Selingkuh di Dunia Maya

Selingkuh di Dunia Maya

By:  Sooya  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
71Chapters
5.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

[Maukah kamu jadi pacarku? Aku akan membayar untuk itu.] [Aku akan membayarmu 1000$ per bulan.] Satu pesan dari sebuah aplikasi membuat Weni Anggara tercengang, pasalnya dirinya adalah wanita yang sudah menikah dan memiliki satu anak perempuan. Weni mengabaikan pesan itu karena menurutnya itu tidak pantas untuk dirinya yang masih memiliki Suami. Namun segala pikirannnya berubah karena suaminya sendiri terus menuntutnya untuk menghasilkan uang, bagimanapun caranya. Hutang yang banyak dan membengkak membuat suaminya berubah total. Weni yang tadinya sabar, berakhir menerima tawaran dari pesan aplikasi yang ada di ponselnya. Park Hajoon adalah pria asal Korea Selatan yang mengirimkan pesan tersebut. Jarak di antara mereka, nyatanya tak menjadi halangan untuk hubungan mereka. Sejak saat itu, hari-hari Weni pun berubah di penuhi oleh seorang Park Hajoon.

View More
Selingkuh di Dunia Maya Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
The Room Hijab
thor cerita ya bagus seru tp kok lama ya updatenya. lanjutin dong thor biar ga gantung nih ceritanya
2023-06-01 21:02:15
3
user avatar
Mourise
Kesel banget sama Haris. Marah-marah mulu, egois, ga peduli pula sama Weni. Dahlah wen, pisah aja sama Haris. Mending juga sama Joon.
2022-05-01 12:08:24
5
71 Chapters
1. Tuntutan
"Bisa tidak kamu usaha seperti yang lain?"    Suami yang harusnya membimbing istrinya dan menafkahinya, justru menyudutkan sang istri. Sebanyak apapun pekerjaan yang dilakukan sang istri tak ada harganya di mata sang suami.   "Aku sudah mencari pekerjaan, tapi tak juga ada yang memanggilku."   Sang istri mengatakan kebenarannya, ia terus mencari pekerjaan hanya saja tak kunjung mendapat panggilan. Jadi dia hanya bisa di rumah mengurus anak semata wayangnya dan juga rumah yang memang tak besar.   "Kalau hanya mengandalkan gajiku saja itu tidak cukup, mau sampai kapan kita seperti ini?"    Sang suami berlalu pergi untuk bekerja, tak ada salam pamita
Read more
2. Bertengkar
Weni kembali mengisi harinya dengan rutinitas yang terus ia jalani beberapa tahun ini. Meski terkadang lelah dan penat, Weni sangat tahu posisinya.   "Mama, aku mau es."   Rena menarik baju Weni, saat Weni membawanya untuk berbelanja kebutuhan. Weni yang berniat membeli sesuatu yang diinginkannya, kembali mengenyampingkan hal itu dan membeli apa yang diinginkan Rena.   "Rena mau yang mana?" sambil menggendong tubuh kecil Rena, Weni membuka chiller es krim.   "Ini," ucapnya dengan menunjuk es krim yang cukup mahal.   "Kalau yang ini mau tidak?" Rena mencoba mengalihkan ke es krim yang memiliki rasa yang sama, tapi lebih murah.  
Read more
3. Pesan Pertama
"Mas, bisa tolong bantu aku bermain sebentar dengan Rena?" Weni meminta tolong Haris yang tengah bermain ponselnya dengan televisi yang menyala. Hari ini adalah hari libur Haris, sejak pagi Haris terus bermain ponselnya. Sementara Weni, ia sudah sibuk sejak matahari mulai terbit. Pekerjaan yang sama terus ia lakukan setiap harinya, tapi itu adalah kewajibannya. Meski terkadang penat, kodratnya sebagai seorang Istri membuatnya tak bisa menolaknya. "Aku ini sedang libur, aku ingin beristirahat. Bukankah itu wajar?" Haris menatap tajam Weni, menolak dibalik ucapannya. Weni terdiam, dia butuh Rena ditemani Haris. Tapi lagi-lagi dirinya harus mengurus anaknya dan juga mengurus rumah secara bersamaan. "Mama …."  Tangan kecil Rena yang menarik tangannya, membuyarkan lamunannya. Rasa kesal dan sakit hati yang dirasakan berangsur reda, terlebih saat Rena t
Read more
4. 1000$ Pertama
"Makanlah dahulu."   Weni menahan Haris yang ingin langsung berangkat bekerja, padahal Weni sudah memasak sejak pagi. Bahkan ia sudah membuatkan kopi, yang biasa menjadi rutinitas sang suami.   "Aku sudah telat," elak Haris.   "Ini masih jam berapa Mas, kamu …."   "Aku sudah bilang telat, ya telat."   Haris menepis tangan Weni yang tadi sempat menahannya. Ia bahkan tak mengecup kening dan memberi salam seperti dulu, saat awal dirinya menikah.   Weni yang kecewa, mengambil kopi yang dibuatnya dan meminumnya. Ia tidak nafsu makan belakangan ini, kopilah yang membuatnya sedikit tenang.
Read more
5. Tamparan
"Bagus, kamu melakukannya dengan baik."   Haris menerima uang dari Weni tanpa bertanya dari mana uang itu berasal. Ia hanya menerima uang itu dan tersenyum, mengusap kepala Weni.   Hal yang selama ini sudah lama ditinggalkannya, bahkan Weni sudah lupa terakhir Haris menyentuhnya. Haris hanya menyentuhnya bila ia meminta berhubungan intim saja, saat dia terpuaskan dia akan tidur kembali.   Tak ada sentuhan perhatian seperti sekarang dilakukannya, Haris mengusapnya lembut dengan penuh kasih sayang. Hanya saja Weni tetap merasakan hampa dan kosong.   "Aku akan membayarkan uang ini," ucap Haris dengan membawa uang itu bersamanya.   "Hati-hati di jalan."
Read more
6. Bertemu Adik Ipar
“Mama ... Mama ....” Weni yang tengah tertidur, terbangun oleh suara kecil dan guncangan tangan kecil Rena di lengannya. Dengan mata yang masih berat, Weni mencoba membuka matanya. “Ah ...,” rintih Weni saat merasakan pipinya yang sedikit perih. Ia dengan berat hati mendudukkan tubuhnya dan menutup pipi yang terasa sakit dengan tangan dinginnya. Weni baru ingat apa yang terjadi semalam. Matanya yang bengkak dan rambut yang berantakan, terpantul dari kaca meja rias di hadapannya. Weni menghela napas berat dan beranjak dari duduknya. “Rena tunggu sini ya, Mama ke kamar mandi dulu.” Weni mencoba tersenyum perlahan karena sudut bibirnya terasa sakit. Namun tangan kecil Rena justru mencegahnya, ia menunjuk ponsel yang berada di atas kasurnya. “Itu, bunyi ....” Rena mencoba menjelaskan bahwa ponse
Read more
7. Penagih Hutang
“Maaf Pak, Anda harus menghadiri rapat.”Seorang wanita masuk setelah mengetuk pintu beberapa kali dan memberikan sebuah berkas pada atasannya. Atasannya menatap layar komputer dan kembali menatap jam tangannya beberapa kali.Ia memutuskan untuk mematikan microphone yang masih menyala dan menatap wanita yang merupakan Sekretaris pribadinya. “Beri aku waktu sepuluh menit,” ucapnya.“Baik,” ucap wanita yang memiliki nama Kim Dami.Pria itu kembali menyalakan microphone dan menatap seorang wanita yang tengah menangis di layar komputernya. Ia ingin berbicara, hanya saja dirinya takut wanita itu justru semakin menangis.“Maafkan aku Hajoon,” ucap wanita yang berada di seberang panggilan videonya.“Tidak apa-apa.” Hajoon tersenyum pada wanita di dalam layar yang bukan lain adalah Weni. Seorang wanita yang ia kenal dari sebuah aplikasi dan kini mulai mengisi hari-harinya.“Aku
Read more
8. Sekotak Hadiah
Weni membuka pintu dan kembali menemukan seorang pria tengah berdiri di hadapannya. “Maaf Anda siapa?” tanyanya. “Ini benar rumah Ibu Anggara?” tanya pria itu, sementara Weni hanya bisa mengangguk. “Ini ada kiriman paket,” ucapnya seraya mengambil sesuatu dari dalam mobil yang terparkir di depan. Weni terdiam sejenak, ia merasa tidak pernah membeli barang. “Maaf, tapi saya tidak pernah membeli barang Online. Apa Mas tidak salah rumah?” tanya Weni sebelum menerima sebuah paper bag yang cukup besar. “Anda bisa melihat nama pengirimnya karena saya di pesan untuk tidak boleh menyebutnya.” Pria itu memberi paper bag tersebut pada Weni. Weni hanya bisa menerimanya dan melihat nama pengirim, yang di maksudnya oleh kurir tersebut. Betapa terkejutnya Weni saat nama Park Hajoon tertera di kertas tersebut. “Benar, ini milik I
Read more
9. Acara Keluarga Weni
Hari ini, seorang wanita tengah sibuk dengan pekerjaan tambahan yang diberikan. Semua karena keluarganya hari ini tengah mengadakan acara untuk menyambut pengiriman Anak pertama di keluarganya sebagai perawat di Australia. “Bangga banget punya anak kaya Helen,” ucap seorang wanita paruh baya pada wanita yang merupakan tuan rumah acara. Helen Anggara sendiri adalah Anak pertama yang akan menjadi Perawat di Australia. Anak yang selalu menjadi kebanggaan keluarganya yang notabene nya adalah keluarga Pegawai Negeri Sipil. “Anak kamu juga hebat, sudah jadi Karyawan tetap di Bank.” Ibu dari Helen kembali memuji temannya itu. Tak lama mereka pun saling tertawa, setelah memuji anak pertama mereka yang sukses. Tanpa melihat sedikit pada wanita yang tengah membantu di dapur, yang merupakan anak kedua dari tuan rumah. “Weni, sapa Ibu Dian.” 
Read more
10. Pembelaan
“Jaga ucapan kalian!”   Ghana berdiri di hadapan kedua orang yang sejak tadi asyik membicarakan Bianca maupun Weni. Hal itu mampu menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan, tanpa terkecuali sang tuan rumah.   “Apa pantas wanita terhormat dan berkelas membicarakan seseorang sampai seperti itu?” ucap Ghana kembali penuh penekanan.   Bianca dengan segera menghampiri Ghana, mencoba menahan Ghana yang tengah meluapkan kekesalannya. Bianca sangat tahu bagaimana bila Ghana sampai benar-benar marah.   “Maafkan kami, kami hanya ....”   “Ghana, mereka tidak bermaksud mengatakan hal itu.” Helen segera memotong pembicaraan salah satu wanita dan mendekati Ghana, mencoba menetralkan keadaan. “Maafkan mereka,” bisik Helen dengan sedikit memohon.   “Iya, katanya kamu ingin bermain sama Rena. Ayo,” ajak Bianca segera membawa Ghana mendekat pada Weni yang tengah terdia
Read more
DMCA.com Protection Status