PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN

PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-23
Oleh:  RosemalaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
76 Peringkat. 76 Ulasan-ulasan
445Bab
480.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Terlahir cantik dan menarik adalah impian setiap wanita. Namun, bila pada kenyataannya tumbuh menjadi wanita berbadan subur dan tak secantik bidadari, apa itu sebuah dosa? Apa kebahagiaan hanya milik mereka yang terlahir cantik dan langsing? Viola Anastasya harus berjuang mendapatkan kebahagiaan karena ia hanya seorang pelayan gendut.

Lihat lebih banyak

Bab 1

DICERAIKAN

Part 1

“Aku talak kamu Bola ... maksudnya, aku talak kamu Viola Anastasya. Mulai hari ini, kau bukan lagi istriku!”

Aku memejam dengan kuat, sesaat setelah dua kalimat itu meluncur dari mulut Arman. Laki-laki yang seminggu lalu menikahiku dengan penuh keterpaksaan.

“Sekarang pergilah, Bola! Tidak ada alasan lagi untukmu tetap di sini. Sejak awal aku tidak suka melihatmu berkeliaran di rumahku. Kau pasti tahu itu, bukan?” lanjutnya dengan hanya melirikku tak lebih dari tiga detik.

“Segala sesuatu yang menyangkut urusan perceraian kita, aku akan segera mengurusnya. Nanti kukirim akta cerainya ke rumahmu, kalau semua sudah selesai.” Itu kalimat terakhirnya, sebelum laki-laki yang tak pernah mau sekadar melirikku itu pergi dari hadapan.

Aku menatap punggung tegap yang semakin menjauh itu dengan hati perih. Sungguh, walaupun tahu ini akan terjadi, tetapi saat kata talak itu benar-benar terucap, tak ayal hatiku sakit tak berbentuk.

Seminggu saja. Ya, tujuh hari saja aku menyandang status sebagai seorang istri. Hari ini, tepat seminggu setelah statusku berubah dari gadis menjadi istri seseorang, aku pun menjadi seorang janda.

Seminggu saja aku menjadi Istri Arman Gunawan. Istri yang tak diinginkan tentu saja, karena pernikahan ini pun terjadi karena sebuah keterpaksaan.

Dia Arman Gunawan, sejak awal tak pernah sudi bahkan sekadar menatap wanita yang secara hukum negara dan agama sebenarnya sudah sah sebagai istrinya ini. Jangankan merayu, mencumbu, atau bermesraan seperti layaknya pengantin baru, dia bahkan selalu bergidik jijik bila kami tak sengaja berpapasan.

Aku membuang napas kasar sebelum berbalik. Mengemasi baju adalah tujuanku saat ini. Bukankah laki-laki itu sudah menjatuhkan talak dan mengusirku? Apalagi yang kuharapkan?

“Kenapa masih berdiri di sana, Gendut? Bukankah anakku sudah menceraikan kamu? Apa lagi yang kau tunggu?”

Aku menoleh saat suara sinis terdengar dari samping. Di sana, berdiri wanita paruh baya sedang melipat tangannya di dada. Rambut bersanggul tinggi dan perhiasan emas yang memenuhi beberapa bagian tubuh, menjadi ciri khas wanita itu. Julukan toko mas berjalan sangat cocok disematkan kepadanya. Tatapan jijik wanita itu terhujam tepat di mataku.

“Kau memang tidak tahu diri. Seharusnya sejak awal kau menolak saja pernikahan ini. Siapa yang sudi memperistri dan mengangkat menantu buntalan tak berguna sepertimu? Aku bahkan hampir tidak punya muka kalau saja tidak segera menyembunyikan dirimu di kamar saat hajatan kemarin.”

Aku memejam sebentar. Sungguh, walaupun cacian dan hinaan sudah jadi santapan setiap saat semenjak memasuki rumah ini, tak urung hati ini selalu merasa teriris setiap wanita yang bergelar mertua itu menghinaku.

Tak ada yang menginginkanku baik di rumah ini atau di mana pun. Aku gegas berlalu dari hadapan Bu Astri. Ibu mertua, oh bukan, mantan ibu mertua karena anaknya baru saja menceraikanku.

Tidak perlu lagi sopan santun, bukan? Toh keberadaanku seminggu di sini tak pernah dihargai sedikit pun. Bu Astri malah sengaja menyuruh ART-nya cuti semenjak aku masuk ke rumah ini. Untuk menghemat pengeluaran katanya, dan ... semua pekerjaan rumah tugas ART pun, aku yang harus mengerjakan.

Ya, aku hanya jadi babu selama seminggu tinggal bersama keluarga Arman. Tidak lebih. Bu Astri akan mencolek semua permukaan meja dan perabot lainnya di rumah ini setiap hari untuk mengecek pekerjaanku. Padahal rumah mereka cukup besar dan memiliki dua lantai. Bayangkan, aku harus membersihkan semua sendiri. Belum lagi baju-baju kotor seluruh anggota keluarga yang harus dicuci dan gosok setiap hari.

Itu saja? Tentu tidak. Hidangan keluarga untuk sarapan, makan siang dan makan malam pun masih aku yang harus mengerjakan. Dan apa kalian tahu ada berapa jumlah anggota keluarga ini?

Arman, ayahnya, ibunya, kedua adik wanitanya. Belum lagi satu kakak laki-laki yang sudah menikah dan mempunyai dua anak. Terbayang bukan, piring, sendok, dan perlahan makan lainnya yang kotor dan harus kucuci bila mereka selesai makan?

Maka, saat talak itu akhirnya terucap, sebenarnya antara sakit dan senang. Setidaknya statusku bukan lagi pembantu.

**

Aku mengemasi baju yang tidak seberapa ke dalam ransel kecil. Tidak banyak yang kubawa ke sini saat Arman dan ibunya dengan terpaksa menjemputku seminggu lalu.

Kuamati ruangan kecil yang menjadi kamar tidur selama di sini. Hanya ada kasur tipis yang digelar di lantai, dan lemari kayu dengan cermin panjang dan usang terpasang di pintunya.

Kamar tidur ini jarang kugunakan. Pekerjaan rumah yang menumpuk membuat waktu tidurku sangat pendek. Tengah malam aku baru tidur, dan sudah harus terbangun jam empat sebelum azan Subuh.

Kutatap bayangan diri di cermin yang sudah buram itu. Di mana hanya tampak sesosok besar yang bahkan Bu Astri menyebutnya ‘buntalan'. Tidak ada wajah cantik dan glowing, hanya ada wajah lebar dengan jerawat memenuhi pipi. Padahal hidungku termasuk bangir walau kecil. Rambut sebahu diikat asal, lalu yang mencolok adalah, tubuh yang sebesar drum air.

Ya, aku memang memiliki berat badan berlebih. 150 kg. Itu terakhir menimbang. Mungkin berat itu seminggu ini sedikit menyusut karena aktivitas fisik yang banyak. Pinggang rok yang kupakai sedikit ada ruang di sisi kanan dan kiri saat dipakai. Blus lusuh ini juga tidak begitu terasa sesak. Namun, tetap saja aku ini ‘Si Gendut' yang buruk rupa. Arman bahkan memanggilku dengan sebutan bola. Panggilan menyakitkan seorang suami kepada istrinya.

“Heh, Buntalan! Apa yang masih kau lakukan di dalam? Bukankah Arman sudah menceraikan dan mengusirmu? Apa kau masih betah di sini? Cepat pergi sebelum calon istri Arman dan keluarganya datang! Aku tak ingin mereka masih melihatmu di sini!”

Suara teriakan dan gedoran keras di pintu menarikmu ke alam nyata. Aku melamun. Sebegitu bencinya Bu Astri kepadaku hingga ingin melihat mantan menantu yang tidak diinginkannya ini cepat pergi. Mungkin ia membuntuti sejak tadi, dan menunggu di depan pintu. Lalu menggedor saat aku tak kunjung keluar.

Meraih ransel di atas kasur lepek, disampirkan ke pundak, kemudian aku berjalan keluar kamar. Wanita yang wajahnya selalu masam itu, sedang bertolak pinggang. Matanya memindai wajahku.

“Jangan bilang kau menangis dulu di dalam karena tidak mau Arman ceraikan!” ujarnya dengan salah satu ujung bibir terangkat sinis.

Aku mendecih. Rasanya ingin tertawa mendengar tuduhannya yang lucu. Menangis? Aku bahkan lupa kapan terakhir kali menjatuhkan air mata. Saking terlalu akrab dengan penderitaan.

“Jangan membuatku tertawa, Bu!” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku.

“Sudah aku bilang jangan panggil aku ibu! Panggil aku nyonya! Aku bukan ibumu!” Dia berteriak di depanku.

“Jangan membuatku tertawa, Nyonya! Aku bahkan ingin berguling-guling karena senang akhirnya bisa bebas dari manusia-manusia yang tak pantas disebut manusia seperti kalian!” Aku balas memaki. Tidak guna terus sopan kepada mereka yang bahkan tidak pernah menganggapku manusia, bukan?

Bola mata wanita itu melebar sempurna. Mungkin tidak menyangka aku yang selama seminggu ini hanya diam saat mereka perlakukan semena-mena, berani menjawab.

“Semoga salah satu anak gadismu tidak ada yang kelak bernasib sepertiku, Nyonya. Tapi kalau ada, semoga Anda berumur panjang dan dapat menyaksikannya!” Entah keberanian dari mana kalimat itu meluncur dari mulutku.

Aku langsung berlalu begitu saja dari hadapan wanita yang wajahnya merah padam dan memegangi dadanya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
97%(74)
9
0%(0)
8
1%(1)
7
0%(0)
6
1%(1)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
76 Peringkat · 76 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Vinsky Aruna
suka ceritanya, seru.
2024-01-30 09:22:46
2
user avatar
Mama Eunike
bagus sekali
2024-01-27 21:01:18
1
user avatar
Young Lady
ceritanya unik dan rekomended
2024-01-25 17:49:25
1
user avatar
Nafta
kasian viola. hidupnya banyak cobaan
2024-01-21 11:29:40
1
user avatar
Irana
Keren banget ceritanya 🥲...
2024-01-20 17:38:36
1
user avatar
Kerry Pu
lanjut kak. sampai satu juta kata. ceritanya seru
2024-01-19 16:20:34
2
user avatar
Rosa Rasyidin
waaah seru ayo update lagi
2024-01-19 14:38:02
1
user avatar
Biru Gerimis
Stigma yang berkembang luas di masyarakat kalau wanita cantik itu harus langsing sudah harus diubah... Semangat, Kak Author...
2024-01-19 09:32:58
1
user avatar
Disi77
semangat Viola, kamu berhak bahagia
2024-01-19 09:18:52
1
user avatar
Rindu_Mentari
Menarik ceritanya kak. Cantik adalah idaman semua wanita.
2024-01-18 21:41:18
1
user avatar
Ayaya Malila
yg penting inner beauty, yaa. semangat kak, ceritanya seru banget
2024-01-18 20:29:36
1
user avatar
Rianoir
novel yang menarik. semangat kak
2024-01-18 19:48:35
1
user avatar
AlvinaMawar
hai, teh. cerita tteh yg ini sudah aku baca. cerita pelayan gendut karya tteh emang menarik, bagus lagi.
2024-01-18 18:23:25
1
user avatar
Komalasari
Keren, Kak
2024-01-18 17:53:29
1
user avatar
Varava
banyak kok orang gendut aslinya cantik hidup gendut!
2024-01-18 17:38:08
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 6
445 Bab
DICERAIKAN
Part 1“Aku talak kamu Bola ... maksudnya, aku talak kamu Viola Anastasya. Mulai hari ini, kau bukan lagi istriku!”Aku memejam dengan kuat, sesaat setelah dua kalimat itu meluncur dari mulut Arman. Laki-laki yang seminggu lalu menikahiku dengan penuh keterpaksaan. “Sekarang pergilah, Bola! Tidak ada alasan lagi untukmu tetap di sini. Sejak awal aku tidak suka melihatmu berkeliaran di rumahku. Kau pasti tahu itu, bukan?” lanjutnya dengan hanya melirikku tak lebih dari tiga detik. “Segala sesuatu yang menyangkut urusan perceraian kita, aku akan segera mengurusnya. Nanti kukirim akta cerainya ke rumahmu, kalau semua sudah selesai.” Itu kalimat terakhirnya, sebelum laki-laki yang tak pernah mau sekadar melirikku itu pergi dari hadapan. Aku menatap punggung tegap yang semakin menjauh itu dengan hati perih. Sungguh, walaupun tahu ini akan terjadi, tetapi saat kata talak itu benar-benar terucap, tak ayal hatiku sakit tak berbentuk. Seminggu saja. Ya, tujuh hari saja aku menyandang statu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya
PULANG
Part 2 Viola Anastasya. Nama yang cantik, bukan? Sayangnya fisik dan nasibku tak secantik nama ini. Entah kenapa Ayah dulu menamaiku begitu cantik. Mungkin saat lahir memang aku cantik. Tidak mungkin langsung segendut dan jerawatan seperti sekarang. Aku menyeret langkah yang sudah tertatih. Hampir satu jam berjalan kaki dengan membawa tubuh seberat ini memang bukan perkara mudah. Paha yang lecet karena terlalu banyak bergesek satu sama lain, telapak kaki yang terasa panas, betis pegal, dan blus ini? Bahkan aku yakin sudah bisa diperas seperti habis dicuci. Saking banyak keringat yang membasahi. Aku menghentikan langkah. Melihat warung kopi kaki lima di saat seperti ini, laksana melihat oase di padang pasir. Tanpa berpikir panjang, aku mempercepat langkah, masuk, dan langsung duduk di salah satu bangku kayu panjang tanpa sandaran. Seorang pemuda yang sedang minum kopi dan duduk di ujung lain bangku ini, memilih cepat menghabiskan kopinya, lalu pergi setelah membayar. Entah apa yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-08
Baca selengkapnya
RENCANA VIOLA
Part 3“Aku akan tinggal di sini lagi. Jadi, mulai sekarang jangan membawa peliharaanmu ke sini!” Aku berkata tanpa etika. Rasanya percuma selama ini menghormatinya sebagai seorang ibu. Kelakuannya bahkan tidak lebih baik dari binatang. Apa mungkin Yuni sudah berperilaku seperti ini selagi ayah masih ada? Mengingat ayah yang sakit-sakitan menjelang ajalnya dan yakin sudah tidak bisa memberi wanita itu nafkah batin. Atau apa ayah sakit-sakitan dan meninggal karena tahu kelakuan busuk istrinya di belakangnya? Entahlah. Rasanya hidupku semakin kacau. Aku menatap tajam pemuda tanpa baju yang terus membelai Yuni. Walaupun mual dan jijik melihat kelakuan mereka, tetapi aku harus tegas. Tak boleh membiarkan perzinaan di rumah ini. “Kau!” Aku menunjuk pemuda yang kuyakini usianya baru menginjak delapan belas tahun. Cih, sebenarnya aku jijik. Masih kecil sudah menjual diri kepada wanita yang lebih pantas jadi ibunya. “Apa kau tidak malu menjadi peliharaan nenek-nenek?” tanyaku ketus, dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-08
Baca selengkapnya
TEMAN BARU
Part 4 Waktu menunjukkan pukul 21.30 saat kudengar suara cekikikan Yuni lewat di depan kamar. Aku mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit. Terlihat wanita yang malam ini memakai gaun berbelahan dada rendah berjalan berangkulan dengan pemuda itu, menuju keluar. Tak lama berselang, tersengar suara deru mobil yang semakin menjauh. Sepertinya mereka pergi. Aku gegas keluar kamar. Tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Aku segera beraksi dengan rencana yang sudah disusun. Memasuki kamar Yuni yang dulu merupakan kamar ayah bersamanya. Rasa nyeri menghantam ulu hati saat melihat ranjang ukuran queen di tengah ruangan besar itu tampak berantakan. Ranjang ayah yang saat aku kecil sering dipakai untuk tidur bertiga dengan ibu, sekarang dipakai Yuni untuk bermaksiat entah dengan berapa laki-laki. Aku menarik napas panjang dan sekuat tenaga menepis sedih yang datang tiba-tiba. Ini bukan saatnya terbawa perasaan. Aku harus bergerak cepat sebelum Yuni kembali. Aku mencari surat-surat berharg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-08
Baca selengkapnya
SELEKSI ANEH
Part 5Aku mengamati ruangan besar yang kami gunakan untuk menunggu antrean melamar pekerjaan. Ruangan mewah ini merupakan bagian dari rumah yang lebih tepat disebut kastil saking besar dan indah. Rumah Arman juga besar, tetapi tidak seberapa dibanding rumah ini. Apalagi rumah peninggalan ayah yang sudah lapuk dan tak terawat. Dari luasnya saja tidak ada seujung kuku pun dengan rumah ini. Beberapa menit lalu aku dan Fera sampai di sini dengan berjalan kaki. Letak kawasan elite ini memang tidak terlalu jauh dari lingkungan kumuh tempat aku dan Fera bertemu. Hanya terpisah jalan protokol di tengah kota. Pemandangan yang sangat kontras bila dilihat dari atas. Sebelah kanan jalan merupakan perumahan elite yang sangat tertata, dan hanya mereka yang memiliki rekening gendut yang dapat membeli rumah di sini. Sementara di sebelah kiri, ada pemukiman kumuh yang sangat rapat dan tidak beraturan. Jadi, bisa kupastikan pemilik rumah yang sedang mencari pengasuh ini adalah seseorang yang sanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-08
Baca selengkapnya
SALAD
Part 6Ini adalah tes terakhir. Aku harus bisa membuat makanan kesukaan Tuan Sultan, dan makanan itu adalah ... salad sayuran. Sebenarnya gampang saja, karena itu juga makanan favoritku. Oh, bukan! Lebih tepatnya aku dipaksa ibu untuk menyukai makanan itu. Waktu ibu masih ada, aku diharuskan makan salad sayuran segar agar tubuhku sehat dan tidak bertambah lebar katanya. Jadi, saat masih SMP dulu, hampir setiap hari ibu membawakan bekal salad ke sekolah. Dan di sekolah, biasanya aku membaginya dengan seseorang yang sekarang entah berada di mana.Kini, saat harus membuat lagi makanan itu, tentu jiwa melankolisku meronta. Rasa sedih tak dapat dicegah, datang begitu saja. Teringat ibu dan seseorang yang menjadi satu-satunya teman di kala itu. “Kau mau tes kerja atau melamun?” Suara maskulin itu tiba-tiba saja sudah berada di belakang tubuh ini. Suara Tuan Sultan. Kenapa bos besar seperti dirinya harus repot-repot masuk dapur? “Ba-baik, Tuan. Sebentar lagi selesai,” jawabku gugup dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-16
Baca selengkapnya
ANA?
Part 7“A-apa maksud Anda, Tuan?” Aku merasakan wajah ini panas. Kaki ini bahkan mundur. “Kau tidak menderita gangguan telinga, bukan?” Tuan Sultan menyipitkan mata. Kepalanya sedikit condong. “Aku tidak mau mempunyai pelayan yang memiliki gangguan pendengaran, karena aku tidak akan mengulang-ngulang perintah!”“Ma-af, Tuan. A-apa saya tidak salah dengar, kalau Anda meminta saya memandikan Anda?” Aku meyakinkan pendengaran ini. “Tentu saja tidak! Aku memang mencari pelayan yang bisa mengurus segala sesuatunya, karena aku tidak bisa berjalan. Termasuk mandi dan mengganti bajuku.”Aku menganga mendengar ucapannya. Pekerjaan macam apa ini? Salahku memang tak menanyakan apa saja tugasku dari awal. Main ikut-ikut saja tes untuk pekerjaan ini. “Kalau kau tidak mau melanjutkan pekerjaan ini, aku akan segera mencari penggantimu. Mumpung masih banyak yang mengantre. Dan kau, silakan pergi dari sini!”Mulutku semakin menganga. Kalimat ancaman itu begitu menakutkan. Aku tidak mau kehilangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-17
Baca selengkapnya
PERKOSA?
Part 8“Ke-napa Anda memanggil saya dengan nama itu, Tuan?” Aku bertanya pelan. Ingatanku langsung terbang ke masa di mana aku dan dia yang selalu memanggilku dengan nama itu, duduk berdua di bawah pohon. Kami menikmati salad bekalku dari mangkuk yang sama, sebelum murid-murid lain datang dan membully kami dengan menyebut dua angka nol menggelinding. Karena tubuh kami sama-sama besar. Ya, saat itu memang hanya dia temanku di sekolah. Mungkin karena nasib kami sama. Sama-sama bertubuh subur dan menjadi bahan perundungan. Dialah satu-satunya orang yang memanggilku dengan nama Ana. “Namamu Viola Anastasya, bukan?” Lelaki berkursi roda itu bertanya setelah hening beberapa saat. Suaranya menarikku dari lamunan. Sementara posisinya tetap membelakangiku, hingga tak dapat tertangkap mimik wajahnya. “Apa salah bila aku memanggilmu dengan nama Ana? Bukankah itu namamu juga?”Aku mengerjap. Dia benar, Ana namaku juga. Hanya saja, aneh rasanya orang yang baru saja bertemu langsung memanggilk
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-17
Baca selengkapnya
CHALLENGE
Part 9Aku menyusuri lorong dengan bingung. Semua pintu tampak mirip. Jadi, tidak tahu apa ini jalan yang tadi kulalui atau bukan. Sekejap aku menyesali kenapa tadi tidak mengingat dengan seksama ruangan mana, juga benda apa saja dilewati saat menuju ke kamar itu. Aku hanya meraba-raba, hingga tiba di sebuah persimpangan lorong. Bingung? Tentu saja. Kenapa rumah ini begitu besar? Dan ada banyak kamar dengan pintu serupa? Aku mencari peruntungan dengan permainan cap cip cup kembang kuncup karena bingung. Lalu saat telunjuk ini menunjukkan lorong yang ada di sebelah kanan, aku mengikuti saja suara hati. Keberuntungan berpihak padaku, lorong yang kupilih ternyata tidak salah. Aku tiba di ujung tangga yang akan membawa diri ini ke dapur di lantai bawah. Waktu lima menit sudah berkurang banyak karena tadi bingung mencari jalan. Kaki besarku meniti anak tangga dengan setengah berlari untuk mencapai lantai bawah. Beruntung di sana ada seorang pelayan sedang mengelap guci antik. Dia memba
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya
PREDATOR
10Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku menyuapi bayi besar itu perlahan. Bayi besar yang sangat menjengkelkan. Andai aku tidak takut Yuni memburuku di luar sana, niscaya aku sudah kabur dan meninggalkan pekerjaan aneh ini. Kusuapi dia tanpa kata. Hanya tangan yang bekerja. Tunggu! Aku mengamati wajah yang sebenarnya akan sangat tampan kalau saja tidak selalu memerintah yang aneh-aneh tanpa senyum itu. Namun, bukan itu yang menjadi perhatianku. Gerakan mulutnya yang sedang mengunyah makananlah yang menarik perhatianku. Gerakan itu ... seperti gerakan mulut seseorang dari masa lalu yang sangat kuakrabi. Ya, sama persis seperti itu gerakannya bila sedang mengunyah. Siapa Tuan Sultan ini sebenarnya? Apa aku mengenalnya? Aku terus memperhatikan wajahnya. “Apa yang kau lalukan?!” teguran dengan suara tinggi membuatku terjengkit kaget. Ternyata tanpa sadar, aku memajukan wajah hingga jarak kami sangat dekat. Tuan Sultan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Kepalanya menggele
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-19
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status