Share

Tuan Arrogan
Tuan Arrogan
Penulis: Ike Ariska

Awal Mula Bertemu

Malam itu hujan turun sangat deras Jerry mengemudikan mobil yang dibawanya dengan sangat hati-hati menyusuri jalanan yang sepi dan jauh dari keramaian sesekali kilat dan petir bersahutan sambar menyambar, sedangkan disisi sebelah kirinya Nicko atasannya tampak menyandarkan diri, ia terlihat lelah setelah meninjau proyek pembangunan dikota tetangga.

Sesekali Jerry melirik jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 22:00 malam, seharian bekerja dilapangan berhasil membuat pria itu merasa tubuhnya panas dingin.

Ciiiitt …!!! Decit rem terdengar memekakan telinga, mobil yang dikemudikan Jerry berhenti paksa setelah tadi menabrak tubuh seorang gadis yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

“Ya Tuhan!” pekik Jerry, dirinya bersitatap dengan Nicko yang tampak santai tidak ada khawatirnya sama sekali.

“Jerry, apa kau telah menabrak seseorang? Kalau iya maka siap-siap gajimu akan kupotong untuk biaya pengobatannya,” ucap Nicko kesal, dirinya masih bertanya padahal ia sudah tahu Jerry telah melakukan itu.

Jerry ketakutan dirinya tidak peduli mau Nicko memotong gajinya atau tidak yang jelas saat itu ia panik, bagaimana jika seseorang yang ditabraknya tadi sampai kehilangan nyawa karena dirinya?

Bukannya langsung turun, Jerry menatap lekat Nicko karena takut akhirnya, mereka melihat seorang gadis muda dengan rambut berantakkan memakai gaun terbuka seraya menjinjing highheels ditangannya berdiri perlahan, lampu mobil menyilaukan matanya, dibawah rintik hujan yang deras gadis itu tampak ketakutan ia memperhatikan sekelilingnya.

Dengan tertatih gadis itu mendekat dirinya mengetuk kaca mobil wajahnya panik.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jerry menurunkan kaca mobil.

“Tuan, aku butuh bantuanmu! Biarkan aku ikut denganmu, Jamil dan anak buahnya mengejar-ngejar diriku, aku takut! Tuan tolonglah!” ucap gadis itu seraya menyapu darah yang mengalir dipelipis matanya.

Seketika Jerry melirik ke arah Nicko, tuannya itu tidak peduli sikap cueknya bisa diartikan kalau ia tidak tertarik untuk membantu gadis malang yang saat itu menggigil kedinginan dibawah guyuran hujan.

Sementara dari kejauhan empat orang pria bertubuh besar memakai pakaian serba hitam berlarian mengejar buruannya.

“Dimana dia?” teriak salah satu dari mereka yang sepertinya boss dari tiga anak buahnya.

“Tuan tolong bantu aku, biarkan aku ikut denganmu. Dia akan menjualku, jika tuan menolongku maka aku bersedia memenuhi apa yang tuan inginkan. Aku tidak ingin bekerja di sana lagi, tuan tolonglah!” ucap gadis tadi seraya merapatkan kedua tangannya diatas kepalanya sebagai bentuk permohonan pada kedua pria yang duduk di dalam mobil.

“Boss itu dia!” seru salah satu dari mereka membuat gadis itu begitu ketakutan saat preman tadi mengetahui dirinya berada dibalik mobil.

“Tuan, ku mohon!” gadis itu menjatuhkan airmatanya.

Diwaktu sesempit itu Jerry melirik Nicko seraya berkata,

“Tuan, kasihan gadis malang itu sebaiknya kita tolong dia!” ucap Jerry berharap Nicko sedikit bersimpatik.

Keempat preman tadi hendak menyebrang jalan, tapi sayang Nicko masih belum mengiyakan, sikap dingin dan tidak kenal kasihan inilah yang sejak dulu dibenci Jerry dari tuannya.

“Tuan kumohon, aku akan lakukan apa pun untukmu jika kamu membantu, aku tidak sanggup lagi berlari,” mohon gadis muda itu berulang kali sedangkan darah dipelipis matanya mengalir semakin deras.

“Masuk!” ucap Nicko saat dilihatnya para preman tadi sudah berada didepan mobilnya.

Secepat kilat gadis malang itu masuk ke dalam mobil dan membanting pintu sekuat-kuatnya sedangkan Jerry dengan sigap tancap gas menabrak salah satu dari mereka yang berusaha menghalagi laju mobil.

Mobil mewah berwarna hitam metalik itu melaju dengan kecepatan penuh meninggalkan sekawanan preman tadi.

Dikursi penumpang gadis muda yang tadi antara hidup dan mati terdengar mengatur napasnya yang sesak, ia menyeka darah yang mengalir dari pelipis matanya menggunakan gaun yang ia kenakan. Dari kursi kemudi Jerry memperhatikan pergerakannya melalui sebuah kaca kecil.

Hening …

Jerry melirik Nicko membuang wajahnya ke luar jendela, ia tahu betul tuannya Nicko begitu kesal pada gadis yang ikut dengannya. Karena sejak dikhianati Noury mantan kekasihnya, Nicko seakan menjaga jarak dengan gadis mana pun.

“Tuan terimakasih telah membawaku ikut denganmu aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi Jamil dan anak buahnya bisa menangkapku dan membawa aku ikut bersamanya. Sekali lagi aku ucapakan terimakasih, oh iya kenalkan namaku Mysel,” ucap gadis itu seraya memperkenalkan diri.

Tidak ada jawaban berarti dari Nicko, gadis itu tentu bisa menebak kalau pria yang tadi telah membantunya lolos dari Jamil adalah seorang pria yang sombong, angkuh dan arrogan.

“Jerry turunkan dia diperempatan jalan!” perintah Nicko seakan merasa jijik dengan gadis yang baru saja ditolongnya, gaya bicaranya itu berhasil membuat Mysel merasa direndahkan.

“Ba, baik tuan!” sahut Jerry mengerti atas perintah Nicko padanya.

Tiba-tiba isak tangis terdengar lirih bagaikan nyanyian rindu yang menyayat hati siapa saja mendengarnya, berulang kali gadis itu mengusap wajahnya kasar.

“Hey kenapa kau menangis? Bukankah aku tadi telah menolongmu?” tanya Nicko mengubah posisi duduknya dan melihat ke belakang dimana Mysel bersandar dengan kedua telapak tangan menutup wajahnya.

“Tuan, kumohon bawa aku bersamamu!” rengek Mysel pada Nicko.

Seketika Nicko tergelak mendengar Mysel memintanya untuk membawa dirinya ikut pulang ke rumah.

“Hey, dari awal aku sudah menduga kau pasti akan membuatku susah. Sekarang lihat! benarkan dugaanku? kau malah meminta ikut pulang bersamaku!” caci Nicko pada Mysel.

Mysel terdiam, dirinya terpaksa berkata begitu karena ia tidak punya saudara atau pun teman dikota ini. Dirinya telah dijebak oleh orang sekampungnya yang awalnya mengatakan akan memberi pekerjaan yang layak setelah sampai Jakarta tapi ternyata Mysel dijadikan wanita malam, untung berhasil kabur dari pria yang bernama Jamil tadi.

Mysel hanya diam, apa pun yang dikatakan Nicko padanya terpaksa ia telan karena jika tidak dirinya tidak tahu akan pergi kemana setelah ini. 

“Mau tidak mau aku harus terima saja mau pria itu berkata apa padaku, andai saja aku punya uang, tidak mungkin aku akan meminta dia membawaku ikut bersamanya,” batin Mysel disela lamunannya memikirkan nasib naas menimpa dirinya.

“Jerry dipertigaan jalan depan turunkan gadis ini!” sergah Nicko ketika mereka telah melewati perempatan, mulai muak dengan drama yang diperankan Mysel, tubuh lelahnya membuat sifat temperamentalnya kambuh.

“Tuan, ku mohon! Aku akan melakukan apa saja untukmu! Apa saja tuan!” ucap Mysel merendahkan dirinya di hadapan Nicko.

“Tuan, bagaimana kalau jadikan saja gadis ini sebagai pembantu? Kita bisa mengganti Inem dengan dirinya bukankah sebelumnya tuan pernah berkata kalau tuan tidak menyukai janda gatal itu,” kata Jerry menemukan ide cermelang.

“Ya Tuhan, pembantu?” batin Mysel sedikit lega karena ia tidak jadi gelandangan dijalanan ia takut kalau-kalau Jamil dan anak buahnya akan menemukannya lagi.

Seketika Nicko mengangkat satu bibirnya ke atas ketika ia rasa Jerry memberi usulan yang bagus, telah lama dirinya ingin menggantikan posisi Inem sebagai pembantu dirumanya janda gatal yang selalu merayu dirinya dan berulang kali menggoda untuk bisa tidur bersamanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status