공유

Wanita Simpanan CEO
Wanita Simpanan CEO
작가: Nona Aura

Bab 1

작가: Nona Aura
last update 최신 업데이트: 2025-06-27 10:03:34

"Amelia Renata! Buka pintunya!" Sentak seorang pria bertubuh besar, berkulit hitam dan lengannya dipenuhi dengan tato mendesak Lia untuk membuka pintunya.

Lia sangat kaget, dia langsung turun dari tempat tidurnya dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul enam pagi. Dengan rasa penasaran, Lia bergegas membukakan pintu. Matanya bergantian menatap kedua pria menyeramkan yang berdiri di hadapannya dengan penuh tanda tanya.

"Kamu harus segera membayar hutang tiga ratus juta sekarang juga. Kalau tidak, kamu harus menikah dengan Pak Fahri!"

"Siapa kalian? Untuk apa aku harus membayar hutang. Aku tidak pernah berhutang kepada siapa pun," ucap Lia memberanikan dirinya untuk menghadapi mereka, walaupun tangannya sedikit gemetar karena takut.

"Ayahmu yang sudah berhutang banyak kepada Pak Fahri. Ini bukti perjanjiannya."

Tangan Lia terulur meraih kertas yang diberikan pria itu. Masih dengan perasaan tidak percaya matanya terus bergerak membaca setiap kalimat yang ada di kertas tersebut.

Dia semakin yakin kalau sang ayah benar-benar berhutang karena terdapat tanda tangan ayahnya dan materai yang tertera.

Keningnya berkerut, dia menggigit bibir bawahnya. Bagaimana bisa ayahnya meminjam uang sebanyak itu. Selama ini dia selalu memberikan setengah gajinya kepada sang ayah jumlahnya pun juga tidak sedikit. Dan bagaimana bisa sang ayah menjadikannya jaminan yang tidak pernah ia bayangkan.

"Saya mohon berikan saya tambahan waktu dua bulan untuk melunasi hutang-hutang ayah saya. Saya akan mencari pinjaman untuk melunasinya," pinta Lia dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak! Kami tidak menerima alasan lagi. Dari kemarin kami sudah mencoba baik-baik menghubungi kamu lewat telepon, tapi tidak satu pun kamu mengangkat telepon itu. Kami akan kembali tiga hari lagi. Kalau kamu tidak bisa melunasinya, kami akan bawa paksa kamu untuk menikah dengan Pak Fahri!"

Lia menelan ludah pahitnya, tubuhnya menjadi lemas ketika kedua pria bertubuh besar itu pergi meninggalkan kontrakannya dan kini dia tidak bisa menahan tangisnya lagi.

Dia tidak memiliki uang sebanyak itu, dia juga tidak mau kalau harus menjadi istri ketiga rentenir serakah.

Lia tahu betul bagaimana Pak Fahri. Selain dikenal serakah, Pak Fahri sangat kasar memperlakukan istri-istrinya.

Satu jam setelah kejadian itu, Lia masih belum juga beranjak dari kontrakannya untuk berangkat bekerja. Dia masih memikirkan bagaimana ia mendapatkan uang dalam waktu tiga hari. Lia mencoba menghubungi sang ayah untuk mendapatkan penjelasan, tapi Wira sama sekali tidak bisa dihubungi.

Lia juga berusaha meminjam uang kepada beberapa temannya, tapi tak ada satupun yang dapat membantunya.

"Apa lo coba pinjam uang sama Bu Viola," ucap sahabatnya di telepon.

"Enggak mungkin, Lo kayak enggak tahu aja Bu Viola," balas Lia setelah itu menghembuskan napas kasar.

"Terus siapa? Kalau gue ada, pasti gur bantu lo tapi gue enggak punya uang sebanyak itu Lia. Coba dulu lah lo pinjam Bu Viola. Siapa tau dia mau bantu," bujuk temannya lagi.

"Ya nanti coba gue pikir-pikir lagi Vi." Lalu ia menutup teleponnya.

Di tengah lamunannya tiba-tiba telepon genggam miliknya pun berbunyi. Dia melihat panggilan masuk dari atasannya. Ternyata sedari tadi atasan Lia sudah menunggunya. Lia pun bersiap-siap untuk segera datang ke kantor.

"Kamu dari mana saja, Lia? Ini sudah jam berapa!"

"Ma-maaf Bu Viola, saya tadi tiba-tiba tidak enak badan. Jadi saya terlambat."

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi. Kalau tahu begitu, saya tidak menunggu kamu." Viola mengangkat sebelah alisnya.

"Iy-iya maaf Bu, sekali lagi saya minta maaf. Saya benar-benar sedang tidak enak badan," ucap Lia terbata-bata

Viola membuang nafas kasar. "Ya sudah, kamu tidak usah ikut aku pemotretan hari ini.

Kamu pulang saja, daripada nanti kamu menyusahkan di sana. Tapi sebelum pulang, kamu ke rumah dulu. Siapkan makanan untuk Pak Leon," perintah Viola dan setelah itu ia pergi meninggalkan Lia.

Lia keluar kantor dan bergegas ke rumah Viola, tidak sampai lima menit dia sampai di rumah atasannya itu. Seperti biasa, Lia langsung menuju dapur. Dia membuka buku menu yang setiap hari ia buat untuk suami Viola. Tapi untuk kali ini dia tidak fokus. Tubuhnya ada di situ, namun pikirannya melayang entah ke mana.

Lia memilih untuk duduk sejenak. Dia lalu menghembuskan nafas dalamnya dan menjatuhkan kepalanya di atas meja makan. Ia masih memikirkan cara untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Pekerjaan tambahan apa yang bisa ia lakukan dalam waktu tiga hari dengan gaji sebanyak itu.

“Lia, mana makanan saya?”Lia tersentak saat mendengar suara , beserta tubuh pria yang sudah berdiri di sampingnya.

Lia berusaha menutupi gusarnya dan langsung mengangkat kepalanya.

“Pak Leon?”mata Lia melotot

“Kenapa kamu seperti itu," tanya Leon.

“Tidak apa-apa, Pak. Se-sebentar saya akan segera siapkan,”ucap Lia gugup dan dia beranjak dari duduknya.

“Buatkan saya kopi dan roti dioles selai coklat saja,”pinta Leon sambil menarik kursi makan untuk ia duduki.

“Iy-iya, Pak.” Lia masih tetap saja berdiri di samping kursi Leon.

“Cepat, Lia! Saya ada meeting pagi dan tidak ingin terlambat.”

Lia menganggukkan kepala, dia berjalan cepat menuju dapur. Lia langsung menyiapkan pesanan yang diminta oleh Leon. Selang 5 menit, Lia mengantarkannya.

“Kamu duduk situ,”perintah Leon sambil menunjuk ke kursi yang ada di depannya.

“Baik, Pak.”Lia langsung duduk, dia sudah bisa membayangkan kalau Leon pasti akan bercerita tentang Viola yang semalam pulang larut lagi. Sedangkan untuk saat ini Lia sedang tidak ingin mendengar keluh kesah Leon tentang istrinya.

Tapi dugaannya salah, ternyata Leon menanyakan tentang keadaan Lia. Dia melihat Lia begitu bingung. Lia pun terdiam sejenak, dia menundukkan kepalanya.

“Lia, apa kamu baik-baik saja?"

Lia masih belum menjawab.

"Lia?" Suara Leon sedikit meninggi.

“Pak Leon,”panggil Lia sambil mengangkat kepalanya.

"Iya, apa yang mau kamu bicarakan. Katakan saja."

“Apakah saya boleh meminjam uang tiga ratus juta kepada Bapak?”

Leon kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut Lia, seraya dia tidak percaya.

“Untuk apa?”Leon tercengang.

“Untuk membayar hutang ayah saya, Pak. Saya hanya diberi waktu tiga hari dan saya tidak tahu harus pinjam ke mana lagi. Apa Bapak bisa bantu saya?”

Lelaki tampan itu menatap Lia. Lia tampak takut melihat sorot mata Leon yang tajam, membuat dia lagi-lagi menundukkan kepala menatap pangkuannya yang meremas kedua tangannya.

"Tolong saya , Pak. Saya tidak mau kalau harus menikah dengan seorang rentenir jahat," pinta Lia lagi karena Leon masih terus menatapnya blm juga menjawab.

“Aku bisa membantumu, Lia. Tapi dengan satu syarat,”ucap Leon membuat Lia sedikit bernapas lega mendengar kata itu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Wanita Simpanan CEO   Bab 5

    Viola menghembuskan nafas kasar. "Leon semalam enggak pulang."Dafin malah menertawakan sang kakak. Lalu Viola melemparkan tasnya tepat ke arah lengan Dafin dengan sengaja."Tumben banget, Kakak udah sadar?" ejek Dafin sambil mengusap lengannya. Ia terlihat kesakitanViola hanya melirik ke arah sang adik. Dia juga tidak tahu dengan perasaannya, campur aduk tidak karuan menunggu Leon tidak pulang. Padahal selama ini dia sama sekali tidak peduli."Kak," panggil Dafin mengagetkan Viola."Apa," jawab perempuan berkulit putih ketus."Lia apa kabar? Aku sudah lama enggak ketemu dia. Kenapa dia enggak mau sama aku ya.""Karena kamu jelek.”“Apaan sih, Kak.”“Sekarang Lia sering izin enggak masuk kerja. Ada aja alasannya."Dafin semakin mendekat ke arah Viola. "Kenapa, Kak? Apa dia sekarang udah punya pacar, terus sibuk sama pacarnya?""Kakak enggak tahu. Ahhh sudah lah, Kakak mau pulang.""Kak, aku belum selesai tanyanya."Viola beranjak dari duduknya dan pergimeninggalkan Dafin. Dia tidak

  • Wanita Simpanan CEO   Bab 4

    Matahari mulai menampakkan cahayanya. Lia membuka mata perlahan, melihat keadaan sekitar. Lia mengangkat selimut tebal yang menutupi tubuhnya.Ia memeriksa bagian yang tertutupi selimut. Iia terbangun tanpa sehelai benangpun melekat ditubuhnya.Sekujur tubuhnya sangat sakit akibat kejadian semalam. Lia menengok ke arah samping dirinya.Tapi Leon tidak beradadi sampingnya.Lia pun segera bangkit dan beranjak dari tempat tidur dan memunguti satu persatu pakaian dalam serta blus dan celana jeans-nya. Ia berpakaian tergesa setelah itu merapikan rambutnyayangberantakan."Kemana pak Leon, kenapa dia tidak ada. Apa dia ada dikamar mandi ya," ujar Lia.Lia berjalan menuju kamar mandi,dia menempelkan telinganya dipintu berusaha mendengar, tapi tidak ada suara gemericik air di sana. Dengan cepat Lia membuka pintu."Apa Pak Leon sudah pulang ke rumah. Kenapa aku sampai tidak tahu kalau dia pergi. Apa karena minuman yang Pak Leon berikan semalam sampai-sampai aku tidak menyadarinya."Wanita cantik

  • Wanita Simpanan CEO   Bab 3

    Hujan baru saja reda, meninggalkan tetesan air yang perlahan mengalir di jendela kamar yang semakin malam terasa begitu sepi, begitu hampa. Udara malam yang dingin menyusup masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka.Gelisah semakin Lia rasakan, bahkan untuk menyambut hari esok pun membuat Lia tidak bisa tidur sedari tadi, hanya karna memikirkan hal tersebut.Padahal tubuh Lia sangat lelah, biasanya dia sudah bermimpi indah, tapi sekarang dia masih berperang dengan pikirannya.Bahkan dia juga sama sekali tidak memikirkan keadaan perutnya yang keroncongan. Dia lapar, tapi tidak ada selera untuk melahap sesuap makanan pun."Rasanya aku tidak ingin bertemu dengan hari esok. Aku tidak sanggup kalau harus mengkhianati Bu Viola. Tapi aku sudah terlanjur berjanji dengan Pak Leon," ucap Lia lirih sambil menatap ke langit- langit kamarnya. Air matanya pun perlahan jatuh membasahi pipi.***Lia menggeliat pelan dalam tidurnya. Sinar matahari yang menyilaukan menembus ventilasi-ventilasi k

  • Wanita Simpanan CEO   Bab 2

    "Ya, apa syaratnya, Pak?" tanya Lia dengan penasaran."Kamu harus menghabiskan satu malam denganku," ucap Leon dengan menatap Lia tajam sambil mengangkat sedikit ujung bibirnya.Lia tertegun mendengar syarat yang diucapkan Leon. Seketika dadanya menjadi sesak. Dia tidak menyangka Leon memberikan persyaratan seperti itu. Dia pikir Leon hanya akan memberikan bunga pada hutangnya, dan dia bisa melunasinya setiap gajian."A-apa tidak ada syarat lain, Pak? tanya Lia ragu, dia bahkan tidak berani menatap mata Leon."Tidak, hanya itu persyaratannya. Kamu bahkan tidak perlu membayar bunga.""Tapi, Pak. Bagaimana dengan Bu Viola. Saya tidak mungkin melakukan hal itu.""Jadi kamu tidak mau? Ya sudah kalau tidak mau. Saya tidak akan membantu kamu."Leon beranjak dari duduknya. Dia bahkan tidak menghabiskan sarapan yang sudah dibuatkan oleh Lia. Dia lalu berdiri di samping Lia."Sepertinya sudah tidak ada lagi yang dibicarakan. Saya akan ke kantor, kamu beresi semua makanan saya," ucap Leon sambi

  • Wanita Simpanan CEO   Bab 1

    "Amelia Renata! Buka pintunya!" Sentak seorang pria bertubuh besar, berkulit hitam dan lengannya dipenuhi dengan tato mendesak Lia untuk membuka pintunya.Lia sangat kaget, dia langsung turun dari tempat tidurnya dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul enam pagi. Dengan rasa penasaran, Lia bergegas membukakan pintu. Matanya bergantian menatap kedua pria menyeramkan yang berdiri di hadapannya dengan penuh tanda tanya."Kamu harus segera membayar hutang tiga ratus juta sekarang juga. Kalau tidak, kamu harus menikah dengan Pak Fahri!""Siapa kalian? Untuk apa aku harus membayar hutang. Aku tidak pernah berhutang kepada siapa pun," ucap Lia memberanikan dirinya untuk menghadapi mereka, walaupun tangannya sedikit gemetar karena takut."Ayahmu yang sudah berhutang banyak kepada Pak Fahri. Ini bukti perjanjiannya."Tangan Lia terulur meraih kertas yang diberikan pria itu. Masih dengan perasaan tidak percaya matanya terus bergerak membaca setiap kalimat yang ada di kertas tersebut.Dia s

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status