Share

4. Sweet psycho

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 12:00:30

“Selena Sayang”      

“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.

Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”

“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”

Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”

Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.

Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia menarik diri dari ciuman itu, menatapnya dengan senyum tipis, khawatir melukai kekasihnya itu karena penolakannya “Ini masih dikampus” Alasan itulah yang Selena lontarkan pada Mark

Mark menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan Selena. “Aku mengerti. Maaf kalau aku membuatmu merasa tidak nyaman.”

Selena tersenyum kecil, mengelus punggung tangan Mark. “Aku hanya ingin kita tetap menghormati satu sama lain, Mark. Itu saja.”

Mark meraih tangan Selena dan mengecupnya “Aku mencintaimu”

“Aku tahu” Balas Selena

Mobil itu bergerak menuju salah satu restoran favorit keduanya. Rutinitas Mark jika dia memiliki waktu untuk menjemput Selena setelah kuliah kekasihnya itu selesai

“Yakin tak mau jalan dulu?” tanya Mark

Di basement parkir yang temaram, Mark mematikan mesin mobil. Selena menghela napas, mengamati suasana sekitar sebelum mengambil tasnya.

“Aku ingin istirahat saja” Tolak Selena. Pandangannya terpaku pada sebuah mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka.

Disana, Matthias bersandar santai pada mobilnya, dengan rokok menyala di tangan. Asapnya melayang perlahan, kontras dengan tatapan tajam pria itu yang terarah langsung ke mereka.

“Hmm ya sudah, beristirahatlah” Mark mengangguk sambil mengusap pipi Selena, lalu keluar dari mobil untuk membukakan pintu bagi Selena.

“Aku antar sampai depan unitmu” Ucap Mark

“Iya” Selena tak membantah. Dia khawatir karena merasakan tatapan Matthias yang mengikutinya, seperti sebuah bayangan yang tak bisa dia abaikan. Matthias tidak mengatakan apa-apa, tetapi kehadirannya sudah cukup untuk menyampaikan pesan yang kuat: dia ada disana, dan dia memperhatikan.

“Kau kenal pria itu?” tanya Mark

“Emm dia kakak Hiriety, sepertinya dia menunggu Hiri” Jawab Selena, dia tak mengatakan jika pria itu akan tinggal seminggu di unitnya

“Oh, berarti kau kenal dengannya? Tatapannya seperti membenci kita”

“Entahlah, aku juga tak paham” Selena berbohong, memaksa senyum tipis.

Matthias mengangkat alis, sedikit menyeringai sambil membuang puntung rokoknya ke lantai dan menginjaknya. Gerakannya lambat, hampir seolah-olah dia menikmati situasi itu. Dia tidak bergerak mendekat, tapi tatapan intensnya cukup untuk membuat Selena merasa terpojok.

“Ayo masuk. Aku tidak mau berlama-lama di sini.”

Saat Selena berjalan menuju lift bersama Mark, dia mencoba mengabaikan rasa gelisah yang merayap di dalam dirinya. Namun, di dalam lift, dia tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke arah basement. Matthias sudah tidak terlihat, tapi perasaan terancam itu masih melekat.

Mark, yang tampaknya tidak terlalu memikirkan kejadian tadi, meraih tangan Selena lagi. “Kalau ada apa-apa, bilang padaku, oke?”

Selena tersenyum tipis, meski hatinya masih tak tenang. “Tentu. Terima kasih, Mark.”

Setelah mengantarkan Selena ke apartemennya, Mark kembali memasuki lift dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan ekspresi yang sudah tidak sabar. Ia mengeluarkan ponselnya dan langsung menelpon salah satu simpanannya.

"Hallo" suara lembut wanita itu terdengar dari ujung telepon. "Ada apa, honey?"

“Temui aku di tempat biasa satu jam dari sekarang” Ucap Mark pada wanita selingkuhannya

"Tanpa masalah, Mark. Aku siap" jawab wanita itu dengan nada menggoda

Pria itu menutup teleponnya dengan kasar, wajahnya memperlihatkan campuran frustrasi dan ketidaksabaran. Dia menekan tombol lift untuk turun ke basement, pikirannya penuh dengan amarah yang terpendam. Baginya, Selena terlalu keras kepala, selalu membuatnya merasa ditolak meskipun mereka sudah cukup lama bersama.

Saat lift tiba di basement, Mark melangkah keluar dan menuju mobilnya. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat seseorang di sudut basement yang redup. Pria yang tadi masih berdiri di sana, bersandar pada mobil mewahnya dengan rokok di tangan, memperhatikan Mark dengan tatapan dingin.

Mark mengangkat alis, merasa terganggu oleh keberadaan pria itu. “Kau lagi?” tanyanya dengan nada tidak ramah.

Matthias menghembuskan asap rokoknya perlahan, senyuman kecil muncul di sudut bibirnya. “Kau terganggu dengan kehadiranku” entah itu pertanyaan atau pernyataan, hanya Matthias lah yang tahu arah ucapannya

“Kau kakak Hiriety kan?” Tanya Mark, melangkah ke arah mobilnya. “Kau menjadikan Hiriety alasan untuk menemui Selena?” Cecar Mark menuduh tepat sasaran

“Kau tahu jawabannya” jawab Matthias dengan nada tenang, matanya tetap mengikuti gerak-gerik Mark.

Mark menghentikan langkahnya, ekspresi marah tercipta disana. “Dia kekasihku. Kau tidak berhak padanya” Mark jelas paham arti tatapan Matthias saat dirinya dan Selena tiba tadi. Sebagai sesama pria, Mark tahu jika Matthias tak suka dirinya dekat dengan Selena

“Kau benar, dia pacarmu“ Matthias hanya menyeringai, tatapannya penuh sindiran. “Hanya karena aku mengizinkannya” kekehan ringan yang menyeramkan itu terdengar

Mark menggeram, tangannya mengepal erat. Kalimat Matthias barusan menusuk egonya. “Kau tidak punya hak untuk menentukan siapa yang bersamanya sialan!”

Matthias memiringkan kepala sedikit, tatapannya tetap santai “Oh, I guess you don't know the rules, dude” ucapnya pelan namun berat

Mark mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan. “Dengar! Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dari Selena, tapi dia tidak akan tertarik pada pria sepertimu. Ingat itu”

Matthias mematikan rokoknya, melangkah maju mendekati Mark. Tatapannya begitu dingin hingga membuat Mark sedikit mundur. “Aku memang tak mau menarik perhatiannya.” Matthias menjeda sejenak. Mata abu itu berkilat, menghantarkan kesan gelap yang kuat “Yang kuinginkan adalah dia”

Mark mendengus pelan, mencoba menyembunyikan rasa gelisah yang perlahan merayap dalam dirinya. “Kau gila.”

“Kau sadar juga ternyata” Matthias tersenyum kecil, tapi matanya tetap tajam. Dia mengambil pisau lipat kecil disakunya, menodongkan pisau itu hingga hampir tertancap pada paha Mark “Larilah darinya sebelum kubuat kau lumpuh karenanya”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   114. Hari sebagai pasutri

    Selena berdiri di depan ruang ganti, tangannya masih terlipat di dada. Ia bisa mendengar Matthias bergerak di dalam, mungkin sedang mengganti pakaiannya.“Matthias?” suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.Dari dalam terdengar suara Matthias. “Hm?”Selena menekan senyumannya. “Aku masuk.”Ia tidak menunggu jawaban sebelum membuka pintu dan menyelinap masuk.Matthias, yang hanya mengenakan kemeja putih yang belum dikancingkan sepenuhnya, menatapnya dengan satu alis terangkat. “Tidak sabar melihatku, huh?”Selena tidak menggubris godaannya. Ia melangkah mendekat dan dengan santai melingkarkan dasi di leher Matthias, menariknya sedikit hingga wajah mereka lebih dekat.Matthias tampak sedikit terkejut, tapi kemudian seringai itu kembali muncul. “Oh? Sekarang kau ingin membantuku berpakaian?”Selena tersenyum manis, tapi matanya penuh niat jahat. “Tentu saja&rd

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   113. Wedding

    Pernikahan itu berjalan begitu cepat—tanpa pidato panjang, tanpa perayaan meriah, hanya sumpah yang diucapkan di bawah tekanan waktu dan emosi yang masih menggantung.Matthias tidak memberi kesempatan pada siapa pun untuk menunda lebih lama. Begitu mereka berdiri di altar, suaranya tegas saat mengucapkan janji pernikahan, matanya tak sekalipun beralih dari Selena.“Dengan ini, kalian resmi menjadi suami istri”Matthias tidak menunggu aba-aba untuk mencium Selena. Bibirnya langsung menekan bibir Selena, mendominasi, menegaskan kepemilikannya di depan semua orang yang hadir.Sorakan kecil terdengar dari beberapa tamu, tetapi Matthias tidak peduli. Dia hanya menarik Selena lebih dekat, menyalurkan emosi yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.Begitu mereka masuk ke dalam mobil, keheningan menyelimuti mereka. Matthias duduk di sampingnya, tangannya tidak pernah lepas dari tubuh Selena—entah menggenggam jemarinya atau sek

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   112. Pernikahan yang tertunda

    Selena menatap dirinya di cermin, jantungnya berdebar tidak karuan.Gaun putih itu terasa begitu indah di tubuhnya, tetapi berat di hatinya. Bukan karena dia tidak ingin pernikahan ini terjadi, tetapi karena semuanya masih terasa seperti mimpi yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.Pintu ruang rias terbuka, dan Lumia masuk dengan senyum lembut."Sayang..." suara ibunya penuh kasih, tetapi ada sedikit kegelisahan di dalamnya. "Sudah waktunya."Selena menelan ludah, mencoba mengatur emosinya."Kau baik-baik saja?" tanya Lumia, mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari putrinya.Selena menatap tangan mereka yang bertaut, lalu mengangguk pelan. "Aku... aku tidak tahu, Mom."Lumia tersenyum kecil. "Pernikahan tidak pernah mudah, Selena. Tapi yang perlu kau tanyakan pada dirimu sendiri hanyalah satu hal—apakah kau ingin hidup tanpanya?"Selena mengangkat wajahnya, menatap bayangannya sendiri di cermin.Apakah dia bisa h

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   111. Fallin for the beast

    Kesalahan Dylan adalah tak mengenalkan dunia mereka pada putrinyaKesalahan Lumia adalah tak memberitahu identitasnya pada SelenaDan kesalahan Matthias adalah melecehkannya bahkan mengenalkan Selena pada dunia dengan cara yang keliru.Selena seharusnya tahu sejak awal.Seharusnya dia mengerti bahwa dunia tempatnya hidup bukanlah dunia normal.Dunia mereka gelap. Kotor. Berdarah.Tidak ada keadilan di sini, hanya kekuasaan dan kelangsungan hidup.Tapi Dylan ingin melindunginya.Lumia ingin menjaganya.Dan Matthias... Matthias ingin memilikinya.Selama ini, semua orang mengambil keputusan untuknya. Mereka membungkusnya dalam kebohongan manis, berpikir itu akan membuatnya aman. Tapi justru itu yang membuatnya semakin rapuh.Selena menatap Matthias yang masih memeluknya erat di dapur.Pria itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.Dan pada saat yang sama, satu-satunya tempat dia bisa berpulang."Matthias" gumamnya pelan."Hm?""Aku ingin mati saja..."Matthias membeku.Tubuhnya yang

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   110. Keinginan Selena

    Brak“Putramu itu gila, Caid!”Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan Dylan begitu dia tiba di markas Oletros, tepat diruang berkumpul yang mana Caid sedang duduk di kursinyaCaid terkekeh “Jika tak gila tentu saja bukan putraku” Jawab CaidDylan mengusap wajahnya dengan frustrasi, sementara Caid hanya menatapnya dengan senyum kecil penuh hiburan.“Ini pertama kalinya aku melihatmu kacau, Dylan” Enid mengucapkan dengan santainya sementara Dayn, kembaran Dylan hanya terkekeh“Kau tak tahu saja karena hanya memiliki anak lelaki” Seru DaynEnid mendengus kesal, melirik Dayn dengan tajam. “Kau pikir punya anak lelaki lebih mudah? Tunggu sampai salah satu dari mereka membawa pulang masalah sebesar Matthias.”Dayn terkekeh, menyilangkan tangan di dadanya. “Masalahnya, Matthias tidak sekadar membawa masalah. Dia adalah masalah itu sendiri.”Caid mengangg

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   109. Aku kacau....

    Selena tak benar-benar dibiarkan pergi. Nyatanya, saat dia dan Daddynya tiba di bandara, tidak ada satu pun maskapai yang menerima kepergiannya.“Apa maksudnya tidak ada penerbangan?” Dylan menekan telepon di tangannya, berbicara dengan seseorang dari pihak bandara. Wajahnya mengeras. “Kami sudah memesan tiket sejak tadi malam.”“Maaf, Tuan, tetapi semua penerbangan Anda telah dibatalkan.”Dylan meremas gagang ponselnya erat. “Oleh Walton?” Tanya DylanPetugas di ujung telepon terdengar ragu sebelum menjawab. “Kami tidak bisa memberikan informasi itu, Tuan.”Dylan menoleh ke Selena, yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi yang tak kalah frustrasi.Matanya langsung menyipit. “Matthias.”Selena menghela napas panjang, menatap papan informasi keberangkatan yang kosong untuk mereka.Tentu saja.Tentu saja Matthias tidak akan membiarkannya pergi semuda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status