Share

Bab 9

Aku hanya bisa menangis tergugu, meratapi nasib malang akibat kesalahanku sendiri.

"Sudah, Ning. Jangan nangis terus, tangis Ning hanya memperberat langkah Abah di alam sana." Mbak Khalifah terus menghiburku, tapi itu tidak berarti apa-apa. Aku sedih, benar-benar sedih. Saat abahku berpulang, aku tidak diijinkan pulang sekedar melihat jenazahnya untuk terakhir kali.

Mbah Putri melarang ku ikut, karena perutku sudah sangat besar akan jadi bahan gunjingan di sana. Nanti kasihan Abah. Begitu kata Mbah Putri. Usia kandunganku sudah menginjak 39 minggu, sudah dekat dekat HPL. Meski memaksa ikut, Mbah Putri tetap bersikeras melarang.

"Abahmu pesen. Apapun yang terjadi, jangan sampai ada yang tahu kehamilanmu," ujar Mbah Putri karena aku terus merengek minta ikut.

"Tapi, Mbah. Aku ini anaknya." Aku berusaha memprotes tapi, berharap Mbah Putri luluh, tapi wanita sepuh itu tetap pada pendiriannya. Aku tak boleh ikut, karena akan membuka aib yang mati-matian mereka tutupi.

Akhirnya Mbah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status