All Chapters of Dinikahi CEO Arogan: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
Bab 41. Gara-gara Kopi
Tiba di rumah waktu malam hari. Andhika tak segan lagi buka-bukaan di depan istrinya. Suci saat itu sudah memakai baju tidur yang cantik dan Andhika yang melihatnya saja sudah terpancing gairahnya.  "Mas, kita ngopi dulu, yuk," ajak Suci. "Malam begini kamu mau minum kopi? bisa begadang semalaman, kayak mau sibuk saja," kata Andhika. Suci tak menghiraukan suaminya itu. Ia tetap ke meja makan dan langsung menyeduh kopi. Tak disangka ternyata Andhika menyambanginya juga. Ia lantas duduk dan mengambil buah jeruk. "Mau kopi juga?" tanya Suci. "Enggak." Tiba-tiba terdengar suara bi nani yang menyambangi meja makan. "Aduh, kenapa sih malam begini rame amat, ada tikus kali, ya?" Bi Nani terkejut ketika majikannya sibuk di meja makan. Apalagi menyaksikan Suci meneguk kopi hangat. "Bukan tikus, bi. Ini kita lagi mau ngemi
Read more
Bab 42. Sebuah Pengakuan
"Iya, aku si penabrak nenek anda. Semuanya saya lakukan karena sakit hati yang selama ini saya terima dari perlakuan bengis saat kerja di kantor Sanjaya Group," tegasnya.   Andra segera menutup ponselnya. Lalu tertawa geli. Kemudian ia berbaring dan berusaha tertidur. Dalam kondisi rumah dan finansial pas-pasan, pemuda itu tetap bersikeras bersembunyi di ruko area rumah sakit dan menyamar menjadi orang biasa.    Motor kuning yang sempat ia gunakan untuk menabrak nenek Diana ia simpan di kamar kosong.    "Gue aman hidup di sini meski sendirian," gumamnya.   Siang hari tiba. Andra pergi menemui tantenya yang bekerja di kantor BUMN. Ia disambut hangat seperti ibu menyambut anak dan mereka berdua pergi ke cafe untuk berbincang-bincang.   "Aku mau cerita sama tante Rena, karena selama ini cuma tante yang sayang sama aku," kata Andra.   "Mau cerita apa? k
Read more
Bab 43. Menguntit Dan Curiga
Suci masih belum mampu melupakan kebaikan Nenek Diana. Wanita tua yang sempat kenal dengannya. Setiap menatap foto nenek kandung Andhika ada rasa bersalah yang membuncah. "Tanpamu, nek. Aku gak bakalan nikah sama Mas Andhika," gumammya. Andhika tiba-tiba muncul sambil bersedekap. Ia berkata," Ngapain kamu? Itu foto nenek saya, urus Putri, enak aja hidup santai, gak kerja, gak apa, semuanya tinggal makan, saya juga yang capek!""Siapa yang nikahin aku? Aku dipaksa, iya kan! Kalau kasus ini udah beres kita langsung cerai! Aku gak tahan punya suami kayak kamu, ganteng juga buat apa kalau galak, banyak duit juga buat apa kalau jahat gini!" Balas Suci.Andhika tersulut. Ia memegang erat bahu Suci. Tatapan matanya tajam seperti ada cahaya yang terpancar."Kamu udah berani melawan ya sama suami! Dengar! Saya sudah sayang sama kamu!" "Serius, Mas?""Seribu rius!"Jantung berdegup kencang, iramanya beriringan dengan tatapan mata yang sayu. Perlahan-lahan Andhika mengecup Suci dengan lembut
Read more
Bab 44. Kecemburuan
"Dia Tante Rena, kenalan aku. Tapi, katanya dia bilang istri kamu ini ngaku-ngaku asisten aku, itu Tante Rena yang bilang lo. Amit-amit deh kalau Suci jadi asisten aku, lulusan keperawatan juga bukan!" Gerutu Indah. "Suci, bener kamu ngaku-ngaku jadi asisten Indah?" Tanya Andhika. Suci mengangguk pelan. "Begitulah, tujuan aku buat melindungi diri, ya orang kalau udah tahu aku ini istri orang kaya pastinya mereka bakal julid, iya kan?" "Terus, sepenting apa Tante Rena buat kamu, Indah?" Tanya Andhika. "Ya dia pasien aku," jawab Indah. "Aku kan dokter." Kemudian, seorang perawat menghampiri Indah. Ia berkata," Bu, ada pasien yang harus diperiksa di ruang VIP." Indah menghela nafas, dia langsung pergi tanpa berucap permisi. Suci pun mendelik pada suaminya. Ada rasa cemburu yang tak sanggup dia ucapkan melalui kata-kata. Akhirnya, Suci hanya duduk di kursi tunggu sambil bersedekap. "Mas, kita kan ke sini mau nostalgia kematian nenek, kenapa jadinya begini," protes Suci. "Cuma n
Read more
Bab 45. Informasi Dari Tante Rena Dan Bertemu Di Cafe
Siang hari yang cerah, Indah masih sibuk praktik di RS. Kemudian, seorang perawat memberitahukan ada pasien yang sedang menunggu di luar, sempat keheranan karena pasien tidak mau langsung menghadap dokter.Akhirnya, Indah mengalah untuk menemuinya meski di luar. Baru saja membuka gagang pintu, ada suara dua pria yang tiba-tiba terdengar. Dari percakapan mereka terdengar seperti ini."Pak Sofyan, bukannya Anda yang sudah lama cinta mati sama Suci? Harga dirimu di mana? Dia kan udah punya suami, cari aja yang lain!"Indah terkejut mendengar pernyataan itu. Akhirnya, dia memberanikan diri untuk menghadap Sofyan."Katanya ada pasien? Mana dia?" Tanya Indah."Saya pasiennya," jawab Sofyan. "Bisa kita bicara sebentar saja. Ya anggap saja saya pasien."Indah mengizinkan detektif itu masuk ke ruang praktik meski agak keberatan. Mereka duduk berhadapan layaknya pasien dan dokter."Ada apa? Kalau ada pasien kamu harus keluar," ucap Indah dengan nada yang ketus. "Begini, katanya kamu berteman
Read more
Bab 46. Di Waktu Hujan Dan Foto Yang Meresahkan
Hujan di sore hari masih turun deras, guyuran airnya sampai membanjiri garasi rumah. Pot bunga yang di halaman rumah pun terjungkal karena tersapu air. "Suci ke mana ya?" Gumam Andhika di depan garasi sambil menatap mobilnya. Ia bergumam lagi. "Pergi enggak, pergi enggak, pergi atau enggak! Lagian ada-ada aja keluar sore-sore begini!" Kebiasaan Andhika yang sering tempramental membuat istrinya sering kabur. Suara bentakan yang kadang menakutkan, bisa membuat seisi rumah menjadi gempar. "Padahal rumahku sudah mewah, tapi istri gak betah di rumah, kurang apanya ya? Apa aku sering bentak Suci, terus dia jadi takut?" Gumamnya. Adhika menghela nafas sejenak, bersandar di bemper mobil. Di sudut garasi ada sebuah payung hitam, dia bergegas mengambilnya. "Baru kali ini aku perhatian sama kamu, Suci." Hujan semakin deras, lagi-lagi Andhika dibuat kesal. Untuk melampiaskan amarahnya, dia memainkan smartphone dan membuka sosmed miliknya. "Hah!" Andhika terkejut melihat foto Suci dan Sof
Read more
Bab 47. Mencari Si Pelaku
Andhika membiarkan Suci mengantar Putri. Sedangkan dirinya diam-diam menemui Sofyan di kantor kerja. Setibanya di sana, Andhika tak mampu menunda kesabarannya, seraya memaksa detektif itu ke dalam mobil. "Maaf, apa-apaan ini!" Protes Sofyan."Saya mau bawa kamu ke suatu tempat. Ikuti saja," ucap Andhika.Beberapa menit di perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah yang penuh dengan taman bunga. Mobil mewah masih tersimpan rapi, letaknya berhadapan dengan pintu masuk. "Rumah siapa ini, Pak Andhika?"Hal yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Pintu terbuka lalu terlihat Indah yang hendak berangkat kerja. Wanita itu terkejut sekaligus tersenyum manis."Silahkan masuk," ajak dia."Maaf, boleh kita bicara sebentar?" Tanya Andhika. Seraya mendekati dokter cantik itu dan tepat berdiri di hadapannya. "Sejak kapan kamu kenal wanita yang bernama Tante Rena?""Dia pasien aku, gak lebih," sahut Indah. "Kenapa sih kalian penasaran sama dia, pertanyaan kalian itu kayak teror buat aku!
Read more
Bab 48. Andra Terbaring Lemah
Sekuat tenaga, Andra berlari menelusuri trotoar dan menyebrang di zebra cross. Lalu, sebuah mobil melintas dengan kecepatan penuh, hingga akhirnya menabrak Andra hingga jatuh tersungkur di tengah jalan. Keesokan harinya, Andra baru saja membuka mata, sayup-sayup tatapannya yang buram menyaksikan sebuah ruangan yang putih, terdengar suara rekaman detak jantung, tangannya terasa pegal karena ditusuk jarum infusan, nafasnya agak sesak dan sekujur badannya mengalami sakit yang tak bisa diungkapkan kata-kata. "Kamu sudah siuman ternyata, gimana sekarang?" Tanya Sofyan. "Ini ruang ICU." Andra tertawa geli, dari raut wajahnya seperti tidak ada rasa berdosa. "Kalian yang menginginkan saya begini, kan? Biarkan saya mati, gak usah urusin jenazah saya kalau nyawa sudah hilang. Biar urusan hukum kelar." "Saya ini detektif, Pak Andhika yang bayar semua fasilitas di sini sampai kamu sehat," ucap Sofyan. "Pastinya biar saya mengalami hukuman yang lebih berat, tapi dia tidak pernah tahu bagaim
Read more
Bab 49. Indah Yang Memaksakan Kehendak
"Perkenalan kita yang berawal dari Andra, ngapain juga tante ngikutin aku terus, pengen uang aku ya?" Sindir Indah.Tante Rena geleng-geleng kepala mendapati sikap Indah yang semakin aneh saja. Tetapi, dia tak lantas menghindar, wanita dewasa itu tetap tenang di hadapan Indah seolah-olah tidak terjadi apa-apa."Kamu puas udah lihat Andra sekarat?" "Puas? Aku rasa--"Percakapan mereka terhenti karena seorang perawat menghampiri. Raut wajah perawat itu tampak suram, ia berkata," Kalian berdua siapanya Mas Andra?""Saya tantenya, ada apa ya?""Maaf, saya harus memberitahu kabar duka ini, Mas Andra baru saja menghembuskan nafas terakhir, beliau sudah wafat, silahkan ditengok dulu sebelum kami pindahkan," suruh perawat itu.Tante Rena tak dapat membendung air mata lagi, menjerit dengan keras kala menyaksikan keponakan yang sudah menjadi jenazah. Wanita itu terus menggerutu. "Kenapa kamu ninggalin tante? Maafkan tante yang gak bisa jagain kamu."Sedangkan Indah menatap dengan pandangan men
Read more
Bab 50. Gosip Yang Selalu Mengganggu
Indah naik pitam. Ia melemparkan bantal dan berkata," Kamu gak percaya, barusan suami kamu maksa buat ciuman?" Wajah Indah memerah, dia tak melanjutkan perdebatan dengan Suci. "Aku pergi dulu dan kamu mesti tanggung jawab, Andhika," tegas Indah. Bruk! Pintu dia tutup dengan kencang. Andhika menghela nafas, duduk di kursi putar sambil termenung. "Kamu udah makan, Papa Andhika?" Tanya Suci. "Saya gak nyangka, kenapa Indah bisa senekad itu mencium paksa bibir saya. Ini bukan bercanda, apa dia dari dulu sudah terlalu mencintai saya? Menurut kamu gimana? Sumpah, saya benar-benar gak nyangka," ucap Andhika. "Indah itu memang udah cinta mati sama kamu, dari dulu," ucap Suci. "Suci, apa kamu juga cinta mati sama Sofyan? Jawab jujur!" Tegas Andhika. Seraya menghampiri istrinya yang masih menggendong Putri. Namun, Suci hanya diam terpaku. Dia tak mau menjawab. "Sofyan itu udah jadi teman yang perhatian buat aku dari dulu. Waktu aku punya masalah, dia yang sudi melindungi," ung
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status