All Chapters of Gadis Peliharaan Sugar Daddy: Chapter 11 - Chapter 20
73 Chapters
Ancaman
Kesadaranku kembali saat ingatan tentang percakapanku dan Siska yang terjadi seminggu lalu menghilang perlahan. Kukerjapkan mata guna menyesuaikan cahaya yang ada. Sudah bisa ditebak di mana aku terbaring sekarang. Dengan elang infus, oksigen, baju pasien, di dalam ruangan bernuansa putih. Entah sudah berapa jam, atau bahkan mungkin hari. Aku tak tahu pasti.Rumah sakit. Ternyata aku benar-benar berakhir di tempat ini. Kupikir rasa sakit luar biasa yang menyerang perut itu adalah mimpi buruk yang akan hilang setelah aku terbangun. Rupanya aku salah, yang hilang bukan hanya kesadaran, tapi juga sesuatu yang begitu berharga. Janinku! "Lea, kamu udah sadar!" Suara berat yang terdengar familiar, sontak membuatku menoleh ke samping. Tampak Om Lian dengan penampilan yang begitu kacau bangkit dari tempat duduknya. Sementara di sofa panjang warna hitam yang terletak di pojokan. Lelaki yang kuyakin sebagai Kevin meringkuk di sana. Kulirik jam yang terpajang di dinding. Rupanya sudah masuk
Read more
Rencana yang Berantakan
Ternyata benar apa kata orang. Manusia hanya bisa berencana, tetap Tuhan yang menentukan akhirnya. Tiga tahun kuhabiskan waktu untuk menyusun strategi demi mencapai sesuatu yang lebih besar dari uang dan kekuasaan. Siang dan malam memikirkan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Namun, aku benar-benar tak menyangka rasanya akan semenyakitkan ini. Kehilangan janin yang tak berdosa. Dia bahkan tak diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, apa lagi melihat dunia. Seseorang yang mulanya kupikir bisa diandalkan nyatanya takluk di hadapan kekuasaan Papanya. Dua hari lalu, kulihat sosok yang selama ini dikenal begitu gagah perkasa dan berwibawa itu tampak begitu tak berdaya. Dia berhasil mengikis kepercayaanku setelah menyisipkankan luka pertama. Aku kecewa. Om Lian, seseorang yang awalnya kupikir pahlawan nyatanya hanya pion Om Wira. Ternyata dia hanya pengecut yang bersembunyi dalam jubah Serigala. Aku lengah. Seperti yang dikatakan Siska sebelumnya. Tua Bangka bernama Pr
Read more
Tak Sesempurna yang Dipikir
Resepsi yang katanya sederhana, justru berjalan lebih meriah daripada upacara tujuh belasan tingkat kecamatan. Akad yang tadi pagi digelar hanya dengan dihadiri tak kurang dari sepuluh orang, rupanya sengaja dilakukan untuk menutupi identitasku.Buktinya resepsi tetap digelar di hotel berbintang dan dihadiri orang-orang penting berjumlah puluhan. Jamuan yang disediakan pun terlihat begitu berlebihan untuk undangan seratus orang. Pelaminan megah bertabur bunga segar dengan karpet merah yang terbentang dari pintu masuk. Stan makanan berjejer sekeliling ballroom. Sejauh mata memandang aku sama sekali tak melihat kehadiran Tante Lidia dan Om Adrian. Hanya Kevin yang sejak tadi tampak lalu-lalang di hadapan. Om Wira dengan gaya jumawanya menjamu para tamu dengan senyum yang terkesan dipaksakan. Hampir semua tamu undangan sama sekali tak kukenal, bahkan teman-teman seprofesi Om Lian. Untung saja ada Siska yang ikut menjadi bridesmaids dan Tante Sarah yang menemani di samping pelaminan, h
Read more
Perang Dingin
Beberapa jam telah berlalu, tapi aku masih terjaga dalam tidurku. Mata seolah enggan terpejam memikirkan segala kemungkinan yang ada. Kalau tahu akan begini akhirnya lebih baik aku mengenakan daster kebesaran, daripada baju kekurangan bahan. Toh, Om Lian sama sekali tak tertarik meski tubuhku tanpa pelindung sekali pun. Antara malu dan bingung tiba-tiba berkecamuk jadi satu. Entah dia menyimpang atau tidak. Yang pasti aku tak menjumpai keraguan dari ucapan Om Lian. Mungkin ada suatu alasan mendasar yang membuatnya berubah demikian. Jujur aku pun penasaran. Tiba-tiba aku menggigil, rasa dingin menjalari seluruh tubuh. Bukan karena pakaian mini yang kukenakan atau suhu ruangan ber-AC ini. Melainkan sikap Om Lian. Diamnya membuat aku heran, kebungkamannya membuatku penasaran. Tubuh tegapnya yang sejak tadi hanya bergeming dengan posisi menyamping, seolah menyiratkan begitu banyak beban yang ditanggung. Ingin sekali kuteriakan, bahwa semua masalah tak akan bisa selesai bila dia hanya
Read more
Tinggal di Satu Atap
Mobil terparkir di pelataran seluas landasan. Rumah megah yang sebelumnya hanya kulihat di TV ini, setidaknya bisa kutinggalkan untuk beberapa waktu ke depan. Entah sampai kapan tepatnya. Bersamaan dengan itu, mobil mewah lain berhenti di sebelah. Aku mengerjapkan mata beberapa kali saat melihat Kevin keluar dari dalamnya dengan kaca mata hitam dan dua buah koper besar berwarna merah dan ungu. "Mau minggat ke mana kamu, Kevin?" tanya Om Lian saat melihat keponakannya mendorong dua koper tersebut menuju teras. "Minggat?" Kevin balik bertanya. "Mungkin maksudnya pulang? Aku Kevin Hermawan Fahlevi, loh. Cucu pertama di keluarga ini, masa nggak boleh nempatin nih rumah gedong yang udah macem kuburan karena cuma dihuni pelayan sama perabotan," tutur Kevin panjang lebar. "Terus selama ini ke mana aja kamu? Kenapa baru sekarang?" timpal Om Lian. "Inget pepatah, selalu ada alasan di setiap perbuatan. Nah, alasan Kevin nggak lain dan nggak bukan adalah gadis cantik di sebelah Om ini." Kev
Read more
Sama Bodohnya
Selama hampir dua puluh tahun hidup di dunia, aku tak pernah merasakan tekanan seperti ini. Memutuskan tinggal di sarang Singa yang sewaktu-waktu bisa menerkam, tentu dibutuhkan banyak sekali stok sabar. Entah kenapa sekarang aku bersyukur janin di rahimku tak ditakdirkan untuk terlahir. Entah bagaimana jadinya kalau dia tumbuh dan berkembang di lingkungan mengerikan ini. Kata-kata kasar dan makian mungkin akan menjadi makanan kesehariannya. Bahkan di ruangan yang begitu luas ini aku bisa merasakan atmosfer tak menyenangkan dari orang-orang yang duduk di hadapan. Sejuknya AC seolah tak bisa meredam lahar panas dari tatapan sinis yang Tante Lidia dan Om Adrian tunjukkan.Meskipun belum ada kata yang mereka lontarkan, tapi tatapan itu sudah menunjukkan seberapa dalam kebencian keduanya. "Jangan pikir dengan tinggal seatap, saya sudah menerima kamu sebagai bagian dari keluarga. Percayalah ... sampai kapan pun kamu tetap jalang licik di mata saya!" Tante Lidia memulai percakapan dengan
Read more
Kebebasan
Siang berganti malam. Hampir enam jam berlalu sejak kejadian di ruang tamu. Aku dan Om Lian masih terjaga di kamar. Tak seperti pengantin baru kebanyakan yang menghabiskan waktu untuk bermesraan. Kami malah sibuk bergelut dengan kesibukan masing-masing. Mengejar segala ketertinggalan selama mengurus pernikahan dan masalah yang sempat ditimbulkan. Di ruang kerjanya yang tersekat kaca bening, aku melihat Om Lian begitu serius menatap layar laptop di hadapan dengan kacamata baca yang bertengger manis di hidung bangirnya. Sementara aku duduk di pojok ruangan dekat balkon kamar.Entah kenapa semenjak kejadian malam itu Om Lian semakin membatasi kontak fisik di antara kami. Seolah ada ketakutan yang berusaha dia sembunyikan dari sikap tenang yang terkesan dipaksakan.Melihat gelagatnya intuisiku menyakini, bahwa penyimpangan seksual bukan satu-satunya alasan. Kalau memang sejak dulu dia tak menyukai perempuan. Kenapa sosok bernama Diana itu berhasil membuat Om Lian menghabiskan waktu sepul
Read more
Interogasi Kevin
Sejak obrolan dengan Om Lian sebelum makan malam. Tiba-tiba benakku dipenuhi dengan berbagai hal yang membingungkan.Sebenarnya seberapa kelam hidup Om Lian hingga dia berniat untuk menghancurkan keluarganya? Sekarang aku semakin mengerti bahwa kerja sama yang dia maksud bukan hanya ditujukan untuk menghancurkan Om Adrian, tapi juga Papanya sendiri. Rumit. Hal ini cukup rumit untuk kumengerti. Di meja makan tadi saja nyaris tak ada percakapan antara keduanya. Om Adrian dan Tante Lidia hanya diam. Sementara Om Wira beberapa kali bertanya padaku tentang ketertarikanku untuk bergabung dengan bisnisnya. Sudah bisa ditebak. Sebentar lagi dia akan menjadikanku salah satu pelacurnya. Sialan, seharusnya aku menyadari kalau sejak awal pernikahan ini jebakan.Sepertinya tua bangka itu juga tahu kalau Om Lian tak akan menyentuhku. Jadi, bisa dipastikan asetnya aman. "Oy! Diem-diem bae." Kedatangan Kevin yang tiba-tiba mengejutkanku seketika. "Ck, gimana kamu bisa masuk?" tanyaku heran."La
Read more
Curhat
"Fix, pasti belum!" Tebakan Kevin berhasil menyentakku dari lamunan. "Nggak perlu jawaban, ekspresi wajah kamu itu udah menggambarkan semuanya, Lea," tambahnya. Aku hanya bisa terdiam. "Ck, sia-sia, dong kemarin kasih Om Lian jamu pegel linu kalau dia nggak ada niatan mempraktekan.""Kevin ...." Aku menatapnya datar dengan nada peringatan, karena merasa pembahasaan ini mulai keluar dari batas wajar. "Sorry."Kevin tampak menyesal, dia mengempaskan punggungnya ke sandaran sofa sembari mendongakkan kepala menatap langit-langit kamar. Terkadang aku tak mengerti dengan sikap lelaki ini. Dia bisa begitu santai membahas berbagai hal seolah tak ada beban. Untuk ukuran mantan kekasih yang baru ditinggal menikah, bagaimana bisa dia bersikap biasa saja dan tetap ada di saat aku membutuhkannya."Lea ...." Tatapan Kevin masih belum beralih dari langit-langit kamar saat dia memanggil namaku. "Ya?""Ternyata sakit juga, ya pura-pura bodoh padahal tahu segalanya. Bilang nggak apa-apa, padahal a
Read more
Casting++
Hari senin memang identik dengan kepadatan jalanan karena awal dimulainya kegiatan. Setelah hampir dua pekan cuti, hari ini aku juga memulai aktivitas sebagai mahasiswi semester tiga jurusan Sastra Indonesia. Berhubung aku suka sekali membaca karya-karya sastra hingga penasaran ingin mempelajarinya.Di depan parkiran aku menunggu Kevin menjemput untuk melanjutkan perjalanan menuju studio FaTV. Kebetulan hari ini kami memiliki jadwal kuliah yang sama, yaitu di pagi hari dan selesai tengah hari. Sebelumnya aku sudah mengirim pesan pada Om Lian agar kami ketemuan di sana. Beberapa saat kemudian Kevin datang dengan mogenya. Hari dia menggunakan motor BMW HP4 Race berwarna putih-hitam yang harganya setara mobil mewah keluaran terkenal. "Pegangan yang kenceng!" pintanya setelah aku naik dan memasang helm. "Iya. Tapi jangan ngebut kalau masih sayang nyawa.""Siap, Bos. Berangkat!"***Kami tiba di depan lobi Gedung FaTV yang dibawahnya tertulis Fahlevi's Entertainment. Perusahaan ini ad
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status