Home / Romansa / UNFINISHED PAST / BAB 3 | Bekerja

Share

BAB 3 | Bekerja

last update Last Updated: 2021-10-14 14:42:10

Setelah berganti baju, Chaira bersiap berdiri di depan stand. Gerobak Thai tea sebrang toserba.

Yah, Chaira memilih bekerja paruh waktu menjaga stand Thai tea. Jangan harap Chaira bisa seperti gadis beruntung yang dilihatnya di film atau di novel-novel. Yang mendapat pekerjaan paruh waktu di cafe atau di toserba yang dalamnya sejuk.

Tidak sepertinya, yang harus bekerja diluar ruangan. Sehingga harus  merasakan panas dan hujan. Namun, karena ini kali pertamanya bekerja, Chaira harus tetap bersyukur.

Ia membayangkan ayahnya yang bahkan lebih buruk dari keadaannya. Ketika harus bekerja di tengah teriknya matahari sambil mengaduk adonan semen, lalu mengangkat bahan-bahan berat.

"Silakan, terima kasih ya."

"Sama-sama."

Transaksi pertama harus bagus. Belakangan ini, Chaira sudah banyak belajar tentang melayani pelanggan. Entah itu saat membeli obat di apotek, belanja di toserba, sampai beli minuman di stand seperti ini.

Yah, tak jauh-jauh dari saran 5S, Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun.

"Yah, itu bagus." ucapnya, dengan semangat.

Saat sedang menyantap makan siang yang terlewati, Chaira tak sengaja melihat kakak senior di kampusnya.

Cepat-cepat Chaira menutupi wajahnya dengan kertas yang ada di depannya. Huh, padahal Chaira sedang menikmati makan siangnya itu, yang entah kenapa terasa sangat nikmat meski lauknya sederhana.

Tapi.. tunggu! Kenapa juga Chaira harus bersembunyi? Toh, pekerjaan yang sedang ia lakukan adalah pekerjaan yang halal. Apa salahnya sih bekerja sambil kuliah?

"Mba, rasa Redvelvet satu, sama rasa Coffe satu ya!" ucap seorang gadis di depan Chaira, yang diketahuinya bernama Rika.

"Sebentar ya, kak." sahut Chaira tersenyum.

Gadis bernama Rika itu tak urung mengusik perhatian Chaira. Tentu saja, itu karna Rika sangat cantik. Dibanding dirinya, Rika terlihat seperti Cinderella sedangkan Chaira upik abunya.

Chaira terkekeh memikirkannya.

"Pesanannya, kak. Makasih ya ..."

"Iya."

Hmm.. seandainya Kakak seniornya itu lebih ramah, dia pasti benar-benar akan terlihat seperti Cinderella. Sayang, gadis yang bernama Rika itu sedikit cuek bagi Chaira.

Tapi, ada yang aneh. Sepertinya dari tadi Rika tidak menyadari perempuan di depannya. Ya! Rika tidak mengenali Chaira. Tidak seperti chaira yang langsung mengenali cewek cantik di kampusnya itu.

Entahlah, Chaira tidak tau harus senang atau kesal. Bisa-bisanya ada yang tidak mengenali Chaira, padahal sudah pernah bertemu. Apa karena wajah Chaira terlihat lebih buruk saat berjualan?

Hmm.. mungkin karena kami jarang bertemu. Dan dipikir-pikir, kami juga memang belum kenal. Waktu itu Bian yang mencoba meminjamkan kamus pada Chaira untuk Rika.

***

Baju setelan yang elegan, rambut ditata rapi, make up natural yang terlihat segar, dan wangi parfum yang soft.

Sempurna!

Kinanti tidak pernah melupakan segala macam aksesoris yang dipakai ditubuhnya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua harus terlihat menawan.

Ia ingin, saat orang-orang memandangnya, hal itu dapat menyisakan kesan baik dari dirinya. Tentu saja tidak hanya dari fisik, tapi juga dari hati, Kinanti mencoba terlihat ramah di mata semua orang.

"Pagi, kak ..." sapa salah satu mahasiswa di kampusnya.

"Pagi ..." sahut Kinanti seraya tersenyum ramah.

Kinanti adalah Asisten Dosen dikampus AA. Ia dikenal dengan panggilan 'Kak Kinan' karena masih muda. Sambil melanjutkan kuliah S2 nya di Fakultas Kedokteran, Kinanti juga menjabat sebagai asisten dosen karena keinginannya.

Sikap ceria, baik, supel dan suka berteman, membuatnya ingin mempunyai lebih banyak teman atau kenalan dengan menjadi Asisten dosen. Ia pun banyak dikenal mahasiswa kampus karena kecantikan dan kecerdasannya.

Matanya menyapu ke seluruh taman di dekat perpustakaan. Ia menemukan dua orang gadis yang dilihatnya tengah adu mulut.

"Aduh ... jalan liat-liat dong!"

Sudah datang terlambat, Chaira masih bisanya menabrak orang. Lalu dengan segera Chaira meminta maaf.

"Maaf Kak, saya gak sengaja. Saya buru-buru."

"Lo ... kan yang kemaren-"

"Ada apa ini?" Kinanti datang menghampiri Rika dan seorang gadis yang sepertinya mahasiswa baru.

"Oh, nggak papa kok! Permisi."

Rika segera pergi dari hadapan Kinan.

Sementara satu lagi, gadis berjilbab biru. Gadis itu tengah memperhatikan Kinan dari atas hingga bawah. Seolah baru pertama kali melihatnya.

"Nama kamu siapa?" tanya Kinan.

"Namaku Chaira."

"Dari jurusan apa?"

"Managem- ya ampun, aku udah telat! aku permisi Kak."

"Tunggu! Ini buat kamu, semoga suka."

"Te-terima kasih kak."

Kinanti tersenyum melihat Chaira terburu-buru melewatinya. Ia juga pernah ada di posisi gadis itu, tidak sangka, waktu berlalu begitu cepat.

"Pagi.." sapa Kinanti setiap pagi ketika ia memasuki ruang dosen.

"Pagi, Kinanti. Tadi ditanyain Pak Imron."

"Oh ya? Makasih, Miss Hana." ucap Kinanti.

"Oh iya, ini aku bawa kue sedikit, silahkan disantap." lanjutnya seraya meletakkan makanan hangat yang dibawanya ke atas meja.

"Ya ampun.. makasih ya, Kinan. Duh, jadi merasa enak." gurau salah satu dosen berkacamata.

"Iya sama-sama, dinikmati ya.. aku ke ruang dekan dulu ..."

Setengah terburu, Kinanti pergi dari menuju kantor Pak Imron.

Namun di ambang pintu, seorang lelaki berdarah Korea - Indonesia, menghalanginya dengan sengaja.

"Mau ke mana sih?" tanya dosen yang bernama Rayyan.

"Mas Rayyan! Aku mau ke ruang dekan nih, permisi dong ..."

Sejak Rayyan sering menggodanya, Kinanti setuju untuk memanggil dosen Korea tersebut dengan embel-embel Mas. Niatnya sih supaya laki-laki itu berhenti menggodanya. Apalagi cuma karena iseng. Kalau sampai Kinanti baper gimana?

Huuhh ... cowok zaman sekarang, mendekati cewek orang tanpa pikir-pikir dulu!

Padahal Kinanti sudah beberapa kali berkata kalau ia sudah punya pacar. Tapi dosen itu masih saja menggodanya.

Yah, walaupun siapa yang tahu, Rayyan merayu Kinanti karena benar-benar jatuh cinta, atau cuma iseng saja.

***

Chaira menggenggam erat kue mungil pemberian asisten dosen cantik bernama Kinanti. Yah, ia ingat betul pada wanita itu, bagaimana ia lupa, pada wanita cantik yang pertama kali bertemu sudah membuatnya jatuh cinta!

Kinanti mampu memberikan energi positif bagi Chaira. Mulai dari kuliah, lalu bekerja, Chaira masih bisa mempertahankan semangat dalam dirinya.

Sekali lagi, Chaira menatap kue di tanganya.

"Hmm.. terlalu sayang untuk dimakan."

Namun akhirnya ia makan juga, karena rasa lapar semakin bertambah setiap melihat kue tersebut.

Wah, benar-benar nikmat! Chaira pikir, Kinanti pasti orang yang kaya. Dari kue yang dibelinya saja mewah dan enak banget. Rasanya gak mungkin Kinanti mau mampir beli Thai tea di tempatnya.

Ekor matanya melihat ada seseorang yang menuju gerobaknya. Lantas Chaira segera berdiri untuk melayani pelanggannya.

"Lo anaknya Pak Ibrahim kan?"

Chaira terkejut begitu mendengar perkataan pelanggannya yang ternyata adalah Rika. Dari mana Rika tau kalau Chaira adalah anaknya Pak Ibrahim?

Dengan ragu, Chaira bertanya kembali.

"Kakak kenal bapak saya?"

"Heh, bokap lo tuh, punya utang sama bokap gue! Dan sampai sekarang belum bayar!" ucap Rika sedikit membentak.

"Saya minta maaf, Kak, Beberapa hari ini bapak saya sedang tidak sehat, jadi belum bisa bekerja kembali."

Rika membuang napas dengan kasar.

"Ya ... gue gak peduli lah, kan ada lo! Ngapain lo kerja kalo bukan untuk bayar utang bapak lo?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • UNFINISHED PAST   BAB 29 | Gugur

    "Cepat siapkan mobil saya Pak!" perintah Arsen yang langsung dituruti Pak Adi.Adi melajukan mobil sambil bercerita. "Tadi saya lagi nongkrong tuh Pak, di pangkalan sini, dekat mamang penjual sate. Tiba-tiba Non Yasmin telpon, tapi ternyata itu orang lain, bilang kalo yang punya HP kecelakaan di lampu merah jalan Purnama sakti." jelasnya."Kenapa orang itu gak telpon saya?" tanya Arsen penasaran. Teman-temannya tidak ikut serta karna sudah larut. Apalagi Ardi yang sudah berkeluarga."Saya kurang tau Pak, tapi biasanya kan yang dihubungi itu nomor panggilan terakhir. Saya ingat tadi waktu mau ngantar teman-temannya Pak Arsen, Non Yasmin sempat telpon saya untuk jemput. Tapi saya sudah disuruh antar teman Pak arsen, jadi saya tidak bisa." tutur Adi.Arsen merutuki kebodohannya. Kalau sudah seperti ini, hanya penyesalan yang dirasakannya sekarang. Dalam hati, ia terus menggumamkan maaf untuk Yasmin. Tangan kanannya mengusap wajah kasar. Bi Narti tidak ikut serta karna wanita itu di rumah

  • UNFINISHED PAST   BAB 28 | Kecelakaan kecil

    "Apa kabar Bu?" Yasmin berhambur ke pelukan ibunya. Menyalurkan rasa rindu sekaligus perasaan sedih yang tengah dialaminya saat ini. Yah, suasana hatinya sedang tidak baik.Fatimah-Ibu Yasmin, membalas pelukan anaknya setelah menaruh barang. "Ibu baik, kamu sehat?" Ia menatap wajah putri semata wayangnya itu dengan baik. Sudah dewasa. Fatimah bahkan lupa kapan terakhir kali ia memandang putrinya seperti ini.Hampir tujuh tahun lamanya Fatimah merantau di negeri orang. Dengan tekad yang kuat, ia memaksakan keinginannya meski suaminya tidak mengizinkan. Saat itu Yasmin masih duduk di kelas enam SD. Posisinya waktu itu, ia tidak terlalu mengerti mengapa Ibunya harus pergi sangat jauh hanya untuk bekerja. Namun semakin dewasa, Yasmin mengerti, semua dilakukan untuknya juga.Mereka sudah berada di dalam taksi. Fatimah bersandar pada kursi mobil, tangannya tak henti mengusap kepala Yasmin dengan sayang. "Ibu hanya pergi lama, tapi tidak cukup membe

  • UNFINISHED PAST   BAB 27 | Khawatir

    "Nikah yuk!" Ajakan itu bukan pertama kalinya Rayyan lontarkan, tapi berhasil membuat Kinanti tak berkutik. Kenapa? Bukankah ini yang ditunggu sedari tadi? Apa karna kali ini Kinanti menantikannya? Jika yang mengucapkannya itu Gibran, pasti Kinanti akan lebih terkejut sekaligus senang berkali-kali lipat. Tapi tidak, Ia tidak boleh memikirkan lelaki itu lagi. Sudah dapat berlian, kenapa harus memungut batu? Akhinya, dengan percaya diri, Kinanti berkata, "Ayok!" Rayyan mengalihkan pandangan sambil mengulum senyum, "Jangan senyum seperti itu." perintahnya. Setengah terkejut karna baru sekarang Kinanti tersenyum, saat di mobil tadi hanya diam saja. "Kenapa? Aku cantik ya?" Rayyan mengeratkan genggamannya seraya tertawa lepas. Ledekan demi ledekan mereka terima sepanjang hari. Baik itu berasal dari dosen, maupun para mahasiswa._ Rayyan tersenyum melihat Kinanti yang tengah fokus dengan ko

  • UNFINISHED PAST    BAB 26 | Berusaha Lagi

    Tidak ada hari yang indah. Bagi Kinanti, tidak ada lagi hari yang indah setelah semua keinginannya melebur. Setelah takdir ternyata tak berpihak padanya. Wanita itu berdiri tepat di depan jendela kamar yang terbuka, menatap kosong apapun di hadapannya. Sial, bahkan di saat seperti ini, kenangan itu terus keluar menyeruak dari ingatannya, masuk ke dalam pikirannya yang sedang kosong. "Kamu cantik sekali. Kamu tau, kata teman-temanku, kamu adalah idaman semua pria. Aku beruntung memiliki kamu." Gibran mengecup lembut tangan Kinanti seraya menatap matanya. Mengerling dengan pandangan nakal. Kinanti mengalihkan pandangan, semburat merah bisa menjelaskan sipu malu yang dirasakannya. "Kamu tidak berniat menjadi model?" Seharusnya Kinanti sadar dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan Gibran waktu itu. Lelaki itu berharap Kinanti menjadi model? Kenapa seseorang yang mencintainya rela mem

  • UNFINISHED PAST   BAB 25 | Hubungan Yang Terbuka

    "Hih, dasar anak Korea! gitu aja marah. jadi laki kok gak ada pengertiannya." Chaira terpaksa bejalan sendirian, karna Jun Ki meninggalkannya. Tak lama, Bian dan Sandi menghampiri Chaira."Ra, emang kalian benean pacaran ya?" Chaira menoleh sekilas, tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontakan Bian. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir. "Harus ya, aku kasih tau?" jawab Chaira dengan malas. "Jelas dong, kalau kalian menutupi sebuah hubungan, efeknya gak akan baik." jelas Sandi. Chaira mengernyit, "Kenapa?" Sandi sampai berhenti bejalan sebentar untuk menjelaskan masudnya. Chaira dan Bian ikut berhenti."Presentasi orang ketiga akan meningkat. Menutupi sebuah hubungan akan membuat kalian didekati banyak orang, tanpa tau kalau kalian sudah punya pasangan." "Susah ya jelasinnya, tapi aku ngerti kok. Makasih ya." tutup Chaira.Ia menyadari perkataan Sandi memang ada benarnya. Memangnya Chai

  • UNFINISHED PAST   BAB 24 | Hubungan Yang Terbuka

    "Kamu ngapain sih, masih di sini?" Chaira berkacak pinggang, sambil terus memperhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Ini kali pertamanya Jun ki menemani Chaira bekerja, lebih tepatnya sih merecoki. Bahkan cowok itu dengan lantangnya mengatakan, bersedia menemani Chaira setiap hari. Hmm, pacarnya itu membuat pusing saja. Masalahnya, bukan bantuan yang dia berikan, tapi gangguan. Selain merecoki saat Chaira meracik, Jun ki kerap digoda oleh pelanggan wanita. Menambah Chaira kesal, sehingga membuat bibirnya maju beberapa senti. Jelas hal itu sangat mengganggu Chaira, bagaimana kalo bosnya datang? Jun ki tidak tau saja watak bosnya Chaira yang sangat tegas dan nyaris tidak pernah tersenyum. "Sayang, kalau kamu cemburu bilang saja ... nanti kalau ada gadis pelanggan, aku akan bersembunyi." "Apa kamu bilang?" Chaira duduk kembali di kursinya. Sial, Jun ki selalu mengatakan hal-hal yang tidak biasa didengar oleh Chaira. Ia bing

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status