Home / Fantasi / Transmigration To Emerald Kingdom / 7 Rencana Licik Scarlett

Share

7 Rencana Licik Scarlett

last update Last Updated: 2025-07-01 23:44:58

Alistair melihat Ivy sangat kesakitan, lalu dia menyentuh tangan wanita itu berharap dapat menenangkannya.

"Sayang, apa masih sangat sakit?" Alistair bertanya dengan ekspresi khawatir.

"Ya ... sakit banget," jawab Ivy lirih.

Alistair mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika dia melihat Ivy hampir tidak sadar.

"Alistair, perutku sakit," ucap Ivy pelan sambil menyentuh perutnya yang terasa lebih menyakitkan.

Segera mobil yang dikendarai oleh Alistair berhenti di depan rumah sakit. Dia segera turun dari mobil dan menggendong Ivy menuju lobi rumah sakit.

"Tolong bantu tunangan saya!" Alistair berteriak pada perawat yang sedang berjalan ke lorong rumah sakit.

Melihat ada seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, perawat itu segera membawa brankar yang diletakkan di depan ruang IGD, lalu Alistair perlahan-lahan meletakkan Ivy di brankar itu.

"Tuan, Anda tenang dulu ya, dokter akan memeriksa kondisi wanita ini," ujar perawat bertubuh jangkung dan berkacamata.

Brankar di mana Ivy berbaring di atasnya didorong oleh 2 orang perawat ke IGD diikuti oleh Alistair dari belakang. Tiba di IGD, Ivy segera diperiksa secara intensif oleh dokter yang sedang berjaga di situ.

Setelah beberapa saat, dokter yang memeriksa Ivy berkata pada Alistair yang nampak waswas melihat kondisi Ivy.

"Tuan, anda tenang saja. Nona ini cuma stress, dia membutuhkan sesuatu yang dapat mengalihkan pikirannya supaya tidak stres," jelas dokter tampan itu.

"Asma saya kambuh, dok," Ivy berbohong di depan dokter dan Alistair untuk mencari perhatian dari Alistair.

Alistair segera menoleh ke kekasihnya, dia terkejut oleh Ivy yang mengaku menderita asma meskipun dia tahu Ivy tidak memiliki penyakit apapun.

"Sejak kapan kamu menderita asma?" Alistair bertanya, menatap serius pada Ivy.

"Kamu tidak tahu kalau aku sebenarnya punya penyakit asma. Kamu tidak peka terhadapku." Ivy menggerutu.

Alistair meminta dokter untuk memeriksa kembali kondisi Ivy, membuat dokter hanya bisa mengatakan ya dan memeriksanya lagi.

"Apa sebenarnya yang terjadi pada calon istri saya?" Alistair bertanya, memastikan apakah Ivy asma atau tidak.

"Tuan, saya telah mengatakan bahwa kekasih Anda cuma stres. Kalau Anda masih tidak percaya, tolong lakukan pemeriksaan lebih lanjut," jawab dokter dengan datar.

Ivy melihat Alistair terus-menerus berdebat dengan dokter, dia merasa tidak nyaman dengan dokter yang memeriksanya.

"Alistair, kita pulang saja. Perutku sudah tidak sakit," pungkas Ivy sambil cemberut.

"Apa kamu yakin?" Alistair bertanya.

Ivy menganggukkan kepalanya, kemudian mereka segera kembali ke mobil yang diparkir begitu saja di depan lobi rumah sakit tanpa peduli dengan dokter yang terkejut dengan perilaku mereka.

"Apa kamu ingin langsung pulang, atau ingin makan siang dulu di kafe, lalu pergi ke Ruby Bridal House?" Alistair bertanya, menatap kekasihnya dalam-dalam.

"Aku mau pulang aja," jawab Ivy dengan datar.

Alistair segera mengantar Ivy ke rumahnya. Setelah membawa Ivy pulang, ia memutuskan untuk membeli makanan untuk Ivy.

"Semoga Ivy menyukai makanan ini," gumam Alistair sambil memegang sebungkus makanan.

Alistair masuk ke mobil lagi lalu mengendarai mobilnya ke rumah Ivy.

"Ivy, ini aku. Buka pintunya," ujar Alistair dengan suara agak lantang dan mengetuk pintu rumah Ivy berkali-kali.

Kemudian pintu terbuka sedikit menampilkan Ivy yang telah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Dia melihat Alistair berdiri di depan pintu, menatap keheranan pada pria tampan itu.

"Kenapa kamu kembali lagi?" Ivy bertanya dengan bingung.

"Aku membawa makanan untuk kita makan bersama, Sayang." Alistair menjawab dengan lembut.

Ivy membiarkan Alistair masuk ke dalam. Dia tidak menolak undangan untuk makan siang bersama dari pria itu.

"Kamu harus makan sup ini, sehingga tubuhmu sehat," ujar Alistair, ia memberikan senyum manis pada Ivy.

Aroma sup ayam ketika Alistair membuka kotak makanan yang dibawanya begitu harum di ruangan itu, membuat perut Ivy segera demo diminta untuk diisi.

"Aku ingin makan sup sekarang," rengek ivy

Alistair tersenyum ketika dia memindahkan sup ayam ke mangkuk milik Ivy. Dia dengan lembut membelai rambut Ivy setelah menyerahkan mangkuknya.

"Makan yang banyak, aku tidak ingin kamu sakit lagi seperti tadi," tambah Alistair tersenyum.

"Tentu, sayang," jawab Ivy, membalas senyum Alistair.

Mereka makan makanan mereka sambil sesekali mengobrol tentang hubungan mereka yang akan segera menikah tiga bulan kemudian.

"Hmm ... Ali apa aku hamil? Aku sudah telat satu bulan," ungkap Ivy dengan mimik wajah manja.

"Apa?? Kamu hamil?? Memangnya kita pernah melakukannya?" tanya Alistair tidak percaya dengan apa yang Ivy katakan tadi.

"Ya ... kita pernah melakukannya, tapi waktu itu kamu sedang mabuk dan aku ... aku tidak bisa menolak. Aku salah, Alistair," ucap Ivy seraya menundukkan kepalanya

"Kalau begitu, kita harus secepatnya menikah sebelum perutmu semakin membesar," tandas Ali, menghela nafas dalam-dalam.

Ivy menganggukkan kepalanya perlahan setelah mendengar kata-kata Alistair.

*****

Beberapa bulan kemudian, seorang pria yang baru saja bangun dari tidurnya melihat kalender dinding.

"Segera, aku akan memilikimu Ivy. Aku tidak sabar untuk melihatmu ketika membuka mataku di pagi hari," gumam Alistair, ia tersenyum bahagia.

Alistair melihat ponselnya dan nama Scarlett muncul di sana, dia segera mengambil ponselnya di atas meja.

"Selamat pagi, Scarlett. Kenapa kamu meneleponku di pagi hari seperti ini?" Alistair bertanya dengan terkejut.

Hanya suara tangisan Scarlett yang bisa didengar Alistair. Dia bertanya lagi, tetapi sebaliknya suara tangisan wanita itu semakin keras.

"Scarlett, apa ada yang menyakitimu sampai kamu menangis?" Alistair bertanya dengan panik.

"Pak, saya mohon kali ini Anda bersedia menerima ajakan saya untuk berjalan-jalan dengan saya ke mana pun. Saat ini saya benar-benar membutuhkan Anda," jawab Scarlett.

Alistair yang tidak memiliki perasaan kepada sekretarisnya, terpaksa menyetujui undangan wanita itu.

"Baiklah, aku akan menjemputmu. Tunggu aku di rumahmu," ucap Alistair.

"Terima kasih banyak, Pak," jawab Scarlett datar.

Scarlett melihat bahwa panggilan itu disudahi Alistair, setelah itu dia segera menyeka air mata palsunya.

"Alistair, aku akan menjadikanmu milikku selamanya. Ivy tidak pantas menjadi pendampingmu," monolog Scarlett, dia melihat wajahnya di cermin dan tersenyum licik.

Scarlett dengan cepat mengenakan riasan di wajahnya yang cantik, menyisir rambutnya yang lurus dab panjang, lalu bergegas mengganti pakaian. Dia mendekatkan dirinya di depan cermin dan menjentikkan jari-jarinya.

Sekitar setengah jam kemudian, dia mendengar suara mobil, lalu dengan cepat berlari keluar dari rumahnya.

"Halo, Scarlett," sapa Alistair ramah.

"Halo, Pak." Scarlett memasang wajah sedih dan murung.

"Ayo naik," ujar Alistair dari belakang jendela mobil yang terbuka sedikit, lalu dia membuka pintu mobil. Scarlett berjalan ke mobil lalu masuk ke dalamnya.

Setelah itu, Alistair menyalakan mesin mobil dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat yang orang katakan sangat indah.

"Kemana kita akan pergi?" Scarlett bertanya dengan rasa ingin tahu

"Nanti kamu juga tahu ke mana aku akan membawamu pergi." Alistair menjawab sambil tersenyum tipis dan matanya tetap fokus ke depan.

Sekitar setengah jam kemudian, mobil yang dikendarai oleh Alistair berhenti di Orchid Beach.

"Ayo kita jalan-jalan di sini. Aku yakin kamu sangat menyukainya," ujar Alistair dengan lembut.

Mereka berjalan santai di sekitar pantai. Ketika kaki mereka terasa lelah, Alistair mengajak Scarlett untuk duduk di atas batu besar yang terletak di pantai.

"Pak, aku tahu kamu benar-benar mencintai Bu Ivy, tapi bisakah kamu melupakannya dan mencintaiku?" Scarlett bertanya dengan mata berlinang air mata.

Alistair menggelengkan kepalanya. Dia menarik kepala Scarlett untuk menempel di bahunya.

"Kadang-kadang, apa yang kamu inginkan tidak dapat dicapai dengan mudah. ​​Aku tidak mungkin melupakan Ivy, dia adalah cinta sejatiku," jelas Alistair, membuat Scarlett sangat kecewa.

Suara Scarlett menangis lebih kencang lagi sehingga Alistair memeluk sekretarisnya dengan erat.

🦋🦋🦋

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigration To Emerald Kingdom   9 Putus

    Alistair melihat bahwa panggilan itu telah membuatnya berada dalam kebingungan, karena Ivy tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Alistair tanpa alasan yang jelas. Sementara Scarlett yang berada di samping Alistair tersenyum jahat setelah mencuri dengar percakapan antara Ali dan Ivy. "Sedikit lagi aku akan memilikimu, Alistair. Kamu pasti bisa melupakan Ivy," gumam Scarlett tersenyum licik. Alistair menyimpan ponselnya kembali di saku kemejanya. Dia menatap Scarlett yang sedang menatap pantai, Scarlett menyusut air matanya dan berpura-pura bersikap manis di depan bosnya. "Apa kamu baik -baik saja, Pak? Aku minta maaf kalau aku bertanya, kenapa Nona Ivy tiba-tiba memutuskan hubungannya denganmu? Bukankah kalian akan segera menikah?" Scarlett bertanya. "Aku tidak tahu. Aku tidak mengerti kenapa Ivy tiba-tiba memutuskan hubungan kami." Ali mengambil napas dalam-dalam. "Mungkin Nona Ivy memiliki alasan yang jelas sampai dia memutuskan hubungannya denganmu. Kamu seharusnya tida

  • Transmigration To Emerald Kingdom   8 Pemandangan Yang Menyakitkan Hati

    Minggu pagi, seperti biasa Ivy dengan kakak perempuannya berjalan-jalan di Plumb Beach, menikmati suasana pagi yang begitu sejuk dan cerah, mereka makan minum sambil menatap ke arah laut biru yang indah. "Kak, pantai ini sangat indah ya, terutama jika kita mengunjunginya saat matahari terbenam," ucap Ivy sambil menikmati angin yang bertiup lembut ke wajahnya, dia tersenyum tipis. Rosa mengangguk perlahan, dia tersenyum lebar pada Ivy. "Aku sangat suka pemandangan di sini." "Aku juga." Ivy menatap sisi lain pantai dan tanpa sengaja kedua matanya tiba -tiba memelototi seorang pria yang paling dia cintai sedang memeluk wanita lain di seberang sana, dan ia langsung salah sangka terhadap Alistair. Tanpa Ivy sadari, air matanya perlahan -lahan menetes di pipinya dan hatinya sangat sakit seperti dicabik-cabik rasanya. "Vy, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba menangis?" tanya Rosa yang terkejut ketika dia melihat Ivy menangis. Rosa memandangi adik perempuannya yang sedang melihat Alistair d

  • Transmigration To Emerald Kingdom   7 Rencana Licik Scarlett

    Alistair melihat Ivy sangat kesakitan, lalu dia menyentuh tangan wanita itu berharap dapat menenangkannya. "Sayang, apa masih sangat sakit?" Alistair bertanya dengan ekspresi khawatir. "Ya ... sakit banget," jawab Ivy lirih. Alistair mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika dia melihat Ivy hampir tidak sadar. "Alistair, perutku sakit," ucap Ivy pelan sambil menyentuh perutnya yang terasa lebih menyakitkan. Segera mobil yang dikendarai oleh Alistair berhenti di depan rumah sakit. Dia segera turun dari mobil dan menggendong Ivy menuju lobi rumah sakit. "Tolong bantu tunangan saya!" Alistair berteriak pada perawat yang sedang berjalan ke lorong rumah sakit. Melihat ada seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, perawat itu segera membawa brankar yang diletakkan di depan ruang IGD, lalu Alistair perlahan-lahan meletakkan Ivy di brankar itu. "Tuan, Anda tenang dulu ya, dokter akan memeriksa kondisi wanita ini," ujar perawat bertubuh jangkung dan berkacamata. B

  • Transmigration To Emerald Kingdom   6 Apa yang terjadi pada Ivy?

    Setelah memilih dan mengenakan gaun pengantin dengan model off-shoulder, dengan ornamen pita putih di bagian perut, manik-manik, dan payet berbentuk bunga di bagian atas juga di bawah gaun, Ivy mengenakan gaun kedua yang ia pilih dengan model putri duyung juga off-shoulder.Dia mendekatkan dirinya di depan cermin, berputar dengan senyum bahagia, auranya yang cantik dan bersinar terpancar dengan jelas dari wajah Ivy. Dia sangat elegan dan sempurna. Beberapa saat kemudian, Ivy keluar dari ruang pas mendekati Alistair yang masih menunggunya di sudut ruangan yang digunakan untuk memajang berbagai model tuksedo pernikahan, serta berfungsi sebagai kamar pas. Ivy perlahan-lahan melangkah ke arah kekasihnya di sofa merah minimalis, lalu dia memanggil Alistair. "Ali ..."Ketika Ivy mendekatinya, Ali sedang mengirim pesan ke sekretarisnya melalui aplikasi obrolan kuning. Saat mendengar suara Ivy, dia menghentikan aktivitasnya sejenak dan perlahan-lahan menoleh ke Ivy. "Ali, apa kamu suka ga

  • Transmigration To Emerald Kingdom   5 Beautiful and Graceful Like a Queen

    "Oke, kalau begitu aku akan mencoba gaun pengantin ini dulu. Bu, di mana ruang pasnya?" Ivy bertanya setelah dia melihat gaun pengantin yang di pasang manekin, ia terlihat sangat bersemangat. Kemudian pemilik bridal house mendekati Ivy dan berkata kepadanya. "Ruang pas ada di lantai 3, Nona. Tunggu sebentar, saya akan meminta asisten saya melepas gaun itu dari manekin terlebih dahulu."Ivy mengangguk dan tersenyum ramah pada bridal house itu. "Terima kasih, Bu.""Sama-sama," jawabnya, lalu dia meninggalkan ruangan tempat gaun pengantin dipajang di lantai 2, melangkah menuruni tangga melingkar putih, lalu memasuki ruangan lain. Dia mendekati salah satu asistennya yang sedang memasukkan beberapa gaun pengantin ke dalam lemari kaca."Audrey, kemari," ucap wanita jangkung dan ramping itu. Asisten pemilik Sapphire Bridal House itu bergegas menutup pintu lemari kaca, lalu beralih ke Caroline. "Ya, Bu." Dia berjalan ke Caroline yang berdiri di dekat pintu masuk ruangan. "Ayo ikut aku ke

  • Transmigration To Emerald Kingdom   4 Bridal House dan Gaun Pengantin Yang Indah

    Alistair akhirnya mengalah dan mengajak Ivy ke Sapphire Bridal House untuk memilih gaun pengantin yang sesuai dengan seleranya. Sekitar tiga puluh lima menit kemudian, mereka tiba di distrik Jorge dan Alistair dengan cepat melajukan mobilnya ke arah bridal house.Ivy tampak sangat antusias ketika dia melihat toko gaun pengantin yang terletak di sisi kiri jalan tidak jauh dari posisi MPV Alistair. Ivy dengan cepat membuka jendela mobil, menjulurkan kepalanya ke luar jendela, lalu dia tersenyum lebar. "Ah, akhirnya kita sampai di sini," ucapnya dengan gembira. Sesaat kemudian mereka tiba di depan bridal house, tanpa menunda-nunda Alistair memarkirkan MPVnya di sana dan meraih lengan Ivy. "Ayo, Ivy. Kita masuk ke dalam," ujar Alistair, menatap kekasihnya dengan penuh kasih sayang. "Ayo," sahut Ivy. Kemudian mereka memasuki toko lalu menyapa pemilik toko gaun pengantin yang duduk di belakang meja. "Selamat pagi, Bu," ucap Ivy dan Alistair bersamaan. "Selamat pagi, Tuan, No

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status