RAHASIA SUAMIKU (6)
Tapi semua itu malah menjadi malapetaka untukku, tanpa diduga Anjas mengetahui rencana kecelakaan yang dialami oleh Sania dan kedua orang tuanya. Ia begitu murka dan hendak membunuhku.''Ternyata kamu yang sudah membunuh Sania dan kedua orang tuanya Rizal, kenapa kamu begitu tega, kamu pun juga sudah membunuh kedua oranh tuaku? Apa salahku sebenarnya? Dengan gampangnya kamu bunuh. Apa kamu tidak punya hati? Jika istrimu tahu habis kamu diceraikan olehnya,'' ucapnya memendam kemarahan. Terlihat sebuah pisau tertancap di saku celana miliknya.
''Silahkan saja jika mau melaporkan ke Sinta, aku sama sekali tidak perduli Anjas. Yang aku inginkan hanyalah kehancuranmu, sudah lama sekali aku menyimpan dendam. Apalagi aku sangat tidak sudi melihat kamu bahagia dengan Sania.'' ujarku membuat Anjas meradang, lalu ia mengambil pisau yang telah dipersiapkan.''Sekarang juga akan aku bunuh kamu.''''Kurang ajar kamu, jadi mau main kekerasan? Oke, aku ladeni sekarang juga.'' Aku menghalangnya ketika pisau berada di hadapanku, lalu dengan cepat aku melumpuhkan Anjas sampai ia tersungkur ke tanah. Sesaat pisau terjatuh, dengan cepat aku meraih dan menancapkan pisau ke dalam perutnya. Ia meringis kesakitan dan mengeluarkan darah segar dari dalam perutnya.Dadaku bergemuruh, aku seakan tidak menyangka sudah melakukan semua ini pada Anjas sahabatku, setelah lama kita baik-baik. Tapi sekarang kita bertengkar hanya karena masalah ini.''Rizal, apa yang kamu lakukan pada Anjas? Kamu tega sekali membunuhnya,'' ucap Anisa-- adiknya. Ia tiba-tiba saja datang dan memergokiku setelah berhasil membunuh kakaknya.Dia menggeleng cepat dan kemudian langsung berlari meninggalkan tempat ini, dengan cepat aku mengejar untuk mencegahnya karena sangat takut masalah ini diberitahukan pada warga dan pihak berwajib. Tanpa berlama-lama aku menemukannya yang tengah bersembunyi di balik rumah kosong. Setelah berhasil menemukannya aku segera menikam dari belakang, membuat tubuhnya bergetar dan pada akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir.Hatiku merasa tidak nyaman, dalam sekejab aku telah berhasil membunuh dua orang kakak beradik, aku pun dengan cepat menghilangkan jejak dan sidik jari supaya tidak ada yang curiga terhadapku.
Namun sesaat aku melihat kemolekan tubuh Anisa yang sungguh membuat kenafsuanku menggebu, aku langsung menyentuh semua tubuhnya dan segera melampiaskan nafsu bejatku padanya yang sekarang sudah menjadi mayat. Dalam hati aku merasa tidak takut dan menganggap semua ini hanya petualang yang sangat membuatku bahagia.
Setelah menuntaskan apa yang sudah terlaksana, aku bernafas lega dan segera pergi membiarkan Anjas dan Anisa terkurung di bilik rumah kosong. Semuanya aku anggap selesai dan pastinya tidak akan ada orang yang curiga terhadapku, apalagi di sekitar sini tidak adanya CCTV yang terpasang.
****Setelah kejadian yang sudah terjadi, aku meninggalkan kota bersama dengan Sinta dan juga bayi yang telah ia lahirkan. Sinta sama sekali tidak mengetahui tentang apa yang sudah aku perbuat pada korban yang sudah kubunuh.Aku pun mengubah penampilan, tidak seperti Rizal dulu yang berambut gondrong. Akan tetapi setelah menginjak tiga tahun berlalu, aku meminta izin pada Sinta untuk bekerja di luar kota, ia begitu percaya dan mempersilahkan aku untuk pergi dan tinggal di luar kota.
Setelah kepergianku meninggalkan Sinta tanpa terduga, aku seperti melihat kembali bayang-bayang seseorang yang sangat mirip sekali dengan Anjas. Aku begitu heran dan tak mempercayainya bahwa ternyata ia masih hidup dan sehat sampai sekarang.
Setelah berada di luar kota, aku bekerja keras menuntaskan pekerjaan yang belum terselesaikan. Namun setelah beberapa bulan berlalu aku menemukan seseorang wanita yang ternyata ia adalah Kinan. Kami menjalin hubungan dan kemudian langsung menikah.Tanpa ia ketahui, aku menyamarkan identitas dan sampai sekarang ia tidak mengetahuinya bahwa sebenarnya namaku bernama Rizal, bukan Reza.
******''Mas, akhirnya kamu sudah sampai juga, aku dan Tasya sangat kangen sekali ingin berada di sisimu. Tapi kenapa lama sih di luar kotanya, bukankah hanya lima bulan saja? Tapi kenapa hampir sembilan bulan tidak pulang?'' tanya Sinta bergelayut mesra di lenganku.''Maaf, Sayang, sekarang 'kan kita sudah berkumpul kembali. Jadi kamu jangan sedih, pekerjaan Mas sangat banyak sekali, makanya tidak pulang.'' jelasku berbohong.'Sinta tidak akan tahu bahwa aku sudah menyelingkuhinya dan sudah menikah di kampung bersama wanita lain. Untung saja Kinan sampai sekarang belum menunjukkan ada tanda-tanda mengandung, mungkin dia mandul. Tapi syukurlah ... Kinan, hanya pemuas nafsuku saja jika Sinta tidak berada di sisiku.' aku tersenyum kecut dan bergumam dalam hati.''Tapi aku heran Mas, tadi siang aku menelepon kamu kenapa yang menjawab seorang wanita dan malah mengatakan ponselmu milik suaminya yang bernama Reza?''Degh.
Apa? Jadi Kinan menjawab teleponku tadi, tapi kenapa ia bilang tidak menemukan ponselku yang tertinggal? Apa jangan-jangan .....''Mas, kenapa melamum?''''Hmm ... i-iya, Sayang. Kemarin ponsel Mas, tiba-tiba saja dicuri orang, dan mungkin pencurinya mengatakan bahwa milik suaminya yang bernama Reza,'' ucapku gugup.Sinta mengangkat sebelah alisnya, ia seakan tak percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan.
'Sialan, apakah Kinan sudah tahu semuanya?' aku berbisik di hati dan marah karena kecerobohanku, pasti sekarang Sinta sudah mencurigaiku.Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dan membuat kami kaget. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Atau jangan-jangan .....BERSAMBUNG.....Jangan lupa follow dan komentar ya💖PoV KinanHari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku, selepas semuanya kejadian yang terjadi sebelumnya akhirnya bisa dilalui dengan suka cita, canda tawa dan bahagia. Selepas sebulan lalu aku di operasi, saat ini aku hanya bisa beraktivitas di rumah. Apalagi luka jahitan yang membekas masih terasa sangat ngilu. Masih terbayang jelas diingatanku ketika menatap sendiri bayi mungil yang barusaja aku aku lahirkan dengan bantuan para medis. Semoga saja bayiku tenang di alam sana. Aku yakin, saat ini bayiku tenang bahagia berada di pangkuan sang maha pencipta.Saat ini, aku tengah berada di rumah. Rumah sederhana yang sekarang sudah menjadi tempat tinggalku seorang diri. Terkadang, Setya yang selalu menemaniku. Tanpa dia aku sama sekali nggak bisa melakukan apapun.''Kamu mau makan, Kinan?'' tanya Setya.Aku menggeleng. ''Aku belum lapar, Setya.''''Kalau begitu kamu mau apa? Aku buatkan sekarang?'' tanyanya perhatian.Aku tersenyum senang menatapnya.''Aku hanya ingin kamu ber
Apakah ini adalah akhir dari ceritaku? Entahlah, aku bingung, kenapa hingga sekarang Kinan belum siap menerima aku untuk menjadi laki-laki terakhir di hatinya.''Setya, kamu kenapa?'' tanyanya sembari menepuk pundak membuatku tersadar. ''Ah, tidak! Hmm ... aku izin ke toilet sebentar, ya, Kinan. Perutku mulas.'' Tanpa mendengar jawabannya aku lantas berdiri dan berlari kecil menuju toilet umum. Baru sekarang aku pergi meninggalkan Kinan. Aku terpaksa meninggalkannya dan berkata bohong, padahal sebetulnya aku tak benar-benar ingin pergi ke toilet.Langkah kakiku sekarang terhenti, aku duduk di taman belakang rumah sakit. Nampak banyak sekali orang yang berlalu larang orang melangkah dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Pun denganku. Sekarang, aku sendiri bingung akan perasaan ini. Apakah aku sanggup pergi meninggalkan Kinan dan melupakan tentang apa yang sudah pernah kami lalui? Saat ini, aku hanya bisa menarik nafas gusar, entah kejadian apalagi yang akan menantuku nantiny
''Setya, apakah aku salah mengharapkan janinku kembali? Selama aku mengandungnya, aku sangat menyayangi. Tetapi, kenapa Tuhan mengambilnya, padahal belum sempat aku melihat wajah dan merawat anakku sendiri,'' lirihnya. Air matanya tak berhenti menetes."Anak hanya titipan Kinan, kapan pun bila Tuhan berkehendak pasti akan kembali. Kita harus sabar, ikhlas menghadapi cobaan. Kamu harus kuat dan sembuh. Perjalanan hidupmu masih panjang.'' Aku berucap kembali. Seketika Kinan terdiam. Dia tak menangis kencang seperti tadi. Nampaknya ia mulai berusaha meredakan rasa sedih dan amarahnya. Aku yakin, Kinan adalah wanita kuat, ia mampu melewati cobaan buruk menjadi bersinar kembali.Perlahan, aku mengusap air mata yang menetes di kedua pipinya. Kinan begitu tenang sekarang. Aku tersenyum melihatnya yang nampak tegar. Tak lama berselang, Kinan meminta izin untuk terlelap hingga kondisinya kembali stabil.***Jam di pergelangan tangan telah menunjuk ke arah pukul 05:15 WIB. Waktu telah hampir m
Tiba-tiba, aku merasa terkejut, kedua bola mata Kinan terbuka perlahan. Dia menatapku. Gegas kuhapus air mata yang menetes di kedua pipi.''Kinan, akhirnya kamu sudah sadar,'' ucapku sembari tersenyum menatapnya.''Di mana aku?'' tanya Kinan. Sorot kedua matanya memandang ke seluruh penjuru ruangan picu ini. Kemudian, ia hendak berusaha bangkit. Namun, gagal.''Sekarang kamu berada di Rumah sakit, Kinan. Kamu barusaja melakukan tindakan operasi secara Caesar,'' jelasku memberitahunya.Seketika, raut wajah Kinan tersenyum. Aura kebahagian terpancar dari sudut wajahnya.''Lalu, bayiku mana? Apakah dia sehat? Laki-laki atau perempuan?'' tanyanya antusias. Aku tersentak mendengar ucapannya. ''Setya, ada apa? Jawab pertanyaanku!'' Kinan membentak. Mulutku kelu seakan tak kuasa memberitahu yang sebenarnya bahwa janin yang di kandungan Kinan sudah meninggal dunia. Tetapi, jika aku tak mengatakan Kinan pasti akan nekad.''Bayi kamu ... sudah meninggal dunia, Kinan.'' Ucapan itu, akhirnya kel
PoV SetyaHari ini perasaanku begitu sangat gelisah ketika mengetahui apa yang sebentar lagi akan terjadi. Setelah Kinan dibawa ke ruang tindakan operasi, aku merasa bersalah sebab harus memilih Kinan untuk tetap hidup. Sementara janin yang ada di kandungannya meninggal dunia. Sebetulnya yang aku inginkan Kinan dan bayinya terselamatkan, tetapi Dokter malah meminta untuk aku memilih agar salah satu dari mereka tetap hidup. Jika saja kejadian Kinan jatuh dari kamar mandi tidak terjadi, mungkin hingga detik ini Kinan masih tetap berada di rumah. Saat ini pun, aku masih menunggu di balik pintu ruang operasi. Aku berharap Kinan mampu melewati cobaan yang dialaminya. Sejak tadi, tidak henti mulut dan hati berdoa akan keselamatan Kinan.''Setya?'' Tiba-tiba saja aku mendengar seseorang memanggil, seketika itu aku langsung menatap wajahnya. Dan, betapa terkejut ketika mengetahui bahwa dia adalah Kiara -- mantan kekasihku dulu. ''Kiara? Ka-kamu ... kok bisa ada di sini?'' tanyaku terbata-
''Setya, ada apa? Jawab pertanyaanku!'' Kinan membentak.''Bayi kamu ... sudah meninggal dunia, Kinan.'' Akhirnya ucapan itu keluar dari mulut Setya.''Apa? Meninggal dunia? Kok bisa?'' tanya Kinan tak percaya dengan ucapan Setya.''Kamu mengalami pendarahan hebat, Dokter meminta untuk melakukan operasi agar bisa menyelamatkan kamu. Sementara bayi yang ada di kandunganmu tidak terselamatkan.'' Setya kembali menjelaskan.Detik kemudian, sorot kedua mata Kinan berembun, perlahan air matanya menetes membasahi kedua pipi. Kenyataan pahit yang harus ia terima karena kehilangan jabang bayi yang dikandungnya.''Tidak mungkin anakku meninggal Setya, tidak mungkin. Selama aku mengandungnya, aku begitu sangat mengharapkan kehadirannya untuk menemaniku. Aku tak rela jika harus kehilangan dia,'' lirih Kinan. Dia berkata dengan nada tinggi membuat pasien yang berada di ruang picu terganggu. Tiba-tiba dua perawat datang dan menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada Setya.''Saya mau ana