All Chapters of Nafkah yang Disunat Suamiku: Chapter 121 - Chapter 130
133 Chapters
Bab 121. Citra Pias, Lisa Puas
Rista akhirnya bangun satu jam kemudian. Ia langsung diinterogasi oleh sang kakak. Ari merasa kalau adiknya adalah tanggung jawabnya, sebab ia lelaki satu-satunya di rumah itu.Gadis yang masih terbaring lemah di atas ranjang itu pun mengaku, kalau semalam ia datang ke pesta ulang tahun temannya. Ia diberi segelas minuman oleh seorang teman, lantas tak ingat apa pun. Sampai kemudian membuka mata dan sudah berada di kamar ini."Bagaimana aku bisa sampai di rumah ini, Mas?" tanya Rista dengan kepala yang masih berdenyut. Gadis itu mengenali kamar ini sebagai kamar tamu di rumah mamanya, sedangkan terakhir kali ia berada di rumah mewah milik temannya. Rumah besar yang disulap menjadi arena pesta anak muda. Ia pun penasaran, dalam kondisi tak sadarkan diri, bagaimana ia bisa sampai di rumah? Ari menggelengkan kepalanya, lalu menceritakan kejadian sebelumnya. "Sejak kapan kamu suka minum-minuman keras, Rista?"Sang ibu mengajukan t
Read more
Bab 122. Undangan
Hari telah beranjak petang ketika keluarga Lisa tiba di kampung halaman. Kedatangan mereka disambut dengan sukacita oleh keluarga besar yang telah menunggu di rumah.Berbagi kisah dan pengalaman selama perjalanan, dilakukan sembari melepas rindu. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun membuat kelompok sendiri, berbagi cerita dengan antusias pada saudaranya yang lain.Anak-anak dari Imam terlihat mendengarkan dengan mata berbinar setiap cerita yang meluncur dari Arsy dan Arkan. Mereka seperti tak kenal lelah, meski baru saja melakukan perjalanan panjang.Lisa mencari keberadaan ibu mertuanya, tapi tak terlihat di mana pun. Beliau baru tiba di jam tujuh malam bersama suami, dan langsung bergabung dengan para orang dewasa.Mereka berbincang hingga malam semakin tinggi sambil menikmati oleh-oleh yang disajikan. Sebuah gamis juga dihadiahkan untuk ibu dari suaminya. Lisa hanya sedang berusaha mengambil hati ibu mertuanya. Untuk dirinya sendiri, ia bahkan tak membeli meski satu helai. Baginya
Read more
Bab 123. Aset ini
Tatapan Ari lurus ke depan, menembus pemandangan pohon-pohon besar di belakang kantornya, dan entah terhenti di titik mana.Penuhnya pikiran, membuat ia menghilang sejenak dari tumpukan laporan yang harus ia selesaikan. Dan di belakang kantor inilah ia menyendiri, memandangi pepohonan yang tinggi menjulang. Sesekali terdengar cicit burung memenuhi ruang dengarnya. Sedikit menghibur hatinya yang dilanda gundah.Laki-laki itu sudah berusaha untuk tidak memikirkan ucapan adiknya beberapa waktu lalu, tapi justru kepalanya terasa sangat sakit, sebab tak juga menemukan jawaban. Pertanyaan yang meluncur tanpa ragu dari Rista kembali berdengung di telinganya.'Atau jangan-jangan Mbak Citra minum pil KB biar nggak hamil, ya?'Laki-laki itu menghela napas panjang. Belum selesai soal adiknya yang pulang-pulang dalam kondisi pingsan dan berbau alkohol, muncul lagi drama dengan istri keduanya.Berkelebat dalam benaknya tentang maraknya berita mengenai
Read more
Bab 124. Ayah yang gagal?
"Selamat, ya, semoga kalian bahagia," ucap Lisa saat tiba giliran bersalaman dengan kedua orang yang tengah berbahagia. Mawar menyambutnya dengan mata berkaca-kaca."Aamiin … . Terima kasih Mbak Lisa, sudah menyempatkan waktu datang ke sini. Maafkan saya ya, Mbak?" pinta Mawar sungguh-sungguh. Lisa menganggukkan kepalanya, lantas keduanya saling memeluk erat.Ada yang terangkat di hati Lisa. Rasa bahagia sebab Mawar yang telah ia anggap sebagai adik, kini telah menemukan pasangan hidupnya. Kurang dari satu bulan pernikahan mereka akan dilaksanakan. Istri dari Mirza itu berharap, peristiwa sakral itu akan menjadi yang pertama dan terakhir bagi wanita yang pernah terobsesi pada suaminya.Ia bersyukur, salah satu doa yang ia panjatkan di sepertiga malam, juga saat berada di depan Ka'bah kini terwujud. Wanita yang pernah hadir dan hendak merebut hati sang suami dengan dukungan ibu mertuanya, kini terlihat bahagia dengan lelaki yang bersanding dengannya.
Read more
Bab 125. Sabar Adikku
Lisa sedang memeriksa stok pakaian serta beberapa desain yang baru masuk di butiknya, saat ponselnya berdering."Mbak Lisa, keponakan kamu sudah lahir."Itulah kalimat yang pertama menyapa saat sambungan telepon tersambung. Suara yang dikenali sebagai suara Rahmi."Cowok, Mbak. Lahir normal dua jam lalu. Maaf, baru kasih kabar," sambung Rahmi lagi sebelum Lisa sempat berucap sepatah kata. Kedua sudut bibir Lisa langsung membentuk lengkungan senyum menerima kabar itu."Alhamdulillah, selamat ya, Dek. Selamat menjadi ibu," ucap Lisa dengan suara tercekat. Ia teringat perjuangan adiknya selama menjalani kehamilan. Beberapa kali harus dirawat di rumah sakit sebab lemahnya kondisi.Usai mengucapkan selamat, ia pun berjanji akan segera berkunjung setelah pekerjaannya selesai.Dan rasa bahagia sebab bertambahnya anggota keluarga baru, membuat Lisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Pucuk pimpinan Lisa Boutique itu pun segera mene
Read more
Bab 126. Yang Kedua
Lisa bergegas kembali ke butik. Masih banyak pekerjaan yang perlu ia selesaikan. Meski dengan rindu pada anak-anak yang terus menumpuk jika ia bepergian seorang diri seperti sekarang, tapi, ia merasa tenang sebab memiliki asisten yang bisa dipercaya.Mbak Asih meski masih muda, tapi sangat telaten menghadapi anak-anak. Pun Bu Marni, ikut andil juga dalam tumbuh kembang ketiga anaknya.Memasuki ruangan untuk beristirahat sejenak, Lisa pun membaur ke depan bersama karyawannya. Saat meneliti sebuah gaun berwarna merah marun, tiba-tiba saja Maya memberikan kode, kalau ia harus melihat ke suatu tempat.Kepala itu pun menoleh, lantas melebarkan mata sejenak, saat melihat seseorang yang sangat ia kenal berada di balik pintu kaca. Tepatnya di seberang tokonya."Itu adik Mbak Lisa, bukan?" tanya Maya dengan berbisik. Lisa mengangguk, tapi ada sedikit keraguan. Alih-alih menjawab, sosok dengan tinggi seratus enam puluh centimeter itu justru mengajukan tanya."Boleh Mbak minta tolong?" pinta Lisa
Read more
Bab 127. Bukan Kebetulan
Waktu sudah mulai malam. Kediaman Lisa mulai senyap setelah semua penghuni berada di kamar masing-masing.Istri dari Mirza itu sudah mencoba memejamkan mata, tapi belum berhasil juga. Ada banyak hal yang memenuhi pikirannya. Wajah keponakan barunya mendominasi ingatannya kali ini.Sebuah tangan melingkar di pinggangnya, membuat ia menoleh pada pemiliknya. Lalu wajah tampan suaminya, segera memenuhi ruang pandangnya."Sudah malam, masih terjaga aja kamu, Sayang," ucap Mirza masih dengan mata terpejam.Lisa sedikit terkejut saat mendapati sang suami masih terjaga. Ia pun menghela napas, lalu berkata, "Aku kepikiran Wahyu, Mas. Kasihan dia. Sudah dapat donor ASI apa belum, ya?" Lisa berucap pelan."Coba aku masih mengASIhi Najwa, ya, kurasa mereka tak akan sibuk mencari donor ASI. Aku dengan senang hati membagi ASI untuk keponakanku," ucap Lisa dengan menatap tirai jendela yang bergerak-gerak. Rupanya angin malam menyelusup masuk, hingga membuat tirai putih itu meliuk perlahan. Ada sesal
Read more
Bab 128. Penasaran
Beberapa hari lagi pesta pernikahan Mawar akan digelar. Akan tetapi, agenda itu terlupakan oleh Lisa, karena sibuk dengan adiknya yang baru bersalin dan butuh donor ASI.Istri dari Mirza itu justru harus merelakan kepergian sang suami ke luar kota selama dua hari di akhir pekan ini."Hanya sebentar. Nanti kalau sudah selesai, secepatnya bakalan pulang, kok," pamit Mirza, menyisakan cemas di hati sang istri.Pasalnya, lelaki bermata elang itu terlihat kurang sehat saat berangkat. Dan lagi, kenapa akhir pekan yang dipilih untuk pergi?Namun, setelah diyakinkan berulang kali kalau semua akan baik-baik saja, akhirnya Lisa merelakan juga kepergian ayah dari anak-anaknya. Ia hanya berharap kalau semua akan baik-baik saja..Sebuah alarm di ponselnya lah yang kemudian menjadikan pengingat hari istimewa Mawar keesokan harinya."Bagaimana ini, datang apa enggak, ya? Mas Mirza belum pulang lagi," gumam Lisa gelisah.Ibu tiga anak itu kemudian menghubungi ponsel sang suami, hendak meminta pendapa
Read more
Bab 129. Reuni
Kini Lisa telah tiba di rumah adiknya. Rumah besar itu langsung ramai dengan celotehan para bocil. Dirga langsung mengambil alih anak-anak saat melihat mereka mulai jenuh, sekaligus membiarkan sang istri bebas mengobrol dengan kakaknya.Rahmi bercerita banyak hal tentang bayinya, juga suka duka sebab tak bisa memberi ASI secara langsung, serta harus bangun tengah malam dan menyiapkan ASIP ke dalam botol. Tentang ibu mertua serta suami yang sering mengambil alih tugasnya sebagai ibu, memberikan waktu istirahat yang cukup untuknya, tak luput dari hal yang ia ceritakan.Sang kakak mendengarkan dengan sabar. Sesekali menimpali curahan hati adik bungsunya."O iya, Mas Mirza kok, nggak ikut, Mbak?" celetuk Rahmi tiba-tiba."Eh, lagi ada perlu, Dek," jawab Lisa apa adanya.Ibu tiga anak itu pun membiarkan adiknya istirahat saat Rahmi mulai menguap.Kini Lisa duduk di hadapan sang ibu, sementara ketiga anaknya diajak bermain oleh Dirga. Meski wajahnya tersenyum, tapi, kegelisahan hati sang ana
Read more
Bab 130. Terjebak
"Lisa, sebenarnya aku penasaran, kenapa kamu pergi berempat, kemana suami kamu?"Putri bertanya dengan menatap intens sahabatnya itu. Pemilik tahi lalat di sudut dagu itu beberapa kali melihat Lisa menatap kosong ke arah anak-anaknya yang sedang bermain. Tak dipungkiri kalau hatinya cemas, sebab tak biasanya Lisa seperti ini. Bahkan ketika ia menemukan Mawar di rumahnya, Lisa terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang … .Pada saat itu pula ponsel Lisa berbunyi. Seketika ia membulatkan bola mata saat membaca pesan dari sang suami. Ekspresinya tentu saja terbaca oleh sosok yang duduk di depannya.Merasa sedang diperhatikan, Lisa melukis senyuman, "Sebentar lagi Mas Mirza ke sini. Nggak usah kuatir, Putri.""Bener, ya, kalian nggak apa-apa?" curiga Putri. Ia mengenal sahabatnya dengan baik. Istri dari Arlan itu meyakini telah terjadi sesuatu hingga membuat Lisa tertegun beberapa kali, meski memasang wajah terbaik sejak mereka bertemu. Terlebih saat mendengar kabar kehamilan yang dia sampaika
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status