Setelah memberikan peringatan tajam, Nyonya Tania menatap Esme dengan sorot yang menusuk."Jangan ucapkan sepatah kata pun kepada Reinan tentang utang ayahmu," tegasnya.Esme mengangguk, berusaha menyimpan segala kegelisahan di dalam hatinya sendiri."Pelajari dokumen itu, pahami isinya, lalu ajak Reinan berlatih. Tapi, ingat, sesuaikan dengan jadwal makan, minum obat, dan istirahat. Jangan sampai Reinan jatuh sakit," lanjut Nyonya Tania, seperti memerintah seorang pelayan.Sembari membenahi letak kalung mutiaranya, perempuan paruh baya itu memandang ke arah jam dinding. "Aku harus pergi sekarang. Jaga Reinan baik-baik, karena aku baru kembali di sore hari.”Sebelum Nyonya Tania bangkit, Esme memberanikan diri untuk membuka suara. "Ma, apakah kami boleh kembali ke paviliun?"Mata Nyonya Tania menyipit, menyiratkan rasa curiga. "Untuk apa?""Reinan lebih nyaman di sana. Suasana di paviliun mendukung untuk belajar," jawab Esme hati-hati.Nyonya Tania terdiam sejenak, seolah sedang meni
Last Updated : 2025-08-15 Read more