Home / Fantasi / WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI / Bab 3 – Wanita Misterius

Share

Bab 3 – Wanita Misterius

Author: Denz Wahyu
last update Last Updated: 2025-09-10 19:23:23

Api berkobar di seluruh desa Liora. Malam yang biasanya damai kini berubah menjadi neraka. Rumah-rumah terbakar, jeritan memenuhi udara, dan tanah bergetar setiap kali Wraith raksasa itu melangkah.

Ardyn berdiri di tengah jalan desa, napasnya terengah. Tubuhnya masih bergetar setelah ledakan cahaya barusan. Tangannya gemetar, cahaya yang sempat menyelamatkan mereka kini meredup.

“Ardyn, mundurlah!” seru Daren, ayahnya, yang masih menggenggam tombak. Meski gagah, tubuhnya jelas tak mampu menandingi monster sebesar itu.

Wraith raksasa itu mengangkat lengannya, kabut hitam pekat berputar membentuk bilah tajam. Dengan raungan mengerikan, ia mengayunkannya ke arah mereka.

Ardyn berusaha mengeluarkan cahaya lagi, tapi kali ini tubuhnya menolak. Lututnya goyah, keringat dingin membanjiri wajahnya. “Tidak… kenapa sekarang tidak bisa…?”

Seketika, sebuah cahaya biru melesat dari kegelapan. Sebilah panah bercahaya menembus udara, menghantam lengan Wraith, membuatnya mengaum kesakitan. Ardyn menoleh, matanya melebar.

Dari balik reruntuhan, seorang wanita muncul. Ia mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan bordiran perak, rambutnya panjang dan berkilau seperti malam, dan matanya berwarna biru tajam bagaikan langit musim dingin. Di tangannya, sebuah busur bercahaya terbentuk, seolah bukan dari kayu, melainkan dari energi murni.

Wanita itu melompat ringan ke atap rumah yang setengah terbakar. Dari sana, ia menatap lurus ke arah Ardyn.

“Kau…” katanya, suaranya dingin tapi penuh kepastian. “Jadi akhirnya kau bangkit juga.”

Ardyn terperangah. “Siapa kau?”

Wanita itu tidak menjawab langsung. Ia menembakkan panah demi panah ke arah Wraith raksasa, setiap tembakan menghasilkan kilatan cahaya biru yang memaksa monster itu mundur beberapa langkah. Namun tubuh kabut hitam itu pulih dengan cepat, seakan tak bisa dihancurkan sepenuhnya.

“Kita tidak punya banyak waktu,” kata wanita itu akhirnya. “Kalau kau tetap diam, semua orang di desa ini akan mati. Kau harus menggunakan cahaya itu lagi.”

Ardyn mengepalkan tangannya. “Aku sudah mencoba! Tapi… aku tidak tahu caranya!”

Wanita itu melompat turun, mendarat di hadapan Ardyn dengan gerakan anggun. Ia berdiri begitu dekat hingga Ardyn bisa merasakan aura dingin namun kuat yang menyelimutinya.

Ia menatap telapak tangan Ardyn yang masih bersinar samar. “Kekuatanmu masih tidur. Cahaya itu adalah warisan Solis, Dewa Cahaya. Dan hanya kau yang bisa membangkitkannya sepenuhnya.”

Mata Ardyn melebar. Kata-kata itu terasa asing, namun juga familiar. Suara yang selalu ia dengar dalam mimpi… suara yang memanggilnya “pewaris cahaya”.

“Apa maksudmu… Dewa Cahaya?” bisiknya.

Wanita itu menatapnya dalam-dalam. “Nanti akan kujelaskan. Sekarang, fokus. Rasakan tanda di tanganmu. Cahaya itu tidak akan datang kalau kau hanya takut. Kau harus memanggilnya.”

Wraith raksasa itu meraung, lalu menghantam tanah dengan tinjunya, membuat rumah-rumah di sekitar runtuh. Penduduk desa menjerit, beberapa berlari, beberapa berlutut putus asa.

Ardyn menatap semua itu, tubuhnya gemetar. Ia melihat Mira dan ibunya di kejauhan, memandangnya dengan mata penuh harap. Ayahnya sudah berlutut, tombak di tangannya patah.

Jika ia tidak melakukan sesuatu… semua akan berakhir di sini.

Ardyn memejamkan mata, memusatkan pikirannya pada simbol yang terbakar di telapak tangannya. Ia mengingat mimpi-mimpi yang selalu datang, suara yang selalu memanggilnya.

"Bangkitlah, pewarisku…"

Ia menggenggam tangannya erat, lalu berteriak dengan sekuat tenaga. “Bangkitlah!!!”

Cahaya emas meledak lagi, kali ini jauh lebih terang daripada sebelumnya. Tubuh Ardyn dipenuhi energi, matanya berkilau seperti matahari, dan aura panas menyelimuti seluruh desa. Wraith-wraith kecil menjerit, hancur menjadi abu, sementara Wraith raksasa itu terhuyung.

Wanita misterius itu tersenyum tipis. “Akhirnya.”

Ardyn mengangkat tangannya, cahaya membentuk pedang panjang di genggamannya, terbuat murni dari energi matahari. Ia melompat, tubuhnya melesat setinggi atap rumah, lalu menebas Wraith raksasa itu dengan teriakan penuh kekuatan.

Sinar emas membelah kegelapan, dan raungan terakhir sang Wraith mengguncang malam sebelum tubuh kabutnya meledak menjadi debu hitam.

Hening.

Api masih menyala, desa masih porak-poranda, tapi ancaman terbesar telah tiada. Penduduk desa menatap Ardyn dengan wajah campuran takjub dan ketakutan.

“Dia… pewaris cahaya…” bisik salah seorang tua desa.

Ardyn terjatuh ke lututnya, tubuhnya gemetar hebat. Nafasnya berat, matanya berkunang. Kekuatan itu begitu besar, namun tubuhnya seakan tak siap menanggungnya.

Wanita misterius itu mendekat, lalu meraih bahunya sebelum ia jatuh.

“Kau berhasil,” katanya dengan nada datar, meski ada sedikit kekaguman. “Namamu siapa?”

“A… Ardyn…” jawabnya lemah.

Wanita itu mengangguk. “Ingatlah ini, Ardyn. Mulai malam ini, hidupmu tidak akan pernah sama lagi. Kau adalah pewaris Dewa Cahaya, dan dunia membutuhkanmu.”

Sebelum Ardyn sempat bertanya lebih jauh, gelap menelan pandangannya. Ia pingsan di pelukan wanita itu, sementara suara jeritan penduduk dan gemeretak api terus mengisi malam.

Di bawah sinar bulan purnama, sang wanita menatap langit. “Akhirnya, satu pewaris telah bangkit. Dan kegelapan pasti sudah merasakannya…”

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 80 – Takhta Cinta dan Kekuasaan

    Langit istana tampak megah, dihiasi matahari pagi yang sinarnya masuk melalui jendela-jendela tinggi, menyoroti ukiran naga emas di dinding aula utama. Dentuman genderang menggema di seluruh penjuru, menandai hari yang akan dicatat dalam sejarah kekaisaran.Hari itu adalah hari penentuan—bukan hanya bagi kerajaan, tetapi juga bagi Selir Arunika, wanita yang telah melewati lautan pengkhianatan, badai intrik, dan luka hati yang nyaris mematahkan langkahnya.Namun, dari semua kepedihan itu, ia bangkit. Hari ini, ia berdiri di ambang takhta sebagai sosok yang berbeda: bukan lagi seorang selir yang rapuh, melainkan wanita kuat yang telah membuktikan bahwa cinta dan pengabdian bisa lebih kokoh dari pedang tajam dan racun licik.---Aula PenobatanKaisar Adhyatma duduk di atas singgasana naga, dengan jubah emasnya berkilau. Wajahnya tegas, namun matanya melunak ketika pandangannya jatuh pada sosok Arunika yang berjalan perlahan memasuki aula.Arunika mengenakan busana merah marun dengan bord

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 79 – Dunia yang Berubah

    1. Keheningan Setelah BadaiUntuk sesaat, ruangan inti sunyi. Tidak ada lagi jeritan, tidak ada lagi gemuruh retakan. Hanya ada suara napas berat dari Ardyn, Selene, Lyra, dan Kael yang masih berusaha berdiri setelah pertempuran panjang.Kristal inti Simfoni Abadi kini berwarna emas bercampur hitam, berdenyut dengan ritme baru. Setiap denyutan mengirimkan gelombang ke seluruh dunia, dan mereka semua bisa merasakannya—seperti detak jantung yang menyatu dengan bumi itu sendiri.Ardyn menatapnya dalam diam. Tangannya masih gemetar setelah menyatu dengan inti, tapi ada ketenangan aneh di hatinya. Apakah ini benar-benar berhasil… atau justru awal dari bencana baru?2. Langit yang BerubahTiba-tiba, seluruh ruangan bergetar. Dinding-dinding batu retak, dan cahaya dari inti menembus ke langit di atas.Mereka berlari keluar dari reruntuhan. Saat sampai di luar, mereka semua terdiam.Langit berubah. Bintang-bintang yang semula tetap kini berkilau dengan warna berbeda. Bulan retak tipis, mengel

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 78 – Getaran Tak Terkendali

    1. Kristal yang RetakRuangan yang semula hening kini dipenuhi getaran aneh. Kristal inti Simfoni Abadi berdenyut semakin cepat, bukan lagi dengan nada lembut, melainkan nada yang patah-patah, sumbang, dan menusuk telinga.“Tidak mungkin…” Selene mendekat, matanya membelalak. “Kristal ini… retak!”Benar saja, dari permukaan kristal mulai muncul garis retakan bercahaya. Setiap kali retakan itu melebar, terdengar suara seperti jeritan seribu jiwa.Lyra mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar. “Ini bukan kemenangan… kita hanya membangunkan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.”Kael menggeram, menahan luka di dadanya. “Jadi apa? Setelah semua yang kita lalui, ternyata musuh kita bukan bayangan itu, tapi inti dunia sendiri?”Ardyn menatap kristal itu dalam diam. Hatinya bergetar oleh nada sumbang yang keluar. Bukan sekadar suara… tapi seolah ada suara-suara berbisik di dalam kepalanya.“Kau bukan penyelamat… kau hanya pion…”“Harmoni tak pernah membutuhkanmu…”“Biarkan dunia tenggelam, kau

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 77 – Pertarungan Nada yang Retak

    1. Jantung DuniaBegitu mereka melewati gerbang cahaya, pandangan mereka disambut oleh ruang luas tak terbayangkan.Dindingnya bukan dari batu, melainkan cahaya murni yang bergerak seperti aliran aurora. Di tengah ruangan itu berdiri sebuah kristal raksasa—berbentuk bulat, berdenyut perlahan seperti jantung. Setiap denyut mengeluarkan nada lembut, seperti nyanyian ibu meninabobokan bayi.“Itu… inti Simfoni Abadi,” bisik Selene. “Sumber yang menjaga keseimbangan dunia.”Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Bayangan berjubah hitam yang mengikuti mereka masuk kini melayang ke depan kristal, seolah hendak mengklaimnya. Nada yang keluar dari tubuhnya berlawanan dengan kristal itu—bukan harmoni, melainkan raungan cacat, nada fals yang menusuk telinga dan hati.Lyra menutup telinganya dengan kedua tangan, wajahnya meringis. “Nada itu… seperti duri yang menusuk jiwaku…”Ardyn melangkah maju, menatap sosok itu dengan sorot tajam. “Kalau dia berhasil menguasai inti ini, dunia akan tenggela

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 76 – Inti Simfoni

    1. Tangga EmasTangga emas yang mereka pijak terasa hangat, seolah hidup. Setiap langkah memunculkan gema nada—bukan gema suara kaki mereka, melainkan nada lembut seperti gesekan harpa.“Ini…” Lyra menatap sekeliling dengan mata berbinar meski wajahnya masih lelah. “Tangga ini bernyanyi.”Ardyn mengangguk pelan, jantungnya ikut bergetar. “Bukan tangga biasa. Ini bagian dari Simfoni itu sendiri. Kita sedang berjalan di atas harmoni dunia.”Kael mendengus. “Lalu kalau kita jatuh, apakah dunia ikut pecah?”Selene meliriknya tajam. “Kalau kau jatuh, aku pastikan dunia tetap baik-baik saja.”Meski penuh luka, mereka masih sempat saling menyindir—mungkin itulah satu-satunya cara agar hati mereka tidak runtuh sebelum sampai ke tujuan.2. Gerbang HarmoniSetelah entah berapa lama, mereka tiba di puncak. Sebuah gerbang raksasa berdiri di depan mereka, terbentuk dari cahaya murni. Bentuknya menyerupai dua sayap yang merentang, seolah hendak menutup atau membuka dunia.Di tengah gerbang itu, ter

  • WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI   Bab 75 – Jantung Kuil

    1. Ruang Berlapis CerminSetelah melewati lorong ilusi, mereka tiba di sebuah aula bundar. Dindingnya penuh cermin raksasa, memantulkan cahaya emas dan bayangan mereka sendiri dari berbagai sudut.Udara di ruangan itu sangat berat, seolah menekan dada. Setiap langkah bergema panjang, seperti gema itu ingin meniru suara hati mereka.“Tempat ini…” Lyra berbisik. “Seperti… jantungnya kuil.”Ardyn mengangguk, tangannya menggenggam erat pedangnya. “Ini pasti lapisan terakhir sebelum inti Simfoni Abadi. Kita harus berhati-hati.”Namun sesuatu terasa salah. Pantulan di cermin tidak bergerak sesuai gerakan mereka.2. Bayangan HidupTiba-tiba, salah satu bayangan Selene di cermin tersenyum licik—padahal Selene asli tidak tersenyum. Dalam sekejap, bayangan itu keluar dari cermin, tubuhnya membentuk doppelgänger yang identik.Begitu juga dengan Lyra, Kael, dan bahkan Ardyn.Dalam hitungan detik, mereka sudah berhadapan dengan diri mereka sendiri.Kael menyeringai getir. “Sudah kuduga… akhirnya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status