All Chapters of Ditinggalkan Karena Gendut Dan Tak Cantik Lagi: Chapter 11 - Chapter 20
28 Chapters
Bab 11. Next
“Mira,” panggil mama mertua pada wanita itu.Mereka saling menatap dan saling mengkode sesuatu. Ku merasa itu hal yang buruk. Dan benar saja, wanita itu dan mama menerobos ku, membuka semua lemari beserta laci-laci di lemari bajuku dan di meja riasku. Mereka tak tau kalau kotak itu sudah aku masukan kedalam koper. Karena mereka sibuk mencari kotak perhiasanku, aku menyeret kedua koperku dan keluar dari kamarku. Setelah keluar dari kamarku, ku lihat mas hanif yang sedang duduk di sofa sendirian. Dia menatapku, lalu dia berkata padaku, “Aku akan berbaik hati memberikan sebagian hartaku untuk kedua anakku, Dan setiap bulan aku akan memberikan bantuan untuk anakku. Tapi kamu, jangan mengharapkan apapun dariku,” ucapnya.Aku terus bejalan tanpa menatap matanya lagi. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Berbaik hati? Bukan kah itu memang kewajibannya? Abhi dan Kresna kan juga anak-anak nya. Tapi tanpa bantuan dari mas hanif pun aku akan terus berusaha mencukupi semua kebutuhan anak-anakk
Read more
Bab 12.
Kami semua duduk di sofa ruang tamu besama-sama. Jantung ku jadi berdegup kencang karena aku belum memberitahu megenai masalahku ini. “Oh ya, sofi. Kapan kamu pulang ke sini?” tanya papa basa-basi.“Tadi pagi sampai, langsung ke rumah rina, untung saja aku datang kalau tidak …” “Kalau tidak? Memang nya kamu kenapa rina?” tanya papa lagi.“Pah …” panggilku.“Hem? Kenapa? Ada apa? Ceritakan pada papa,” ucap papa padaku.“Pa, Rina dan mas hanif sudah memutuskan bercerai pa,” ucapku dengan jujur.“Hah? Bercerai? Kok bisa? Kalian ada masalah apa sehingga memutuskan untuk bercerai?” tanya papa lagi.“Biar saya jelaskan dulu ka, begini intinya hanif yang salah bukan rina, dia tiba-tiba datang suruh rina tanda tangan surat perceraian,” jelas singkat tante.“Kok bisa tiba-tiba? Masalah nya apa?” “Mas hanif meninggalkan rina karena rina sudah gendut, jelek, dan gak cantik pa, Rina juga sudah gak tahan lagi dengan perlakuan mas hanif sekarang, seperti jijik pada rina,” jelasku sambil menahan
Read more
Chapter 13. Next
“Maa … Aku hanya ingin semua ini cepat berakhir ma, Rina merasa kalau melakukan itu menambah beban saja, biarkan Allah yang balas maa …” ucapku.“Sebaiknya kamu masuk ke kamar kamu rina dan beristirahatlah. Setidaknya tidur bisa membuatmu melupakan sejenak kesedihanmu, Biar anak-anakmu dengan mama saja,” ucap mama padaku.“Biar aku yang antar rina ka ke kamarnya,” sahut tante sofi.“Baiklah,” “Ayo rin,” ajak tante sofi. Dengan merangkulku, tante sofi menemani ku sampai masuk kedalam kamarku. “Rina, tidurlah walau sebentar, Jangan lupa pikirkan mengenai ajakan ku rina. Aku akan menunggu jawaban kamu,” ucap tante sofi lalu dia pun pergi dari kamarku. Setelah tante sofi pergi, aku pun merebahkan tubuhku di tempat tidurku. Dengan memandang langit-langit, aku dengan singkat membayangkan semua hal indah yang terjadi di hidupku agar ku tak teringat akan mas hanif lagi. Namun setelah itu aku malah teringat akan semua kenangan indah ku bersama nya dulu. Air mataku menetes lagi, namun aku l
Read more
Bab 14. Next
Disaat yang bersamaan, Aku mendengar suara anak-anakku yang sedang berlari menuju padaku. “Eh jangan lari-lari nanti jatuh,” ucap tante sofi.“Engga nek, tenang aja hehehe. Sini adek duduk,” ucap anakku abhi.“Duduk sayang, kalian sudah makan?” tanyaku.“Sudah maa, mama keliatan sedikit bugar, abhi seneng hehe,” “Iya sayang, maaf ya kalau mama sempat bikin abhi khawatir?” jawabku dengan mengelus rambut abhi.“Iya mama,” ucapnya lalu memelukku. “Mama, mama enggak ikut itu sama eyang?” tanya anakku kresna menunjuk ke arah luar.“Engga sayang, lagian sudah mau selesai itu,” “Hihi, tadi kresna sama kakak ikut ma, banyak tante yang kasih ini ma,” ucap anakku kresna memperlihatkan banyak lembaran uang padaku.“Eh, kok pada kasih uang itu sih sayang? Kenapa?” tanyaku heran pada kedua putra ku.“Gak papa ma, ini cuma pada gemes sama kresna,” sahut anakku abhi.“Oh begitu, ya sudah di simpan ya sayang. Di tabungan kresna dimana? Taruh saja di situ oke? jadi suatu hari kalau kresna pengen m
Read more
Chapter 15. Start Perubahan hidupku.
Ku berfiikir apa yang papa katakan itu memang benar. Aku takut anak-anak ku kaget akan lingkungan dan kondisi di sana, lebih baik jika anak-anakku disini sampai mereka lulus dari sekolah mereka. “Ya sudah besok lagi saja kita bicarakan kalau belum menemukan titik temu, Rina kalau kamu ragu masih ada banyak sekali waktu tenang saja ya. Ayo sekarang lebih baik kita makan malam saja,” ucap mama.“Rina baru aja makan ma .. masih sangat kenyang hehe,” ucapku.“Ya sudah, yang belum makan ayo makan malam sekalian, Rina kamu suapi saja anak kamu,” “Tidak eyang, abhi sama kresna tidak mau disuapi mama, kami punya tangan dan tangan ini untuk kami makan sendiri, biarkan mama istirahat saja katanya besok mau diet kan?” ucap abhi anakku.“Ya ampun, cucu eyang pinter banget sih? Ini pasti turunan dari mama nya kan? Ih eyang gemes liat kamu bicara nya seperti orang dewasa, haha” ucap mama menarik-narik pipi anakku abhi.“Hihihi, Abhi memang mirip mama eyang …” jawab anakku dengan gemas.“Kresna ju
Read more
Chapter 16.
Setelah hampir 4 jam berolahraga, aku merasa lelah namun tubuhku merasa segar, seperti kembali di charger setelah baterai habis dalam waktu yang lama. “Gimana? Kamu pasti seneng kan sayang? Seger kan badan nya?” ucap mama melihatku merenggangkan tubuhku. “Iya ma, rina merasa badan rina jadi enteng gitu, rina selama ini jadi heran kenapa rina berhenti melakukan ini dulu,” jawabku. “Ya iya lah, kamu terlalu sibuk ngurusin pekerjaan rumah, dari bangun tidur sampai mau tidur kan? Ya walaupun ada art tapi ya gitu kan? Hanif itu benar-benar,” ucap mama kesal sendiri. Mama benar, dulu aku fikir kalau suatu saat aku berubah¸ laki-laki itu akan selalu menerima segala perubahanku. Tapi itu tidak, aku juga tak tau mengapa begitu percaya diri akan hal itu. Dimana pun, laki-laki akan tidak suka dengan perubahan perempuan setelah menikah. Aku merasa sangat bodoh bisa selalu mencintai dan menunggu nya. “Ayo kita pulang rin! Mama tadi sudah suruh sri buat bikini kamu sarapan khusus,” “Iya ma ay
Read more
Chapter 17.
“Ya sudah, ayo kita berangkat sekarang? Udah di tungguin nih,” ucap mama memegang tanganku.“Iya ma, ayo,” jawabku. Kami pun beranjak pergi dari rumah. 10 menit kemudian kami sampai di sebuah rumah sakit. Mama memegang tangan ku dan membawaku keluar dari mobil. “Ayo,” ajaknya. Kami masuk kedalam lalu berjalan ke poli gizi, ku lihat seorang perawat menghampiri kami dan berkata, “Selamat siang bu, Dokter Clara sudah menunggu,” ucap perawat itu. “Baik, terimakasih gis,” jawab mama yang sepertinya kenal dengan perawat itu. Kami pun masuk kedalam ruangan, ku lihat teman mama yaitu ahli gizi dokter clara yang tampak menyalami mama, aku pun turut menyalami nya juga. “Duduk, silahkan duduk dulu,” ucap dokter itu. “Rina, bagaimana kabar kamu? Cantik sekali sih,” ucap dokter dengan mengelus rambutku.“Alhamdulillah baik dokter, dokter bagaimana kabarnya?” "Dokter? lihat anak kamu jeng? panggil aku dokter. Padahal dulu dia sering panggil onty-onty, haha," "Haha iya rina, dulu kamu pangg
Read more
Chapter 18.
Aku terkejut, kenapa mas hanif tumben sekali menjemput kresna? Ada apa ini? “Em, ya sudah pak terimakasih ya pak, saya kembali dulu ke mobil sambil tunggu anak saya satunya,” “Baik bu,”Aku pun berbalik ke mobil lagi, ku buka pintu mobil.”Loh, mana kresna sama abhi?” tanya mama. “Ma, Abhi masih di dalam. Tapi, kresna di jemput sama mas hanif ma,” ucapku.“Apa? Ya udah sekarang telpon dong hanif nya sayang,” ucap mama panik.“Tapi ma, aku gak mau …” “Rina, singkirkan ego kamu dulu. Anak kamu loh di papa nya yang gak bener gitu, Ya sudah mama saja yang telpon,” ucap mama lalu menelpon mas hanif. “Iya maa,” ucapku agak panik tapi tak begitu panik. Mama menempelkan ponselnya pada telinga nya. Lalu dia mulai berbicara, “Halo, hanif. Dimana cucu ku?” tanya mama. “Dimana ma?” bisikku.“Belum diangkat,” jawab mama yang ternyata terkecoh dengan suara tuut setelah dia menelpon. “Loh, belum diangkat kok mama udah tanya gitu?” “Ya kiraain udah di angkat, coba mama telpon lagi,” Mama pu
Read more
Chapter 19.
“Maaaa ..” panggilku untuk menyudahi ini karena ku malu di lihat oleh orang yang lewat.“Tante! Cukup!” ucap mira itu mendorong mama. Ku tahan tubuh mama agar tak jatuh. “Hey! Kamu berani mendorong orang tua?” teriakku lalu menurunkan kresna karena sangat kesal dan maju ke depan mama.“Heh, salah siapa dia mukul orang sembarangan,” “Yang sembarangan itu kam. Sana-sini gandeng aja! Tak tau sopan santun dan tak tau diri,” ucapku sedikit emosi.“Heh, apa maksud kamu hah! Dasar gendut!” ucapnya lagi mengolok ku dan meludah ke samping.“Udah—udah mir,” ucap mas Hanif.“Mas! aku belain kamu loh. Kamu kenapa sih diam saja?” ucapnya pada mas hanif.“Hey! Ini yang pantas untuk kamu wanita pelakor!” ucap mama yang maju lalu menampar mira. Plak! “Aw!" teriak nya dengan memegang pipinya.“Maaahh!” ucap mas hanif yang kesal, dia melotot ke arah mama.“Apa hah? Mata kamu! Seharusnya kamu itu! Wanita gak baik seperti ini kamu pilih dibanding Rina? Sinting kamu! Besok kamu pasti akan menyesal Kam
Read more
Chapter 20.
Kami pun berangkat untuk berbelanja kembali. Di perjalanan yang sedikit macet, Mobil yang kami tumpangi berhenti karena lalu lintas yang sedang padat. Dari arah kanan, sebuah mobil sepertinya menabrak warung di pinggir jalan. Mereka terlihat mendebat tentang hal itu. Tapi tunggu dulu, itu bukannya mobil mas hanif? Ya benar itu mas hanif yang ikut mendebat penjual warung itu. “Hehehe,” ucapku terkekeh.“Kenapa kamu rin?” tanya mama.“Itu ma, mobilnya mas hanif sepertinya nabrak warung orang,” jawabku menunjuk ke arah kanan.“Eh memang iya itu hanif? Haha, kalau iya entah kenapa mama senang juga rin, tapi belum puas kalau hanya seperti itu saja,” “Memang maunya seperti apa ma?” “Ya, pokoknya lebih dari itu. Lihat saja nanti pasti banyak kejadian lagi kok,” Setelah melihat kejadian itu dan sampai di tempat tujuan kami dengan cepat membeli kebutuhan yang diperlukan lagi. hingga hampir 2 jam kemudian, Setelah menemani mama membeli kado untuk temannya, kami putuskan untuk pulang. Ku pen
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status