DERSIK

DERSIK

Oleh:  Fitri  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
4 Peringkat
198Bab
7.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan seperti teka-teki yang harus di pecahkan, seperti sebuah cerita yang sudah di tulis secara indah di sebuah buku. Semua sudah tercatat dengan indah di buku takdir. Kita hanya bisa menjalankan dengan pemahaman saat memilih dua pilihan setiap menhadapi masalah. Menyerah dan kalah atau berjuang tapi menyakitkan? Itulah pilihannya.

Lihat lebih banyak
DERSIK Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
AR_Merry
Cerita ini seru sekali. Bisa membawa kita kembali ke masa-masa putih abu-abu ......... Semangat nulisnya Kak dan jaga kesehatan. ...
2021-08-14 21:40:18
0
user avatar
Reena Affendy
ceritanya lumayan bagus..harap lanjutin chapternya yang cepat..biar lebih seru lg........
2021-07-28 20:27:36
0
user avatar
Caroline adelia
lanjut kak,semangat
2021-07-12 12:20:21
0
user avatar
Tantri aprianti
seru banget ceritanya dan banyak teka teki yang belum terungkap. up dong min biar ga bikin penasaran huu:(
2021-06-22 15:18:22
0
198 Bab
1.Teman baru
“Selamat pagi semua” sapa seorang guru yang masih muda di dalam kelas. “Pagi pak” jawab sebagian besar murid dengan senyum dan semangat. “Perkenalkan nama bapak adalah Ridwan, wali kelas 10 akuntansi 1. Ada pertanyaan?” kata guru tadi sambil melihat ke sepenjuru kelas. “Pak” kata salah satu murid sambil mengangkat tangannya. “Iya?” kata pak Ridwan sambil menatap murid tadi dengan bingung. “Bapak udah punya istri belum?” tanya siswi tadi dengan senyum merekak. “Bapak udah punya tunangan belum pak?” “Nomor bapak berapa?” “I* nya apa pak?” “Twiteer nya apa pak?” “Rumahnya di mana pak?” Tanya beberapa murid dengan semangatnya. “Untuk masalah itu semua adalah privasi saya jadi hormati privasi saya, paham?" kata pak Ridwan dengan wajah datarnya. “Baik pak" kata salah satu siswi dengan nada lesu. “Yang lain?” tanya pak Ridwan sambil melihat ke seluruh penjuru kelas. “Pengurus kelas tidak di tunjuk pak?” tanya salah satu murid. “Untuk pengurus kelas emm~” kata pak Ridwan sambil
Baca selengkapnya
2.Pramuka
Saat ini adalah ektrakulikuler pramuka dan disinilah mereka, duduk di bangku koridor sambil menunggu waktu jam pramuka dimulai. Karena mereka memutuskan untuk tinggal di sekolah, sebab bagi mereka jika pulang ke rumah akan membuang-buang waktu dikarena jarak waktu pulang dan pramuka tak terlalu lama. Mereka membahas apa saja yang bisa di bahas. Sampailah di pembahasan masalah sekolah ini. "Em, aku mau bicara" kata Disa dengan tiba-tiba. "Apa?" kata Fia dengan raut wajah masih datar. "Mau bicara apa Dis?" tanya Yara dengan antusias. "Aku penasaran sama sejarah sekolah ini, gimana ya jelasinnya?" kata Disa sambil menggaruk kepalanya bingung. Bingung ingin memulai dari mana. "Setelah mendengar cerita dari beberapa guru dan kakak kelas, aku ngerasa aneh aja" lanjut Disa dengan tatapan menatap ke depan. "Terus" kata Fia dengan raut wajah tenang. "Aku mau cari kebenarannya, emang bener di sini ada siluman harimau?" kata Disa dengan nada bertanya. "Entah" kata Fia sambil mengangkat
Baca selengkapnya
3.Pertemuan pertama
Fia melihat ke arah yang di tunjuk Disa hingga pandangannya melihat ke arah lantai 3, dan saat Fia menatap ke arah yang di maksud oleh Disa. Fia hanya bisa menatap dingin dan datar. Disa yang mengetahui kebodohannya pun merutuki dirinya sendiri, karena Disa tak tau jika Fia bisa melihat hal-hal seperti dirinya. Disa tahunya Fia hanya manusia biasa yang tak bisa melihat hal-hal seperti itu. Sebenarnya Fia juga tak bisa melihat sosok itu secara terperinci seperti Disa, dia hanya bisa melihat banyangan. Dan yang dia lihat tadi bayangan bewarna merah yang menandakan sosok tadi penuh akan dendam dan kebencian. "Ngomong-ngomong kok masih sepi ya" kata Disa sambil melihat sekeliling. "Iya ya, jam berapa emang?" tanya Yara sambil menatap Disa. "Ya ampun kita udah telat" kata Disa saat menatap ke arah jam tangannya. "What?" kata Yara terkejut. "Nih" ujar Disa sambil melihatkan jam tangan miliknya. "Loh kok bisa? Padahal kita cuma sebentar tadi" kata Yara dengan raut wajah terkejut. "Ud
Baca selengkapnya
4.Meminta tolong (1)
Beberapa hari setelah kejadian waktu itu. Mereka sudah memutuskan untuk membatalkan rencana untuk menulusuri sekolah mereka. Disinilah mereka sekarang dalam kegiatan belajar mengajar. Hingga kedatangan sosok yang kemarin baru mereka kenal. 'Hai' sapa kak Rita yang berada di samping Disa. "Hai kak" jawab Disa tanpa mengalihkan pandangannya. 'Aku boleh minta bantuan sama kamu?' tanya kak Rita dengan nada penuh harap. "Bantuan? Kalau bisa kami bantu kami usahain bantu kak. Memangnya minta bantuin apa?" tanya Disa heran. 'Boleh minta tanganya?' tanya kak Rita sambil menjulurka tangannya di depan Disa. "Tangan?" kata Disa dengan bingung. 'Hm, aku mau nunjukin sesuatu' kata kak Rita dengan nada sedih. "Oh, ini" kata Disa dan kak Rita mulai memegang tangan Disa. Setelah itu... { Disa POV } Disa tiba-tiba berpindah ke tempat yang tak dia ketahui bahkan tempat ini sangat gelap tak ada pencahayaan sama sekali. Disa memutuskan berjalan walau ada rasa takut di dirinya. Baru beberapa l
Baca selengkapnya
5.Meminta tolong (2)
Sesampainnya di kelas Disa mulai meredakan tangisnya. "Lu kenapa Dis?" tanya Yara penasaran. "..." Disa diam seribu kata, dia menatap kosong ke bawah. "Dia butuh waktu" kata Fia sambil mengelus punggung Disa. "Gue serahin Disa ke elu jangan buat dia nangis dan ajak bicara gue mau beli teh anget" kata Fia dan berjalan pergi meninggalkan Disa dan Yara di dalam kelas. Seisi kelas hanya menatap ke arah mereka bingung. "Dis lu kenapa?" tanya Yara sambil menatap Disa sedih. "..." Disa masih diam membisu tak mau bicara. "Dis bicara dong jangan buat gue takut" kata Yara dengan raut sedih. "Gue takut Yar" kata Disa sambil menatap ke arah Yara dengan raut wajah sedih dan takut. "Takut kenapa? Bilang sama gue" kata Yara sambil menatap Disa penuh tanda tanya. "Gue... gue gak bisa bilang sekarang" kata Disa dan tangisnya pun mulai pecah kembali. Yara yang melihat Disa kembali menangis pun mulai kelabakan, bingung ingin melakukan apa. "Disa kenapa Yar?" tanya salah satu teman kelas merek
Baca selengkapnya
6.Meminta tolong (3)
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Disinilah mereka sekarang, masih di dalam kelas. "Oke, jadi waktu aku di masa lalu kak Rita lebih tepatnya kejadian saat kak Rita meninggal..." kata Disa tergantung. "Ternyata sebelum meninggal kak Rita di jebak sama tiga lelaki" lanjut Disa sambil menatap ke lantai. "Terus" kata Fia dengan nada serius. "Di jebak?" kata Yara sambil menatap ke arah Disa tak percaya. "Iya tapi aku gak tau kelanjutannya kayak gimana" kata Disa dengan nada suara sedih. "Terus" kata Fia lagi dengan datar. "Waktu aku pindah tempat aku panik dan cari keberadaan kak Rita yang ternyata kak Rita sudah tak bernyawa dengan tubuh yang berlumuran darah" kata Disa mulai kembali cerita. "Tiga laki-laki tadi?" tanya Fia dengan heran. "Gak tau" jawab Disa sambil mengangkat bahu tak tahu. "Huff" hembusan nafas dari Fia. 'Cukup rumit, kemungkinan dia di lecehkan dan bunuh diri?' batin Fia setelah berpikir dengan cermat. Fia memikirkan apa yang tadi Di
Baca selengkapnya
7.Murid baru (1)
Sudah dua hari mereka mencari petunjuk tapi tak ada yang mereka dapat. "Ini gimana?" tanya Disa sambil menompa dagunya. "Gak tau gue" kata Yara menjawab pertanyaan dari Disa barusan. "Ck, bego!" kata Fia dengan tiba-tiba dengan suara cukup keras. "Eh buju buset!" kaget Yara. Ada beberapa pasang mata yang menatap mereka aneh. Fia yang melihat tatapan dari mereka pun membalas menatap mereka dengan tajam. Orang yang tadi menatap mereka aneh dengan segera mengalihkan tatapan. "Kenapa Fi?" tanya Disa sambil menatap Fia heran. "Lu kan bisa ngeliat hantu kenapa gak kita pergunain aja" kata Fia dengan nada pelan agar tak ada yang mendengar. "Iya juga ya" kata Yara sambil menatap Disa aneh. "Makannya itu, aku lupa" kata Disa sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya udah Dis mulai sekarang coba tanya-tanya sama hantu yang ada disini" kata Yara dengan semangat barunya. "Oke" balas disa dengan senyum semangatnya. "Woy! Ada dua murid baru, cogan semua lagi" kata seorang siswi deng
Baca selengkapnya
8. Murid baru (2)
Alvin yang melihat sikap aneh temennya pun merasa bingung. Karena sendari tadi dia melihat temannya melihat ke arah Fia terus-menerus. "Lu kenapa?" tanya Alvin pada intinya. Yuan yang mendengar pertanyaan dari temennya pun hanya bisa mengerutkan dahinnya bingung. "Lu kenapa ngeliatin tuh cewek sampek kek gitu?" kata Alvin lagi. "Gak" jawab Yuan dengan datar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Lu suka sama cewek model kayak gitu?" tanya Alvin penuh selidik. Yuan yang mendengar pertanyaan dari Alvin pun hanya menganggap angin lalu. "Ck" decak kesal dari Alvin karena di abaikan oleh Yuan. "Kalau penasaran cari tau, kalau suka pepet jangan kasih kendor" kata Alvin kepada Yuan. Yuan yang mendengar perkataan Alvin hanya menatapnya dengan datar. "Woy! Buruan waktu gue terlalu berharga!" kata Fia lumayan keras saat melihat kedua cowok itu asik ngombrol sendiri. "Sabar elah" balas Alvin sambil memutar bola matanya dengan malas. "Ayok" kata Alvin dan berjalan mengikuti langka
Baca selengkapnya
9.Aneh
Bel istirahat sudah berbunyi sendari tadi dan disinilah mereka sekarang di bangku belakang yang ada di kelas. "Kita mulai nanti setelah pulang sekolah" kata Fia datar. "Oke" kata Disa dengan senyum senangnya. "Harus banget ya?" tanya Yara tak yakin dengan keputusan Fia. "Kalau takut pulang aja" kata Fia dengan santai. "Siapa bilang gue takut, gue cuma sedikit gak yakin aja" kata Yara mengelak tidak mau mengakui ketakutannya. "Hm" respon Fia dengan malas. "Emm, ke kantin yuk aku laper" ajak Disa sambil melihat ke arah teman-temannya. "Gue juga laper" kata Yara menyetujui ajakan Disa tadi. "Fi?" tanya Disa sambil menata Fia. "Gue di sini" kata Fia tanpa ekspresi. "Oke kita duluan" kata Disa dan menarik tangan Yara berjalan keluar kelas. "Hm" balas Fia malas. Fia mulai menyibukkan diri dengan novel miliknya. Beberapa menit Fia sibuk dengan novel miliknya hingga ada seseorang yang berdiri di depan mejanya. Dalam diam orang itu meletakkan makanan dan minuman di meja Fia. "Mak
Baca selengkapnya
10.Mulai
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu dan sekolah sudah lumayan sepi, saat ini mereka masih di dalam kelas. "Gimana?" tanya Yara sambil menatap teman-temannya. "Sekarang aja, sekolah juga sudah sepi" kata Disa menjawab pertanyaan Yara. Sedangkan Fia, dia masih sibuk dengan novel di tangannya. "Fia ayo!" kata Disa sambil menatap Fia horror. "Hm" balas Fia sambil bangkit dari duduknya. Yara dan Disa berjalan di depan sedangkan Fia di belakang dengan pandangan fokus ke novel. "Mulai dari lantai tiga atau gimana?" tanya Yara sambil menatap teman-temannya. Fia yang di tatap Yara hanya mengangkat bahu acuh. "Lantai tiga aja" kata Disa dengan senyuman. Fia yang mendengar jawaban dari Disa hanya bisa memutar mata malas. "Kalau kayak gitu buang-buang waktu" kata Fia dengan nada malas. "Eh? Iya juga ya" kata Disa sambil mengaruk lehernya yang tak gatal. Gimana Fia tak bilang seperti itu 'kan kalau ke lantai atas pansti lewatnya dari lantai bawah. Jadi otomatis j
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status