Share

Bab 5

Penulis: Deska
Nayla menunduk. Anehnya, dia tidak merasa sedih. Dia hanya teringat saat kecil, ketika Kayla memfitnahnya dan ibunya memukulnya, Gavin bergegas mengadang di depannya dan berseru, "Nayla nggak mungkin memukul orang! Dia sangat patuh!"

Saat itu, Gavin percaya padanya tanpa syarat. Sekarang ... Gavin tidak lagi percaya padanya sedikit pun.

Entah kenapa, Gavin merasa gugup untuk sejenak. Namun, dia menepis emosi aneh itu dan menatap Nayla sambil memberi perintah maaf, "Minta maaf."

Nayla tidak melakukan perlawanan yang sia-sia. Dia menoleh ke arah Kayla dan berkata, "Maaf, aku nggak seharusnya memukulmu."

Kayla memunggungi Gavin sambil tersenyum mengejek, tetapi malah berujar, "Kalau kamu biarkan aku memukulmu dua kali, aku akan lupakan masalah ini."

Kayla dan Gavin sama-sama mengira Nayla tidak akan setuju.

Tak disangka, Nayla malah menunduk dan menyetujuinya dengan santai, "Oke."

Gavin merasa makin gelisah. Dia membenci perasaan tidak dapat mengendalikan sesuatu. Dia berbalik dan menarik Elina sambil mendesak, "Di luar dingin sekali. Ayo masuk!"

Gavin dan Elina berjalan bergandengan tangan memasuki vila. Sementara itu, Kayla melangkah maju dan meninju perut Nayla sebanyak lima kali.

Nayla mengerang kesakitan dan wajahnya memucat. Kemudian, dia bertanya pelan, "Sudah puas?"

Kayla tertawa. "Baiklah! Berhubung kamu begitu kasihan, aku akan ampuni kamu! Elina sudah dapatkan kembali posisi di samping Gavin. Aku sangat menantikan kapan kamu akan diusir. Ckck, mau bucin sampai segimana pun kamu, orang yang sudah nggak inginkan kamu bisa mengusirmu kapan saja. Kamu itu bukan siapa-siapa!"

Setelah itu, Kayla pun pergi sambil tersenyum.

Penyakit maag Nayla kambuh lagi setelah dipukuli. Dia merasa sangat kesakitan. Setelah masuk ke rumah dan minum obat, dia segera mandi dan beristirahat.

Nayla terbangun di tengah malam karena kesakitan. Dia tiba-tiba duduk dan muntah darah. Kemudian, dia memaksakan diri untuk menelepon dokter dan bangkit untuk pergi ke rumah sakit.

Saat keluar dari kamar tamu, Nayla melihat pintu kamar utama terbuka sedikit dan ada cahaya yang keluar dari celah pintu. Selanjutnya, terdengar suara-suara samar laki-laki dan perempuan yang sedang bermesraan.

Sebenarnya, Nayla sudah mempersiapkan diri secara mental ketika Elina pindah ke rumah ini. Namun, saat benar-benar menyaksikannya secara langsung, dia tidak tahu apakah tubuh atau hatinya yang terasa lebih sakit.

Untuk turun ke lantai dasar, Nayla harus melewati kamar utama. Dia menggigit bibirnya hingga berdarah dan berjalan secara perlahan.

Suara serak Elina terdengar dari dalam pintu. "Sepertinya Nayla ada di depan pintu ...."

Suara Gavin penuh dengan hasrat yang tak terkendali saat menyahut, "Dia memang gila! Nggak usah pedulikan dia! Elina, aku menginginkanmu ...."

Nayla merasa hatinya sangat sakit hingga mati rasa. Dia segera melewati kamar utama, lalu berjalan turun ke lantai dasar dan menaiki mobil yang dikirim rumah sakit. Dia mengalami pendarahan lambung yang parah dan harus dirawat di rumah sakit.

Dokter meminta Nayla untuk mencari seseorang yang bisa menemaninya. Dia pun mengeluarkan ponsel, tetapi tidak tahu harus menelepon siapa.

Ketika Nayla setuju untuk bertunangan dengan Gavin, ibunya mengira dirinya mencoba memanfaatkan situasi untuk menentang Keluarga Hartono. Dia pun meminta Nayla untuk membatalkan pertunangannya, tetapi Nayla menolak. Sejak saat itu, ibunya pun bersikap seolah-olah dirinya tidak memiliki seorang putri.

Gavin ....

Dulu, Gavin pasti akan datang apabila Nayla menelepon. Kini, semuanya telah berubah. Nayla akhirnya menelepon asisten pribadinya dan memberinya upah lima kali lipat dari gajinya untuk datang merawatnya.

Setelah obat bekerja, Nayla akhirnya tertidur. Namun, Nayla terbangun karena ponselnya yang tidak berhenti bergetar. Peneleponnya adalah Gavin.

Nayla menekan tombol menjawab telepon. Awalnya, dia mendengar suara Elina yang agak samar berkata, "Gavin, bicaralah dengan baik. Jangan marah. Nayla bersikap seperti ini karena dia terlalu mencintaimu."

Kemudian, suara Gavin yang familiar, tetapi juga asing terdengar jelas dari ujung telepon. "Nayla, kamu benar-benar gila? Kamu bukan cuma bangun di tengah malam untuk menguping, tapi juga siram darah sapi di kamar? Kamu mau nakut-nakuti siapa? Kalau kamu melakukannya lagi, pindah keluar sana!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 25

    Setelah menyuruh Kenneth membasuh diri dengan air dingin, Nayla baru menyadari bahwa Kenneth bukan hanya ditabrak dari belakang sehingga punggungnya tersiram air dari pir panggang yang mendidih, dia sendiri juga memegang secangkir air tebu yang panas.Begitu mendengar Nayla mulai batuk, Kenneth sengaja datang untuk mengantar air tebu panas itu. Ketika dia ditabrak, air tebu panas itu juga tumpah ke tangannya sehingga punggung tangannya memerah karena terbakar.Nayla segera menelepon resepsionis dan memintanya untuk membelikan satu set pakaian pria. Sementara itu, dia sendiri pergi ke gedung perkantoran untuk mencari kompres es. Ketika keluar, dia malah bertemu dengan Gavin.Gavin terlihat agak kewalahan. "Nayla, maaf. Aku bukan sengaja mau menabraknya."Pada saat ini, Nayla baru menyadari bahwa Gavin-lah yang menabrak Kenneth. Dia pun mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gavin menjawab dengan agak takut, "Seingatku, kamu suka makan pir panggang. Aku sudah s

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 24

    Begitu Nayla masuk, Fiona buru-buru mengamati ekspresinya dan bertanya, "Kamu benar-benar rela meninggalkannya?"Nayla menggeleng dan menjawab, "Ini bukan soal rela atau nggak. Berhubung sudah putuskan untuk meninggalkannya, aku nggak punya niat untuk kembali lagi."Fiona mengangguk dengan gembira. "Baguslah kalau begitu!"Dia mencibir, "Waktu Gavin tahu influenser itu memeluk pacarnya sambil mengejeknya kaya tapi bodoh, dia juga mencarimu seperti ini dan berjanji nggak akan melakukannya lagi. Tapi nyatanya? Begitu Elina kembali, dia melupakan semua janjinya. Kalau kamu kembali bersamanya, siapa tahu ada Elina mana lagi yang akan tiba-tiba muncul?"Nayla tertawa terbahak-bahak dan menjawab, "Aku nggak akan kembali padanya."Fiona berkata dengan lantang, "Aku bilang begitu bukan karena adikku! Kalau kamu biarkan orang lain perlakukan kamu seenaknya lagi, aku nggak akan berteman denganmu lagi! Daripada aku marah sampai nggak bisa makan setelah mendengarnya." Kenneth memukul Fiona dari b

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 23

    Nayla menggeleng dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Kamu itu putra Keluarga Winowa, aku yang nggak layak dampingi kamu. Kita sudah akhiri pertunangan kita. Pak Gavin jangan bercanda lagi."Hati Gavin sangat sakit hati. Dia tidak peduli dengan hal lainnya lagi dan berujar dengan tergesa-gesa, "Semua itu salahku! Aku yang salah. Aku kira aku mencintai Elina, tapi orang yang kucintai ternyata adalah kamu. Nayla, aku nggak seharusnya akhiri pertunangan kita. Aku sudah sadari kesalahanku. Aku minta maaf. Maafkan aku dan pulang bersamaku, ya?"Nayla menggeleng. "Pak Gavin, tolong jangan mengolok-olok aku lagi. Aku nggak mampu temani kamu bermain. Sampai jumpa."Nayla memang mengucapkan sampai jumpa, tetapi ekspresinya jelas-jelas terkesan seperti mereka tidak akan pernah bertemu lagi.Melihat Nayla akan menutup pintu, Gavin buru-buru berseru, "Tunggu!"Gavin melepas ranselnya dengan panik, lalu membungkuk untuk membuka koper dengan tergesa-gesa."Aku benar-benar sudah sadari kesalahanku! Li

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 22

    Gavin telah membayangkan banyak kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak terpikirkan olehnya adalah Nayla sudah memiliki pria lain. Nayla benar-benar tidak menginginkannya lagi.Gavin masih berdiri terpaku di tempat. Pikirannya sangat kacau dan dia tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa.Kenneth menatap pria yang membawa koper dan ransel di luar pintu. Setelah menunggu beberapa saat dan pria itu masih tidak berbicara, dia bertanya lagi, "Maaf, siapa yang kamu cari?"Gavin mendengar dirinya menjawab dengan kaku, "Aku Gavin. Aku datang mencari Nayla."Begitu mendengar nama Gavin, ekspresi Kenneth seketika berubah. Namun, hanya sesaat. Setelahnya, dia tersenyum sopan dan berujar, "Tunggu sebentar."Kemudian, Kenneth berbalik dan berteriak ke dalam rumah, "Lala! Gavin datang mencarimu!"Lala ....Gavin berpikir dengan linglung. Selama ini, dia tidak pernah memberi nama panggilan untuk Nayla. Apakah Nayla suka dipanggil seperti itu? Apakah pemuda ini begitu dekat dengan Nayla sehing

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 21

    Gavin menaruh kembali sepasang anting itu ke dalam kotaknya, lalu menyimpannya di ruang penyimpanan. Dia juga memasukkan satu per satu perhiasan yang dibawanya pulang ke dalam lemari.Kemudian, Gavin berbalik dan bergegas keluar rumah secepat mungkin. Dia pergi ke perusahaan perhiasan di mana Nayla memesan cincin pasangan mereka dan meminta untuk bertemu dengan desainer bernama Jennifer. Jennifer adalah seorang desainer wanita berusia 50-an tahun yang intelektual dan anggun. Ketika mendengar Gavin mengatakan dirinya ingin merancang dan membuat sepasang cincin pasangan bersamanya untuk mendapatkan kembali orang yang paling dicintainya, Jennifer pun bertanya dengan terkejut, "Bukannya Bu Nayla sudah membuat sepasang cincin untuk kalian?"Ekspresi Gavin menjadi muram. Setelah terdiam sejenak, dia menjawab. "Aku sudah melakukan banyak kesalahan dan kehilangan dia. Sekarang, aku mau mendapatkannya kembali."Jennifer menunjukkan ekspresi mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut. Dia membuka

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 20

    Pada saat ini, Gavin teringat nasihat neneknya lagi. Dia pun menyadari bahwa ucapan neneknya benar.Gavin merasa ragu cukup lama. Dia bersembunyi di dalam rumah dan tidak berani menyalakan lampu. Dalam kegelapan, dia merasa seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, juga tidak kehilangan apa pun. Orang yang ingin dia temukan masih ada.Namun, setiap kali bermimpi, Gavin akan memimpikan mata Nayla yang tenang, lalu terbangun dengan keringat dingin. Setelah akhirnya tertidur, dia akan terbangun oleh mimpi buruk seperti itu. Hal ini terjadi berulang kali.Setelah terpuruk cukup lama, Gavin akhirnya menyadari kenyataan. Tidak ada gunanya dia begitu pengecut dan terus bersembunyi. Dia pun kembali ke rumah lamanya.Anita sedang menonton drama klasik yang sama dengan yang ditontonnya setelah pesta ulang tahunnya. Drama klasik itu merupakan drama favoritnya. Dia tidak pernah bosan menontonnya. Sesekali, saat suasana hatinya sedang bagus, dia akan ikut menyenandu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status