Semua Bab Mendadak Kaya Usai Bercerai : Bab 21 - Bab 30
104 Bab
Dua Puluh Satu
Amira menyenggol sangat anak, ia pun mendengar sedikit saat Abas memuji Anisa. Bagaimana tidak, khusus acara ini Anisa di dandani oleh salon langganan sang Tante.Bu Asih pun menyambut sang anak. Ia tak percaya jika anaknya bisa secantik itu. Biasanya hanya bermodal alas bedak murah dan lipstik biasa. Akan tetapi, kali ini Anisa menjadi luar biasa.“Maaf, kalau menunggu lama,” ujar Anisa.“Iya, enggak masalah. Kita langsung saja, sekalian memperkenalkan kamu pada beberapa rekan bisnis,” ujar Abas.“Iya, benar. Tante dan ibu kamu tidak ikut, di rumah saja. Kalian saja yang pergi,” ujar sang tante.“Iya, Bu. Kita jalan dulu,” ujar Anisa.Anisa tak tahu jika hari ini akan bertemu banyak orang. Ia pikir makan malam berdua saja, tapi ternyata bertemu beberapa kolegan perusahaan. Apalagi, Abas akan mengenakan dirinya pada mereka sebagai pemilik baru perusahaan sang ayah.Abas membukakan pintu mobil, lalu Anisa pun masuk dengan senyum tipis di bibir.“Kamu siap?”“Siap, Bas.”***Pak Hartawa
Baca selengkapnya
Dua Puluh Dua
Anisa pamit ke toilet, ia terkesiap saat lengannya ada yang menarik. Ia membalikkan badan. Sesuai dugaan, akan ada Wisnu yang meminta penjelasan dan kepo dengan kehidupan barunya.“Nis, ini kamu?” tanya Wisnu.“Kenapa, kaget lihat aku yang seperti ini?” tanya Anisa. Senyum tipis menghiasi bibir munggilnya hingga membuat Wisnu pun bergetar melihatnya.“Nis, kamu benar-benar cantik. Dari dulu sampai saat ini, Nis. Sayang maafkan, aku, kita kembali sama-sama seperti dulu dan kita jalani program bayi tabung yang kamu inginkan dulu. Bagaimana?”Anisa menepis tangan Wisnu yang hampir memeluknya. Ia memundurkan langkah saat pria itu mendekat.“Tolong jangan mendekat, kita bukan suami istri lagi. Ingat itu, kamu pikir setelah penghinaan keluarga kamu, aku akan kembali sama kamu. Kenapa baru sekarang kamu mengiyakan program itu, bukannya dulu kamu menolak? Aku tahu, karena kamu melihat aku menjadi pemilik perusahaan?” Netra Anisa tak dapat berbohong tentang kebanciannya pada Wisnu.Pria itu me
Baca selengkapnya
Dua puluh Tiga
Wajah mantan ibu mertua Anisa pun memerah, tubuhnya bergetar dan hampir saja oleng jika dirinya tak berpegangan pada meja. Mendengar perkataan Anisa membuat ia takut juga malu.“Sepertinya Bu Atik kurang kuat menghadapi sesuatu. Contohnya, ketika saya mengingatkan semua perbuatan Anda. Oh, iya, perusahaan suami Anda berada di bawah naungan perusahaan saya. Untung saja saya sudah tidak menjadi menantu Ibu Atik yang terhormat, kalau iya, mungkin kalian akan menguras semua dan menyingkirkan saya, betul atau benar?”Seulas senyum terpancar dari bibir Anisa. Masalah betul atau benar, hanya perumpamaan saja. Anisa mendekati mantan ibu mertuanya, tangan lembut itu mengelus pipi Bu Atik.“Jika saya mau, saat ini juga kalian akan menjadi gembel, tapi tidak semudah itu lepas dari saya. Semua baru di mulai,” ujar Anis.Anisa melenggang meninggalkan Bu Atik yang menganga saat Anisa berlalu melewatinya. Ia melenggang cantik bak majikan yang anggun.Bu Atik sedikit memundurkan langkah, tubuhnya kem
Baca selengkapnya
Dua Puluh Empat
Selesai Anisa mandi, sang ibu pun sudah menunggunya di kamar. Bu Asih sengaja menemukan sang anak karena akan membicarakan sesuatu. Anisa pun duduk menghampiri wanita tua yang kini terlihat lebih segar dan cantik. Memang, uang itu segalanya dan membuat semua terlihat berubah.“Bu, ada apa?” tanya Anisa.“Ibu hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Apalagi, ibu yakin enggak mudah bertemu dengan mantan mertua kamu. Ibu yakin, hati kamu enggak sekuat yang di perlihatkan ke mereka.”Anisa bergeming memikirkan apa yang dikatakan sang ibu. Benar dugaan Bu Asih, sekuat tenaga ia pun ingin berteriak memaki sang mantan mertua. Dirinya begitu membenci wanita yang menoreh luka di hatinya.“Bu, tenang saja, aku akan terlihat kuat di depan mereka. Semua harus aku lakukan agar mereka mendapatkan balasannya.”“Tapi ibu cemas dengan dendam kamu, ibu takut kamu malah tersiksa dengan semua itu.”Seorang ibu hanya mencemaskan sang anak. Bu Asih tidak mau kalau Anisa malah menjadi tidak bahagia. Apal
Baca selengkapnya
Dua Puluh Lima
Senyum Anisa begitu terpancar saat Sinta tak bisa melawan dirinya. Kini, Sinta tinggal menunggu nasib saja. Sementara, Anisa sudah mempersiapkan sesuatu untuk Sinta.“Ini pekerjaan, bukan masalah pribadi. Tidak bisa di campur adukkan. Tidak ada hak Anda mengatakan saya seperti itu,” ujar Sinta membela diri.“Ya, ada dong. Kalau kamu sedang banyak pikiran, otomatis pekerjaan kamu terganggu. Ini buktinya bulan lalu zero. Kosong, apa saja yang kamu lakukan!”Anisa melempar berkas laporan ke wajah Sinta.Hal itu membuat Sinta kembali menjadi bahan pergunjingan bagi para karyawan yang mengintip di jendela.“Saya kasih waktu satu bulan, jika tidak naik 50 %, maka kamu harus siap mengajukan surat pengunduran diri.”Sinta mengangkat kepala, ia terkesiap oleh ancaman Anisa. Mantan istri suaminya itu tidak main-main dengan pembalasannya.Bibir Sinta bergetar hebat, ia tak tahu harus mengatakan apa. Saat ini ia hanya bisa pasrah dan mengiyakan apa yang dikatakan Anisa.“Silakan kembali.”Diki da
Baca selengkapnya
Dia Puluh Enam
Windy menarik rambut Sinta, lalu tak mau kalah Sinta pun menarik rambut Windy. Keduanya saling jambak dengan kencang.Bu Atik mencoba merelai dengan menarik dan mendorong Sinta. Namun, kekuatannya tak bisa menahan Sinta yang semakin menarik rambut Windy.“Sudah, cukup!” teriak Bu Atik. Namun, keduanya masih terlihat saling tarik menarik. Bu Atik kembali mendekat, ia mencoba kembali menarik tangan Sinta. Akan tetapi, Sinta menangkis hingga mendorong tubuh ibu mertuanya terjatuh dan kepalanya membentur meja.“Ibu!” Pak Hartawan yang baru saja datang langsung menghampiri sang istri.Sinta dan Windy yang sejak tadi saling menjambak pun melirik ke arah sumber suara. Windy langsung menghampiri sang ibu yang sudah pingsan.Pak Hartawan langsung membawa sang istri ke rumah sakit. Tak ketinggalan Windy pun masuk dalam mobil.Sementara, Sinta pun kembali ke kamar. Istri kedua Wisnu itu tak hentinya bolak-balik memikirkan nasib Bu Atik.“Apa aku harus ke luar saja dari rumah ini? Tapi, ke mana?”
Baca selengkapnya
Dua Puluh Tujuh
Tubuh Anisa bergetar hebat mendengar pernyataan dari Abas. Sejujurnya, ia begitu lemah, tapi ia mencoba kuat agar tidak ada yang tahu jika saat berhadapan dengan musuhnya Anisa merasa sangat takut.“Tidak ada yang bisa mengambil harta ini, termaksud kamu,” ujar Anisa sembari menatap Abas.“Aku? Kamu pikir aku akan merebut hartamu?” Abas tersenyum aneh.“Tidak ada yang tahu bukan, pengkhianatan berkedok pengambilan.”Untuk saat ini Anisa belum bisa percaya dengan siapa pun. Bahkan pada sang Tante yang selama ini sudah membantunya. Bukan tidak berterima kasih. Hanya saja, pengalaman hidup membuat ia tak mudah percaya begitu saja.Bisa saja sang tante juga anaknya malah memanfaatkan dirinya. Semua tidak ada yang tahu, banyak pula orang kepercayaan, seperti pembantu yang setia saja berselingkuh degan majikannya.“Jadi, kamu sampai detik ini belum juga percaya denganku?” tanya Abas.“Begitulah.”“Nis, sampai sini cukup. Tante mau ke luar dulu. Kamu mau ikut apa di rumah?”“Aku mau ke rumah
Baca selengkapnya
Dua Puluh Delapan
Windy masih diam seribu bahasa setelah sang ayah mengomeli habis-habisan. Pak Hartawan pun mengantarnya langsung ke rumah, terlihat mobil Fahmi pun sudah bertengger di halaman rumah. Lalu, saat mendengar suara deru mobil, suami Windy pun ke luar.Pria itu menghampiri dan mencium punggung kedua orang tua sang istri.“Maaf, Nak Fahmi. Ibu tadi ada kecelakaan sedikit di rumah jadi Windy mengantar sebentar,” ujar Pak Hartawan.“Iya, Pa. Tadi Windy pun sudah bilang. Tapi, saya tidak bisa ke rumah sakit,” ujar Fahmi.Setelah pamit, kedua orang tua Windy pun langsung pamit dan pergi dari rumah menantunya. Di dalam mobil pak Hartawan terus mengingatkan sang istri agar tidak melakukan hal gegabah. Apalagi bertengkar dengan Sinta seperti hari ini.“Bukan sama Ibu, kok.” Bu Atik masih saja membela diri.“Terserah mau salah siapa, tapi Papa hanya mengingatkan. Apalagi jika ibu mengganggu Anisa lagi. Jangan sampai Anisa marah dan membuat hancur perusahaan Papa. Mau jadi gembel?”Bu Atik bergidik n
Baca selengkapnya
Dua Sembilan
Wisnu tak bisa menjawab semua yang dilontarkan oleh Anisa. Ia pun menyesal karena dulu tidak menghentikan sikap sang ibu yang sudah keterlaluan.“Bahkan, saat aku ingin proses bayi tabung, ibumu menolak dengan alasan buang-buang uang saja. Tapi, dia malah selalu menyalahkan aku atas kemandulan kamu!”“Aku tidak mandul, Nisa. Jaga bicara kamu,” ujar Wisnu emosi.“Cukup, jangan pernah berteriak di depan Anisa. Lebih baik kita pergi, Nis,” ucap Abas.“Tunggu.” Wisnu menarik lengan Anisa, tapi Abas gegas melepaskannya.“Jangan pernah sentuh calon istri saya atau kubuat Anda jatuh miskin. Camkan itu!”Tanpa banyak bicara, Abas menggandeng Anisa ke luar dari ruang persidangan meninggalkan Wisnu yang tak berpikir jika Abas mengancam dengan tegas.“Sial!”Wisnu terus menggerutu, harusnya ia masih bisa bersama Anisa jika ia tak menikah lagi. Sungguh penyesalan yang datang terlambat. Kecantikan Sinta mampu membuat ia berpaling.Sementara di mobil, Anisa tak berani menatap Abas. Kejadian tadi sa
Baca selengkapnya
Tiga Puluh
Bu Atik sibuk mencari jawaban, sedangkan Anisa merasa ada hal baru yang membuat ia bahagia. Wanita yang di pilih untuk menggantikan posisinya membuat keributan di rumah mantan suaminya.Sudah pasti Sinta tidak cocok dengan Ibu mertua dan iparnya yang seperti ratu dan tuan putri itu. Anisa menyunggingkan senyum saat Bu Atik terlihat membuang muka darinya.“Itu loh, Mbak Anisa, menantu Jeng Atik kerja dan enggak mau mengurus rumah,” celetuk Bu Widia.“ih, cari saja pembantu. Masa menantu dijadikan pembantu, lagi pula suami Bu Atik pasti kaya raya. Membayar pembantu tidak kan membuat bangkrut perusahaan bukan?”Wajah Bu Atik memerah, dirinya merasa dipermalukan oleh Anisa. Sementara, Bu Widia dan teman yang lain pun setuju dengan ucapan Anisa.“Benar, tuh Jeng Atik. Dari pada ribut sama menantu, lebih baik kita mah ngalah, lagi pula sudah capek kerja malah di suruh berberes rumah.” Lagi, salah satu dari teman mereka ikut bicara.“Iya, Jeng. Tenang saja, saya bisa kok bayar 2 pembantu sek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status