(The English version are available now! Just find it on your app by insert the title or the author's name on search bar. Thank youuu!) Chalondra Chalya Ellordi, gadis berusia 18 tahun yang terjebak cinta terlarang dengan seorang pria dewasa yang terpaut dua puluh tahun di atasnya. Dominic. Dia menamai pria itu Sugar Daddy-nya. Ayahnya murka bukan hanya karena rentang usia mereka yang begitu jauh, melainkan karena Dominic adalah putra dari musuh bisnis ayahnya. Chalondra baru menyadari, tidak selamanya cinta harus memiliki.
View More(The English version are available now! Just find it on your app by insert the title or the author's name on search bar. Thank youuu!)
Seorang gadis kecil bertubuh mungil baru saja tersadar dari tidurnya. Suhu air conditioner di dalam ruangan sepertinya terlalu rendah sehingga membuat tubuh polosnya sedikit kedinginan. Saat dia merasakan sebuah tangan kekar masih melingkar di atas perutnya, barulah dia menyadari jika dia masih berada di dalam apartemen seseorang.
Dia memutar tubuh dan menghadap ke arah seseorang yang selama satu tahun belakangan menjadi teman dekatnya. Lebih tepatnya, seorang pria dewasa yang tidak lain adalah sugar daddy-nya.
Dominic Ethan Louis.
"Dad ... Dad, wake up!" Gadis itu menepuk pipi Dominic dengan lembut. Wajah tenang dan damai Dominic selalu sayang untuk diganggu. Tapi gadis itu tidak punya pilihan lain karena jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Hmmmhhhh," geram Dominic seraya berusaha membuka kedua kelopak matanya yang masih terasa berat.
"Kenapa, Chalondra?"
"Udah malam, Dad. Ayo antarin aku pulang."
Sudah menjadi kebiasaan, Dominic akan selalu mengantar Cha pulang setelah pertemuan mereka. Tapi jangan salah, dia tidak mengantar gadis itu ke rumah orang tuanya, melainkan ke rumah salah seorang sahabat Chalondra yang sudah mengetahui hubungan mereka sejak lama. Namanya Heidy.
"Sudah jam berapa memangnya? Saya masih rindu. Sudah dua hari tidak bertemu." Dom bukannya bangun, malah menarik Chalondra kembali ke dalam selimut. Menyusahkan memang.
"Baru juga dua hari, Dad. Gimana nanti pas aku ke Jogja selama satu minggu?"
Mendengar Chalondra kembali menyinggung rencana study tour kampusnya ke kota pelajar itu, membuat semangat Dom langsung merosot. Didekapnya sang sugar Baby dengan erat.
"Siapa saja yang berangkat? Apa si Bryan-mu itu ikut juga?" tanya Dom malas. Bryan adalah nama kekasih Chalondra. Dominic benar-benar tidak mengerti, apa kurangnya sampai sang sugar baby masih harus menjalin hubungan dengan pria lain yang merupakan teman satu kelasnya di kampus.
"Iya, Dad, ikut. Kan se kelas."
"Kalian menginap di mana?"
"Kaliurang, Dad."
Dominic membuka matanya sedikit lebar. "Itu kan daerah dingin. Kenapa kalian harus menginap di sana, hm???" curiga Dominic. Apakah Chalondra dan Bryan akan menghabiskan waktu bersama saat malam yang dingin? Akh!! Please don't!! Dia tidak ikhlas jika Chalondra bersama dengan laki-laki lain.
"Ya mana ku tau, Dad. Yang tentuin kan Kating. Kita cuma ikutan. Daddy jangan mikir yang enggak-enggak," ujar Chalondra sambil menjentik cuping hidung Dom yang berada di depan wajahnya. Gadis itu selalu menikmati momen kebersamaannya dengan laki-laki dewasa yang satu ini. Andai saja dia belum menikah, tentu saja Chalondra akan merasa hubungan mereka sangat sempurna.
"Gimana saya tidak berpikir yang tidak-tidak kalau kamu akan pergi dengan pacar kamu?"
Chalondra melingkarkan kedua tangannya di leher laki-laki itu. Menyentuhkan hidungnya ke hidung Dominic dan berbisik dengan pelan. "Tidak akan terjadi apa-apa, Dad. Kecuali kalau aku perginya sama Daddy, itu baru jelas akan terjadi hal-hal yang kita inginkan."
"Ha ha ha. Kamu bisa aja gombalnya. Belum juga pulang, saya sudah takut akan merindukan kamu. Bisa kah kita di sini sebentar lagi?" pinta Dom dengan wajah memelas. Seakan menghabiskan waktu dan menabur benih selama berjam-jam belum cukup baginya. Chalondra memang ibarat morphine yang selalu membuat Dominic kecanduan.
"Dadd, udah. Daddy juga harus pulang ke rumah. Nanti kak Reina kecarian." Chalondra mendorong dada Dominic dan mengingatkannya akan istri pria itu.
"Chalondra?! Harus berapa kali lagi saya katakan? Saya tidak suka kamu menyebutkan nama orang lain saat kita sedang berdua!"
"Kak Reina itu istri Daddy, bukan orang lain. Udah ah, aku mau mandi." Chalondra memaksa dirinya terlepas dari rengkuhan Dominic. Pria itu pun terpaksa melepas meski hatinya masih belum puas. Dia tidak suka kebiasaan gadisnya yang selalu mengungkit rumah tangganya. Yang Dominic mau, saat mereka sedang berdua, hanya akan ada tentang mereka. Itu saja.
Sesampainya di kamar mandi, Chalondra menutup pintu. Dia tidak perlu melepas apa pun karena dia sudah dalam keadaan polos saat turun dari kasur. Gadis itu menatap cermin besar yang memantulkan dirinya. Memperhatikan seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Lagi-lagi, dia merasa insecure. Bila dibandingkan dengan Reina, istri Dominic, Chalondra memang kalah banyak. Reina cantik, dewasa baik dari wajah maupun penampilan. Pantas saja Dominic bersedia menikahinya meski pun mengaku tidak cinta.
Sedangkan Chalondra? Hanyalah sugar baby yang ditakdirkan untuk menjadi simpanan laki-laki itu saja. Menyedihkan.
*****
Chalondra Chalya Ellordi. Bertemu dengan Dominic Ethan Louis yang terpaut 20 tahun di atasnya dan menjadi sugar baby pria itu bukanlah suatu hal yang pernah dia rencanakan dalam hidupnya. Malahan dia sungguh tidak menyangka, hubungan mereka yang bisa dibilang 'hubungan gelap' itu sudah berjalan selana satu tahun terakhir.
Malam ini, entahlah kenapa mereka harus merayakannya. Peringatan pertemuan yang sudah genap setahun. Padahal hubungan mereka bukan lah jenis hubungan dengan status yang jelas. Dominic adalah pria beristri dan Chalondra sendiri merupakan mahasiswi idaman yang kini pun sudah memiliki kekasih.
Dulu Dominic mengaku tidak mencintai istrinya. Setidaknya itu adalah pengakuan jujur yang menurut Chalondra hanya akan diucapkan oleh seorang pria dalam keadaan mabuk. Malam itu mereka bertemu di club. Dominic sendirian, sedangkan Chalondra dengan geng SMA-nya yang kebetulan sedang merayakan kelulusan.
Om. Sebutan yang diberikan Cha untuk Dominic saat pertama kalinya. Jelas sekali Dominic adalah pria dewasa. Chalondra sangat paham itu. Saat mereka berdua tanpa sengaja duduk bersebelahan, Cha mendengar pria itu meracau dalam mabuknya. Tidak jelas dia berbicara kepada siapa, karena sepertinya dia hanya memandangi gelas yang dia pegang.
"Reina, kamu pikir saya menginginkan pernikahan ini? Silakan ceraikan saya, br*ngsek! Jangan menjadi jalang di belakang saya tapi tetap tercium awak media. Kamu memang perempuan gila! Kamu bisa membuat reputasi saya hancur!"
Saat itu Chalondra hanya menguping sambil menikmati minuman tanpa alkoholnya. Teman-temannya sedang menari di lantai dansa. Sama sekali bukan keahlian Chalondra.
"Hei! Kamu!"
Chalondra tersentak kaget. Hampir terlonjak dan terjengkang dari kursi bar karena tiba-tiba saja pria mabuk itu memegang pundaknya.
"Eh! Apa-apaan!! Lepasin!"
"Kamu! Apa kamu juga datang ke sini untuk mencari laki-laki pemuas? Sama seperti istri saya yang br*ngsek itu?!"
Chalondra ketakutan setengah mati. Sebenarnya ini yang dia khawatirkan saat teman-temannya mengajak dia untuk datang ke tempat remang-remang begini. Orang mabuk! Dia takut akan diganggu orang mabuk seperti ini.
"Eh, Mas! Tolongin! Ini om-om kelihatannya sedang mabuk!" Chalondra berbicara pada bartender di hadapan mereka. Namun bukannya peduli, pria bercelemek itu hanya melihat sekilas lalu membuang mukanya lagi.
"Heh! Dengar ya! Kalian para wanita itu harusnya bersyukur. Sudah punya pasangan tapi masih gatal main dengan yang lain." Dominic mencengkeram lengan Cha dengan sangat kuat.
"Om ... Om lagi mabuk. Jangan pegang-pegang Tolonggg!!"
Dominic menutup mulut Chalondra yang menurutnya sangat berisik. Laki-laki itu turun dari kursinya dan menarik tangan gadis itu supaya mengikutinya.
"Tolonggg! Tolooong!" Chalondra menangis ketakutan. Entah kemana semua temannya. Orang-orang yang mereka lewati pun seolah tidak ada yang perduli. Suara musik yang begitu kencang menelan suaranya.
"Om! Om mau bawa saya ke mana! Lepasin saya, Om!" Cha berusaha menggigit tangan Dominic, Namun sepertinya gigitan itu hanya ibarat sengatan semut kecil bagi pria berotot kekar itu.
Dominic membawa Chalondra ke sebuah ruangan dan menguncinya.
"Toloongggg! Om ... Om... jangan macam-macam Om!!" Chalondra menangis sesenggukan. Situasi ini begitu menakutkan baginya. Apakah dia akan dip*rkosa? Atau akan dibunuh? Oh Tuhan, tolonglah hamba-Mu ini! Chalondra berdoa sambil menangis meraung-raung.
"Sttt diam!!"
Chalondra tersentak kaget. Pria itu membentaknya dan melepas cengkeramannya begitu saja.
"Tadi saya melihat istri saya masuk. Saya membawa kamu supaya dia tau bukan hanya dia yang bisa selingkuh. Tunggu lah di sini sebentar. Temani saya tidur."
Tangis Chalondra berhenti berganti dengan rasa bingung mendengar kalimat laki-laki itu. Apakah mabuknya sudah hilang? Temani dia tidur??
"Bodoh amat!! Saya nggak mau tau. Keluarin saya!!!"
Alih-alih menuruti permintaan Chalondra, pria itu malah menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dan dengkurannya langsung terdengar hanya beberapa saat kemudian.
Chalondra masih panik. Menggebrak pintu sekeras mungkin dalam upaya meminta tolong. Air matanya berderai mengingat teman-temannya pasti sedang mencarinya.
"TOLOOOOOONGGGGG!!"
Namun berteriak sekeras apa pun tidak akan membuat suaranya terdengar ke luar sana. Dia tidak tau kalau ruangan itu kedap suara, ditambah lagi dentuman musik yang luar biasa keras di luar sana.
Habislah riwayatnya!
*****
(Yokk nangis berjamaah duluu hahahaaa.)HAHHH! FINALLYYY TAMAT JUGAAAAAAAAAA. AKU MEWEK NIHH NULISNYA HIKSSSSSSSS :( :(Nggak kerasa M.P.S.D ini sudah menemani kita selama 7 bulan yaaa (Mei-November 2021). Ahhhh, time fliessss.Masih ingat awal-awal aku ngerencanain novel ini, nggak ada persiapan yang matang sama sekali. Cuma mau cek ombak Goodnovel sambil nulis di aplikasi hijau (K.B.M). Karakter Dom dan Cha ini bahkan aku bikin ngalir aja, nggak ngarep banyak. Cover juga hasil crop foto random dari G**gle.TAPI SAMPAI SE-BOOMING INI, hikssss. Aku gak nyangka M.P.S.D sudah membawaku ke tahap ini. Bisa kasih penghasilan, buat namaku sedikit dikenal juga. Bisa bertemu dengan banyak pembaca yang sekarang udah aku anggap kayak saudara :( :(..GAIISSSS MAKASIH YAAAAAAA.WITHOUT YOU I'M NOTHINGGGG. ASLIII.Itu IG-ku yang Ootbaho baru berisi setelah ada Dom-Cha. F
"Buruan, B! Pesawat kita sudah mau berangkat!!""Don't push me, J! Siapa suruh kau tidak membangunkan aku!" Setelah menikah, Brandon jadi terbiasa memanggil istrinya dengan sebutan 'J' saja, sama seperti Janice yang memanggilnya dengan 'B'."Siapa suruh kau begadang? Sudah tau kita harus flight pagi!""Shiitt!" Brandon memaki dirinya sendiri yang bisa-bisanya menganggap sepele jam terbang mereka. Berharap tangan dan kakinya bisa bergerak dua kali lebih cepat sekarang. Janice pasti akan menggorok lehernya jika mereka ketinggalan pesawat. Dia tidak ingin diceramahi dua SKS jika tiket mereka hangus dan jika mereka harus beli tiket on the spot yang tentunya jauh lebih mahal.Sepanjang perjalanan Janice hanya diam karena pikirannya tidak tenang. Pergerakan mobil yang sudah sangat maksimal di dini hari tetap terasa begitu lambat baginya. Kenapa di saat genting seperti ini supir pribadi Brandon terkesan tidak lihai dalam membawa mobil?"J, kita tidak akan
Keesokan harinya, kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menghabiskan waktu seharian di hotel. Mereka bercinta, makan, tidur and repeat. Benar-benar menikmati hidup tanpa beban. Tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Baik keluarga maupun pekerjaan.Satu hari ini Janice merasa begitu dimanja oleh Brandon. Laki-laki itu sangat lembut baik dari tutur kata maupun caranya memperlakukan Janice. Sebaliknya, Brandon pun tidak ingin lepas atau jauh-jauh darinya. Persis seperti anak bayi yang ingin selalu berada di samping sang ibu.“I love you.”“I love you too, B. Sudah seratus kali loh ya. Aku bosan mendengarnya.”“What? Berani-beraninya?!” Bukannya tersinggung, Brandon malah menghujani pipi Janice dengan kecupan yang bertubi-tubi. Dia sepertinya sedang merasakan pelipatgandaan cinta setelah mereka resmi menjadi suami dan istri. Bagi Brandon, Janice adalah wanita sempurna yang membuat hidupnya lengkap, utuh dan bahagia. Di
Warning 21+ Yang fanatik agama tolong menyingkir, karena bab ini akan membuat anda pusing dang mual. Daripada lapor-lapor, mending sadar diri untuk out. Saya menulis bukan untuk tabungan saya di surga kelak. Paham ya? Buat yang udah nungguin belah duren manten baru, happy reading!! ***** Hari H pernikahan Brandon dan Janice sudah di depan mata. Gedung tempat diselenggarakannya pesta resepsi sudah dipenuhi oleh teman-teman sejawat Brandon dan rekanan bisnis semua keluarga. Keluarga Ellordi, keluarga Richard, keluarga Alexander. Janice dan Brandon benar-benar menjadi raja dan ratu sehari yang tidak berhenti menyapa semua tamu yang datang. Setelah kedua mempelai selesai berdansa, Janice mengganti sepatu pengantinnya dengan sepatu sneakers dengan sol sedikit tebal saat akan turun menyapa para tamu. Setidaknya tinggi tubuhnya bisa mengimbangi tinggi Brandon. Mereka menyapa teman satu sekolah yang memang diundan
"Brandon! Your hand!" Janice bolak-balik geram karena selama proses berganti di dalam kamar, Brandon seperti tidak sabaran ingin memijit betisnya. Sejak pulang dari konferensi pers tadi, pria itu kelihatannya sudah gatal ingin menyentuh tubuh calon istrinya.Brandon tidak perduli pekikan Janice. Dia menarik wanita itu ke atas kasur. Dress mahalnya sudah luluh ke lantai dan memang Brandon sengaja menunggu momen dimana dia hanya mengenakan sepasang pakaian dalamnya."B!""What?!" Brandon membalas seraya menaiki tubuh Janice dengan cara yang seksi."Wajahku masih penuh make-up! Aku mandi dulu, baru lakukan apa yang kau mau!""Tapi ada yang sudah mendesak ingin berdekatan dengan belahan jiwanya. Melihat kharisma mu di sepanjang acara tadi, jiwaku jadi meronta-ronta, Janice.""Kharisma yang bagaimana yang bisa membuat jiwa seseorang meronta-ronta? Aw! Brandon!" Janice memekik lantaran pria itu tanpa permisi menurunkan segitiga pengaman Janice. Da
Konferensi pers yang tadinya digelar hanya untuk klarifikasi hubungan antara Brandon dan Chelsea, nyatanya berubah menjadi konferensi pers besar-besaran karena Richard memutuskan untuk ikut tampil di depan media. Malahan setting tempat yang tadinya direncanakan di Cakrawala, kini berpindah ke kantor Richard, yaitu Rich Textile. Brandon dan Janice langsung saling beradu pandang lewat dinding kaca saat pesan dari Chris masuk ke ponsel mereka berdua, yang menyuruh keduanya untuk segera meninggalkan kantor dan hadir di konferensi pers. “Opa sepertinya ingin mengumumkan kamu sebagai penerus perusahaan.” Brandon menebak saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan Richard. “Aku … dengan tampilan yang seperti ini?” Janice langsung panik karena sekarang dia hanya memakai celana jins berwarna hitam dan kemeja biru muda. Itu juga lengan pendek. Jelek sekali! “It’s oke. Kita ketemu opa dulu. Siapa tau mereka sudah mempersiapkan yang terbaik untukmu.”
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments