Tujuh Tahun Diselingkuhi

Tujuh Tahun Diselingkuhi

By:  Bunda Ainuha  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
1.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Dulu kita pernah berjanji untuk menua bersama, bukan?! dan kini Allah mewujudkan impian kita, tak mungkin Ibu akan mengingkari janji kita, aku yakin Bapak pasti juga seperti itu?! Imbuhku kembali memberi tekanan. Lelaki di hadapanku itu kini nampak manggut-manggut sembari menutupi rasa bersalah yang sangat kentara dari deru nafas tuanya. "Percayalah Pak, sejengkal pun tak akan pernah kulupakan apa yang telah Bapak perjuangkan demi kebahagiaan kita dan aku yakin Bapak pun pasti juga seperti itu. Bapak ingat, kala Bapak dikantor masih sebagai pegawai magang, seringkali kita menunda untuk pulang kampung hanya karena memilih untuk membeli susu Rama daripada untuk tranportasi? Bukan hanya itu, kita juga harus menekan kebutuhan kita demi cukupnya keperluan Rama yang saat itu masih bayi, Bapak ingat kan?!" Jelasku mencoba menekannya yang tanpa terasa juga menggiring derai air mata sendiri.

View More
Tujuh Tahun Diselingkuhi Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Permulaan
"Dengan siapa kamu jalan malam ini, Bu?!" Seru Mas Hendra, suami yang telah mendampingi hidupku selama dua puluh empat tahun ini. Tatapan garangnya samasekali tak mempengaruhi nyali yang kumiliki justru sebaliknya hati ini semakin girang dibuatnya. Itu artinya Mas Hendra telah masuk kedalam perangkapku, permainan baru saja dimulai tapi ternyata dia sudah semarah itu, bagaimana dengan diriku yang sudah tujuh tahun dia selingkuhi bahkan lima tahun belakangan ini telah menikah siri dengan idaman lain tanpa sepengetahuan apalagi ijin dariku sebagai istri sahnya.Tanpa memperdulikan wajah yang merah padam pertanda akan membaranya sebongkah daging di dalam sana, kutuntun lembut Mas Hendra memasuki kamar karena tak ingin pertikaian antar dua orang yang tak lagi muda ini terdengar keempat anak yang bahkan sudah berada di usia dewasa.Pelan kuputar knop pintu begitu aku dan Mas Hendra telah masuk kedalam kamar. "Ibu!" Seru Mas Hendra kembali seraya mencengkeram lenganku. "Bapak, duduk dulu.
Read more
Rumah Lain Suamiku
Dalam dua malam tak sedetik pun mampu kupejamkan netra. Bayang-bayang kemesraan yang mungkin telah dilalui Mas Hendra bersama madu yang bahkan belum pernah nampak padaku sekilas wajahnya terus berputar dikepala.Bila berbicara soal muda, dulu pun aku pernah mengalaminya tapi kala usia telah menggerus semua, apa daya kita sebagai seorang hamba tentang ketentuan yang menjadi hakNya. Bila perselingkuhan itu terjadi karena paras yang sempurna, bukankah dulu aku pernah sangat dipuja bahkan kecantikanku terkenal sampai seantero kampung, tapi kala waktu telah mengaburkan semua, apa kita punya kemampuan untuk terus memilikinya. Bila perselingkuhan itu terjadi karena selaput dara, betapa nista lelaki yang telah kupilih sebagai imam itu. Bukankah, setiap wanita hanya memiliki satu hak atas nama itu, dan dulu Mas Hendra lah yang mengoyak milikku. Lalu setelah semua yang dia renggut dari diriku, masih tega lelaki itu menampar hatiku.'Allahu akbar,' lirihku didalam sana diiringi dengan luruhnya
Read more
Berbeda
"Buk, apa Ibu baik-baik saja," tukas Mas Hendra kala kubuka netra, nampak kentara dirinya begitu tidak tenang yang entah untuk apa segala rasa khawatir itu bila tombak kehidupanku pun telah lenyap dibinasakannya.Segera kupalingkan muka karena tak ingin beradu pandang lebih lama."Apa ada salah Bapak pada Ibu?" tukas Mas Hendra menyelidik. Salah?! tak sadarkah apa yang telah terucap dari mulutnya itu. bukan hanya salah yang telah dia lakukan tapi sebuah kejahatan dengan menikamku dari belakang."Tidak ada, Pak," sergahku tanpa mampu menatap karena ternyata tak mudah untuk bersandiwara, apalagi diusia yang sudah setua ini."Ibu yakin? Lantas, kenapa dari tadi Ibu selalu menghindari Bapak?" tukas Mas Hendra tak percaya.""Menghindari?! Ibu rasa tak pernah menghindari Bapak. Ah sudahlah, jam berapa ini, Pak?" elakku mencoba mengalihkan topik perbincangan. Mas Hendra mengernyitkan kening pertanda akan ragu yang masih bersemayam di hatinya."Jam Sebelas," jawab Mas Hendra singkat. untuk
Read more
Hatimu Sakit, Bukan?!
"Bapak, aku berangkat dulu ya," pamitku pagi ini pada Mas Hendra yang sedang menikmati secangkir kopi yang telah kuhindangkan.Sembari membetulkan letak tas hitam yang menggantung di pundak kananku senada dengan dress hitam yang dilengkapi dengan blazer putih menjuntai hingga atas lutut.Kuraih tangan Mas Hendra untuk menciumnya sebelum berlalu tapi alih-alih disambut, Mas Hendra dengan sigap malah menyingkirkannya."Sepagi ini?" seru Mas Hendra keberatan, pagi ini aku memang berangkat pukul enam lewat tiga puluh menit, satu jam lebih awal dari biasanya."Iya, Pak. Pagi ini aku ada janji bertemu dengan pelanggan, yang kebetulan khusus pesan pakaian seragam keluarga untuk acara pernikahan," beberku menjelaskan.Mas Hendra mengernyitkan kening, menambah banyak garis yang sudah tergambar alami oleh usia."Ketemu pelanggan sepagi ini?" tukasnya kembali dengan kelopak terbuka sempurna."Sebelum bertemu pelanggan, aku harus ketemu sama Pak Budhy dulu untuk membicarakan tentang bahan yang se
Read more
Nota Belanja
Kebahagiaan sebenarnya tak pernah sejengkal pun menjauh dari keluarga kami. Pun kala cobaan datang secara bertubi-tubi di sepuluh tahun pertama usia pernikahan ini, semuanya kami lewati dengan cara yang baik tanpa saling menyalahkan ataupun menyakiti. Komitmen kami, apapun kondisinya komunikasi harus tetap terjalin agar tak ada rasa saling curiga.Hingga pagi itu, kala kutemukan secarik nota belanja kebutuhan rumahtangga di saku celana Mas Hendra, mulai dari segala keperluan mandi, dapur hingga yang dibutuhkan wanita kala tamu bulanan tiba yang jelas tertera disana, seakan menyapu bersih bahagia yang selama ini kugenggam tanpa sedikitpun meninggalkan asa.Bukan soal nominal yang hampir mencapai angka enam juta dalam satu nota, tapi lebih dari itu, milik siapa nota belanja ini?! Sementara untuk belanja bulanan, aku lah yang memegang kendalinya.Gemetar kupegang kertas persegi panjang dengan segala daftar belanja tertera dan jelas terbaca setiap itemnya bukan merk yang biasa aku gunakan
Read more
DMCA.com Protection Status