanya Klara merasa bingung. Sambil tersenyum tipis, Stefani berkata, "Ayah kalianlah yang telah menolongku. Beliau jugalah yang memberiku tempat tinggal untukku usai aku pulih. Kalian beruntung punya Ayah sebaik beliau." Nathan dan Klara sama-sama membelakakan kedua matanya. "Ka-kami berdua sama sekali tidak tahu-menahu soal itu," sanggah Nathan. "Hah? Lalu, kenapa kalian tahu kalau aku di sini?" tanya Stefani sembari mengerutkan dahiny

  • The Story of NATHANIEL & KLARA    CHAPTER 38: LIKE A FAMILY

    Author POV Seminggu berlalu sejak hari itu ... Seperti sebelumnya, Mr. Jonathan datang menjenguk Stefani dan Marcus yang saat ini sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Ketika pria paruh baya itu membuka pintu kamar rawat inap milik Stefani. Ia melihat sosok wanita itu sedang duduk di kasurnya, sambil menatap ke jendela. "Stefani ...," panggilnya kemudian. Sosok yang dipanggil namanya langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan lesu. "Pak ... Jonathan ...," lirihnya. Pria paruh baya itu langsung menghampirinya dan berdiri di dekat tepi kasurnya. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanyanya. "Masih sama seperti sebelumnya ...," balas Stefani dengan suara pelan. "Istirahatlah. Kamu harus sembuh," pinta Mr. Jonathan. Tertawa miris, wanita bersurai merah muda itu membalasnya, "Untuk apa? Ayah saya sendiri bahkan menginginkan saya untuk mati. Kenapa Anda malah mengingin

  • The Story of NATHANIEL & KLARA    CHAPTER 37: RESCUED

    Author POV "Sepertinya kita diikuti ...!" seru Stefani saat dirinya melihat sebuah mobil hitam mengikutinya dari belakang. "Baiklah, saya akan mengambil jalan pintas." Tanpa aba-aba, pria itu langsung membanting stir ke kiri dan masuk ke sebuah jalan komplek perumahan. Di situ terdapat banyak belokan. Pria itu ingin mengelabui mobil hitam tersebut. Setelah beberapa belokan, akhirnya mobil hitam tadi sudah tidak terlihat di belakang mereka lagi. Tampaknya sekarang mereka cukup aman. Akhirnya, mereka memutuskan keluar dari komplek perumahan itu dan kembali ke tujuan mereka. Namun, saat mereka baru keluar dari komplek perumahan itu. Tiba-tiba mobil hitam tadi muncul dan menghadang mobil mereka. Membuat Marcus menghentikan mobilnya secara mendadak. "Astaga ... mereka sedari tadi menunggu di sini ...?!" pekik Stefani dengan nada terkejut. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika ia melihat pintu sebelah kanan mobil

  • The Story of NATHANIEL & KLARA    CHAPTER 36: RUNAWAY

    Author POV Hampa ... sakit ... sedih ... kecewa ... marah ... Semua emosi itu bercampur aduk menjadi satu kesatuan yang utuh. Menghasilkan suatu emosi baru yang tidak diketahui namanya. Entah apa namanya. Mungkin memang tidak ada namanya. Meski tak memiliki nama, emosi tersebut tetap terasa menyakitkan. Teramat menyakitkan. Rasanya seperti ingin menghilang saja dari dunia ini untuk selama-lamanya. Tidak ada gunanya ... sia-sia belaka ... Semua emosi itu hanya menggerogoti tubuhnya saja. Bagaikan sebuah lintah yang berjalan lambat namun mampu menghisap banyak darah manusia. Mematikan secara perlahan. Hal itulah yang dirasakan oleh Stefani selama hidupnya. Sejak ibunya meninggal, tidak ada lagi kebahagian yang tersisa dalam hidupnya. Semuanya terenggut darinya. Ia bahkan tidak memiliki satupun teman dekat. Ia hanya seorang diri. Bukan karena mereka jahat, hanya saja ia sendirilah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status