The Deadly Wish

The Deadly Wish

Oleh:  Yourbaescorpio  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
11Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Tuhan terlalu pilih kasih. Dia memberikanku kesempatan kedua yang tidak pernah dimiliki manusia lain di muka bumi ini," ujar Adonis sembari tersenyum kecil. Kebangkitan dari keterpurukan hidupnya yang hancur, membuat Adonis Draven menjadi salah satu orang terkaya yang sukses. Namun dibalik permintaan yang dianggapnya telah dikabulkan oleh sang pencipta, ternyata ada satu rahasia besar yang akan membuatnya menyesal pernah memanjatkan doa itu kepada Tuhan.

Lihat lebih banyak
The Deadly Wish Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
icher
baru baca blurb nya aja udah penasaran banget sama ceritanya.
2022-02-02 11:53:15
0
11 Bab
Prolog
New Elysian, 2010. "Menurut pendapatku, semua orang berhak mendapatkan sebuah keajaiban, bahkan mungkin bisa lebih dari satu," kata Adonis. Adonis Draven, seorang pria kaya raya nan tampan dan berkharisma yang menjabat sebagai pemilik tunggal perusahaan eksportir terbesar di New Elysian, yaitu Genesis Motors. Selain memiliki paras yang rupawan, Adonis adalah sosok yang sangat rendah hati serta penyayang. Ia adalah anak tunggal dari keluarga Draven yang terbilang masih memiliki darah bangsawan di negaranya itu. Saat berumur dua puluh delapan tahun, Adonis meminang seorang gadis, putri dari seorang saudagar kaya yang menjadi rekan bisnisnya di kota Trouvaille. Gadis cantik dengan mata biru itu bernama Kaira Harrison. 
Baca selengkapnya
1. Kenyataan Yang Menyakitkan.
Hujan di malam itu membuat kegaduhan dari kediaman keluarga Draven sedikit teredam. Pasalnya sepasang suami istri sedang terlibat pertengkaran yang sangat hebat. "Karena kau adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab, Adonis!" bentak Kaira kemudian mengacak-acak semua hidangan yang ada di atas meja makan. "Aku menyesal sudah menikah dengan lelaki sepertimu!" "Tapi, Kaira …, selama ini aku berusaha untuk menafkahimu! Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik! Aku sadar, sekarang aku miskin dan dengan pekerjaanku yang sekarang pun aku tidak bisa memberimu lebih, tapi tak pernah sedikitpun aku melupakan kewajibanku sebagai seorang suami," ujar Adonis. Matanya berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh. "Apa katamu? Memenuhi semua kebutuhanku? Selama ini kau hanya mampu mem
Baca selengkapnya
2. Aku Capek Hidup Miskin!
"Tapi, aku bahagia denganmu," ucapnya dengan nada lirih."Aku sudah tidak bahagia lagi denganmu, Adonis. Aku menderita!"Adonis tetap terdiam. Tak ada satupun emosi yang keluar wajahnya, hanya tangannya saja yang terlihat sedikit gemetar saat mendengar omongan Kaira tadi."Kurasa ini saat yang tepat untuk kita berpisah, Adonis."Kemudian Adonis meraih sepotong roti yang jatuh ke lantai yang tadi dibuang Kaira. Diraihnya juga selai kacang yang tumpah di lantai dan mengoleskannya di atas roti lalu memakannya secara perlahan."Hey, apa kau tuli? Aku sudah muak hidup bersamamu!"
Baca selengkapnya
3. I Swear To God!
Dengan bertelanjang kaki ia berlari menghampiri kendaraan yang sudah siap untuk berangkat itu. Beberapa kali Adonis menggedor kaca mobil mewah yang berwarna transparan itu. Katanya, "aku bersumpah demi mendiang kedua orang tuaku, akan ku balas perbuatan kalian hari ini, ingat itu!" Tiba-tiba kaca mobilnya turun dan dengan lantang Harrold berseru, "dengan senang hati, aku tunggu pembalasanmu." Harrold menutup perkataannya dengan memberi seringai sinis sambil memainkan pedal gas mobil. Mobil hitam super mewah itu pun melaju dengan cepat, meninggalkan jejak yang sangat menyakitkan dan akan terus membekas di hati pria malang yang tertunduk sambil berlutut di pinggir jalan rumahnya. Padahal hari ini adalah hari yang sangat dinantikannya sejak lama. Entah kesialan atau memang takdir yang sedang dialaminya sekarang. Dengan segenap tenaga ya
Baca selengkapnya
4. Leave Me Alone!
Sementara itu di rumah Adonis, ia masih duduk terdiam di sofa ruang tamu sambil merokok. Matanya sembab, tatapannya kosong, tak ada lagi sukacita seperti biasa yang menghiasi wajah tampannya itu. Dengan berjalan sempoyongan, Adonis menghampiri gramophone tua milik ayahnya yang ada di atas meja kecil di samping lemari buku, berniat untuk menyalakan musik.Suara musik opera klasik mengalun dengan indahnya. Adonis memang senang mendengar lagu-lagu klasik jika dia sedang lelah atau banyak pikiran. Setidaknya itu bisa membuat suasana hatinya sedikit lebih tenteram. Dia kembali duduk di sofa, masih memegangi rokok di tangannya kemudian meletakkan kedua kaki yang masih berlumuran lumpur di atas meja. Ia menatap langit-langit rumah yang sebagian catnya sudah sedikit terkelupas, lantas perlahan menutup mata. Ia masih memikirkan Kaira. Air mata pun jatuh kembali dan mengucur dengan deras mengalir
Baca selengkapnya
5. Sosok Misterius Dibalik Pintu.
Saat tengah mengamati kobaran api tersebut, tiba-tiba pandangan mata Adonis mulai kabur. Tubuhnya terasa lemas dan berat. Ia mencoba berjalan beberapa langkah ke arah pintu belakang dapur sambil memegangi kepalanya. Bruukk! Adonis terjatuh dan tidak sadarkan diri ketika sedang berusaha melangkahkan kaki ke dalam rumah. Keesokan harinya Adonis terbangun dengan penuh rasa kebingungan sambil menatap ke setiap penjuru ruangan yang berwarna putih bersih itu. Pandangan matanya sedikit buram, sayup-sayup ia mendengar suara seorang wanita memanggil namanya. "Adonis …," ujar Ben sembari melambai-lambaikan tangan di depan wajah Adonis. "Connor! Kemarilah! Adonis sudah sadar!" teriaknya sambil berlari keluar kamar mengh
Baca selengkapnya
6. Survive
Keesokan harinya. "Hey, hati-hati!" celetuk Connor kepada Adonis yang hendak membuka pintu mobil untuk keluar. "Ben! Tolong kau pegangi Adonis! Jangan sampai dia jatuh karena masih pusing." "Astaga, kenapa kalian sangat berlebihan seperti ini? Aku sudah sembuh dan tidak merasa pusing sama sekali. Jadi tenang saja, ya!" jawab Adonis. Mereka tiba di rumah Adonis tepat pukul sepuluh pagi. Suasana di rumah Adonis terlihat sepi karena memang sudah kosong. Ketika membuka pintu rumahnya, Adonis merasakan getaran yang masih tersisa dari kenangan-kenangannya dengan Kaira. Ia mencoba menampik semua ingatan yang muncul dibalik tempurung kepalanya ketika melangkah masuk ke dalam rumah. "Ayo kita makan!" ujar Ben sembari mengawa
Baca selengkapnya
7. There's Something Outside The Window.
Malam itu, Adonis termenung duduk di tangga depan rumahnya. Pikirannya sedang tidak menentu. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan sejak tadi. Sesekali ia menatap langit sambil mencoba berpikir apa yang harus dilakukannya agar bisa bertahan hidup selama beberapa bulan kedepan. Uang simpanannya pun sudah hampir terkuras, belum lagi sekarang ia sering sekali membeli minuman keras. Sejenak ia sempat berpikir untuk menggunakan cek dari Harrold untuk dijadikan modal usahanya. Namun itu terbilang akan sangat miris, karena bagaimana mungkin ia menggunakan uang dari lelaki yang merebut istrinya sendiri? Sedikit demi sedikit Adonis meneguk wine murah yang tadi dibelinya sepulang dari toko Connor. Ini adalah botol kedua dan sekarang Adonis sudah mulai merasa mabuk. Sekarang ia sedang merogoh kantong celananya, mencoba meraih ponsel
Baca selengkapnya
8. Makhluk Aneh Di Mimpiku
Ketika Adonis hendak berdiri untuk meraih tongkat tersebut, tahu-tahu pintu kamarnya sudah terbuka. Wajah Adonis memucat, alisnya tersentak bersamaan sambil membelalakkan mata. Sosok pria dengan postur tubuh tinggi besar, memakai jubah hitam sedang berdiri tegak di depan pintu. Wajahnya menunduk, terhalang oleh kerudung hitam bergaris emas di tepiannya. Adonis menatap pria tersebut dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pria tersebut masih berdiri dengan tatapan lurus ke bawah. Tangan kiri Adonis sudah hampir menyentuh tongkat baseball tadi. Namun, belum sempat ia menggenggam tongkat kayu itu, pria dengan kerudung hitam itu menengadahkan wajahnya ke arah Adonis. Adonis tersentak ketika mendongakkan kepalanya. Bibirnya terkatup, badannya terasa sangat kaku ketika bertatapan dengan sosok misterius itu. Entah
Baca selengkapnya
9. Suicidal
Sore itu matahari masih menyinari Northstone Ville dengan sangat terik. "Ya Tuhan, kesialan apalagi ini?!" Adonis bergumam dalam hati sesaat ketika seseorang menabraknya.     "Maaf, aku tidak sengaja," ujar seorang wanita yang mengejar anaknya yang berlarian di tengah padatnya orang yang lalu-lalang.     Kopi yang tadi ada di genggaman tangan Adonis tumpah membasahi kemeja putih yang dikenakannya. Adonis hanya terdiam sambil tersenyum meratapi kesialan yang terjadi padanya. Dengan langkah berat, ia menyeret kedua kakinya masuk ke dalam toko Connor yang saat itu tengah sepi.     "Hey, lihat siapa yang datang hari ini?" ujar Connor menyambut Adonis dengan pelukan namun terhenti ketika ia sadar dengan baju Adonis yang kotor. "Kenapa bajumu?"  
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status