Filter By
Updating status
AllOngoingCompleted
Sort By
AllPopularRecommendationRatesUpdated
Ahli Waris yang Terlupakan

Ahli Waris yang Terlupakan

Obat-obatan itu menghilang pada saat salah satu transaksi keluarga kami, dan semua orang tahu itu kesalahan adik tiriku, Emily. Sekarang, pihak saingan kami menuntut seseorang dikirim kepada mereka, ditahan sebagai sandera sampai utang itu dilunasi. Tunangan dan keluargaku semuanya sepakat bahwa orang itu harus aku. "Emily sudah terluka dalam misi itu, kamu lebih kuat. Kamu pasti bisa mengatasinya sementara kami mencari solusinya." Aku tahu saat ini akan tiba, makanya aku menandatangani namaku. Dalam lima hari, aku akan dikirim pergi. Aku telah memutuskan bahwa tidak peduli apa yang terjadi, entah aku hidup atau mati, aku sudah muak dengan keluarga dan tunanganku. Pada hari-hari terakhir itu, aku memberikan semua yang aku miliki. Mengenai kasino? Kuberikan pada adik angkatku yang selalu mengincarnya dengan iri. Uang di rekeningku? Untuk ayahku yang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengingatkanku betapa tidak bergunanya aku. Cincin pertunangan? Kukembalikan pada pria yang selama ini hanya pura-pura. Mereka tidak menyadari ada yang janggal. Mereka hanya tersenyum, senang karena tiba-tiba aku menjadi penuh perhatian. Ketika mereka menyadari aku telah pergi untuk selamanya, dan Emily yang rapuh adalah kehancuran bagi mereka, apakah mereka masih akan tersenyum seperti itu? Apakah mereka masih akan terlihat begitu puas?
Short Story · Mafia
1.6K viewsCompleted
Read
Add to library
Jeritan yang Tak Terdengar

Jeritan yang Tak Terdengar

Tepat pada hari ulang tahunku, seorang sepupu yang sedang belajar balet terjatuh dan kakinya cedera. Ayah begitu marah dan langsung memukul kakiku dengan tongkat. Aku menjerit kesakitan, tetapi dia malah menyindir dengan nada kesal. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya kesakitan? Waktu kamu dorong sepupumu sampai terjatuh dari tangga, kenapa kamu nggak mikir kalau dia juga akan kesakitan?" Dia memukulku lebih keras lagi, sampai aku tidak sanggup berteriak lagi. Untuk membuatku jera, dia melemparku yang sudah sekarat ini ke dalam ruang bawah tanah. "Yolanda, kalau kamu sudah bisa membuang pikiran jahatmu itu, baru aku akan mengeluarkanmu!" Namun, saat dia membuka ruang bawah tanah itu lagi, dia hanya menemukan tubuhku yang sudah hancur dan membusuk.
Short Story · Romansa
7.3K viewsCompleted
Read
Add to library
Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain

Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain

Malam setelah aku didiagnosis hamil, vilaku tiba-tiba terbakar. Aku menahan rasa sesak dan mempertaruhkan nyawaku untuk berlari ke kamar putraku. Namun, ternyata tidak ada siapa pun di dalam sana. Tiba-tiba, aku mendengar sorakan bahagia di luar sana. "Kak Tasya, kamu keren sekali. Kamu pasti dapat juara satu pada lomba nanti!" Aku ingin menegur putraku yang membuat onar ini, tetapi tubuhku malah tertimpa tembok yang runtuh. Ketika kesadaranku mulai melemah, aku mendengar suamiku yang selalu bersikap tegas, memuji keberanian seorang wanita. Jika tebakanku tidak salah, seharusnya suami dan anakku membakar vila ini demi menyenangkan hati wanita itu. Aku hanya bisa menatap pintu yang begitu dekat denganku. Sebelum mati, aku mengirim sebuah pesan kepada suamiku.
Short Story · Romansa
4.0K viewsCompleted
Read
Add to library
Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian

Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian

Aku meninggal di hari aku memenangkan Penghargaan Doktor Medis Global. Tiga jam setelah kematianku, orang tua, kakak laki-laki, dan tunanganku baru saja pulang dari pesta ulang tahun ke-16 adik perempuanku. Ketika adikku mengunggah foto keluarga kami saat merayakan ulang tahunnya di media sosial, aku sedang terbaring di ruang bawah tanah yang tertutup rapat dan berlumuran darah. Aku mencoba menggunakan lidahku untuk menggeser layar ponsel dan meminta bantuan. Di antara kontak darurat, hanya tunanganku yang menjawab panggilanku. Artinya orang tua dan kakakku telah memblokir nomorku. Begitu telepon diangkat, tunanganku hanya mengucapkan satu kalimat, “Karin, pesta ulang tahun Lina yang ke-16 itu sangat penting. Jangan pakai alasan nggak masuk akal untuk cari perhatian kami dan bersikap manja lagi!” Dia menutup telepon dan memutus harapan terakhirku untuk bertahan hidup. Jantungku berhenti berdetak karena nada sibuk telepon. Ini adalah ke-100 kalinya mereka memilih adikku, ke-100 kalinya mereka mengabaikanku, mengecewakanku, dan ini juga yang terakhir. Aku terbaring di dalam genangan darahku sendiri, merasakan napasku perlahan berhenti. Mereka mengira aku kabur dari rumah lagi sebagai alasan untuk melampiaskan ketidakpuasanku. Mereka pikir bahwa selama mereka memberiku pelajaran, aku akan kembali dengan patuh seperti 99 kali sebelumnya. Sayangnya, itu tidak akan terjadi kali ini. Karena aku tidak pernah meninggalkan rumah, aku terus terbaring di ruang bawah tanah rumahku.
Short Story · Realistis
4.1K viewsCompleted
Read
Add to library
Penyesalan Ibu setelah Aku Mati

Penyesalan Ibu setelah Aku Mati

Saat aku disiksa sampai mati, ibuku sedang menenangkan adikku yang cemas karena akan menghadapi ujian bedah anatomi. Di rumah sebelah, psikopat itu membiarkan darahku mengalir sambil menelepon ibuku dengan ponselku. “Ibu, aku sakit banget. Tolong aku,” mohonku sambil menangis dengan putus asa. Namun, balasan yang kudapatkan hanyalah makian. “Kakakmu sangat licik, juga suka bohong. Nggak usah dipedulikan.” Tiga hari kemudian, rumah tetangga kami menjadi lokasi pembunuhan yang sadis. Sebagai ahli forensik, ibuku pun dipanggil polisi untuk melakukan autopsi pada seonggok mayat gadis tak berkepala. Namun, dia tidak tahu bahwa mayat yang berbaring di meja autopsi adalah putri yang paling dibencinya.
Short Story · Romansa
1.5K viewsCompleted
Read
Add to library
Putri yang Tak Diharapkan

Putri yang Tak Diharapkan

Sebelum aku berumur delapan belas, aku adalah putri kesayangan Keluarga Mahendra. Semua berubah pada hari ulang tahunku yang kedelapan belas, ketika ayah pulang membawa seorang gadis yatim piatu bernama Karina. "Dia butuh rumah," kata ayah. "Kamu yang akan mengurusnya, seperti adikmu sendiri." Sejak saat itu, semuanya berubah. Kakakku yang dulu begitu memanjakanku, menjadi dingin dan menjauh. Dan tunanganku... seakan cintanya padaku tiba-tiba berkurang setengah. Keluarga memuji Karina karena lembut dan patuh, menyebutnya anak yang jauh lebih baik daripada aku, darah daging mereka sendiri. Setelah berkali-kali tersisih karena Karina, aku akhirnya putus asa dan meraih lengan ayah. "Apakah hubungan darah nggak ada harganya di mata kalian?" Amarah ayah menyala. Ia melindungi Karina yang berlinang air mata di belakangnya, dan di depan setiap anggota keluarga, ia menamparku. "Kamu anak egois. Seandainya aku tak pernah melahirkanmu." "Kamu mempermalukan keluarga ini." Suara saudaraku Martin Mahendra sedingin es. "Pergi!" Dan tunanganku, Vincent Santoso, menatapku penuh kecewa. "Seandainya sejak awal yang bertunangan denganku adalah Karina." Mereka mengira aku akan merangkak di hadapan mereka, seperti biasanya. Tapi aku diam saja, berjalan ke brankas keluarga, mengeluarkan kartu keluarga, dan mencoret namaku dengan satu garis. Aku melepas cincin pertunangan dari jariku dan meletakkannya di atas meja. Aku memberikan Karina segala yang menurut mereka tidak layak kuterima. Bagaimanapun, aku hanya punya beberapa hari lagi untuk hidup. Yang tak mereka sadari adalah kelak, di atas kehancuran Keluarga Mahendra, mereka akan berlutut di bawah hujan, memohon aku kembali.
Short Story · Mafia
2.5K viewsCompleted
Read
Add to library
Setelah Semua Penderitaan Berlalu

Setelah Semua Penderitaan Berlalu

Suamiku selalu dipuji oleh teman-teman sebagai suami idaman. Semua orang bilang dia begitu mencintaiku dan menjagaku sepenuh hati. Hingga akhirnya aku pergi melakukan pemeriksaan kehamilan. Kakak sepupuku meneleponnya untuk berpamitan sebelum bunuh diri. Tanpa ragu sedikitpun, dia meninggalkan aku yang sedang hamil enam bulan dan pergi menemuinya dengan panik. Ibuku malah memintaku untuk berlapang dada dan ‘meminjamkan’ suamiku pada kakak sepupuku yang sedang depresi. Abangku juga memarahiku, “Kamu bisa tetap tinggal di rumah ini juga karena Susan membelamu! Jadi, apapun yang dia mau, kasih saja padanya!” Aku merasa ini sungguh keterlaluan. Padahal aku adalah keluarga kalian yang sebenarnya, dia hanyalah pencuri yang merebut posisiku. Namun, saat akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kalian semua, kenapa justru kalian yang menyesalinya?
Short Story · Realistis
2.2K viewsCompleted
Read
Add to library
Aku Tak Punya Siapapun Lagi

Aku Tak Punya Siapapun Lagi

Dokter berkata, aku hanya sisa tiga hari. Gagal hati akut. Satu-satunya harapan adalah uji klinis yang sangat berisiko, peluang terakhir dan paling tipis bagiku untuk bertahan hidup. Namun, suamiku, David, malah memberikan kuota yang tersisa kepada adik perempuan angkatku, Emma, yang juga merupakan ibu baptis putriku. Kondisi penyakitnya masih dalam tahap awal. Dia bilang itu adalah “pilihan yang tepat” karena dia “lebih pantas untuk hidup.” Aku pun menandatangani dokumen untuk menghentikan pengobatan dan meminum obat pereda nyeri berdosis tinggi yang diresepkan oleh dokter. Ganjarannya adalah organ dalamku akan gagal berfungsi dan aku akan kehilangan nyawa. Ketika aku menyerahkan perusahaan perhiasan dan rancangan desain yang telah aku kerjakan dengan susah payah kepada Emma, ayah dan ibu memujiku karena menjadi “kakak perempuan yang baik”. Ketika aku setuju untuk bercerai dan membiarkan David menikahi Emma, David mengatakan “akhirnya aku bersikap perhatian”. Ketika aku membiarkan anakku untuk memanggil Emma dengan sebutan ibu, anakku bertepuk tangan dengan gembira dan berkata, “Emma adalah ibu yang lembut dan baik.” Ketika aku memberikan semua hartaku kepada Emma, seluruh keluargaku menganggapnya wajar dan tidak melihat sesuatu yang aneh pada diriku. Aku sangat penasaran, apakah mereka masih bisa tertawa setelah mendengar berita kematianku?
Short Story · Realistis
6.8K viewsCompleted
Read
Add to library
Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna

Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna

Dokter mengatakan, tanpa terapi sel terbaru, aku hanya bisa hidup selama 72 jam. Namun, Tommy Harper memberikan satu-satunya kuota pengobatan itu kepada Anna Wilson. "Gagal ginjalnya lebih parah," ujar Tommy. Aku mengangguk, lalu menelan pil putih yang akan mempercepat kematianku. Dalam sisa waktu itu, aku melakukan banyak hal. Saat penandatanganan, tangan pengacara gemetar. "Saham senilai empat triliun ini, Anda benar-benar akan mengalihkan semuanya?" Aku menjawab, "Ya, berikan pada Anna." Putriku, Clarisa, tertawa bahagia dalam pelukan Anna. "Ibu Anna membelikanku gaun baru!" "Bagus sekali, nanti dengarkan perkataan Ibu Anna, ya," ujarku. Galeri seni yang kudirikan dengan tanganku sendiri, berganti nama menjadi milik Anna. "Kakak, kamu terlalu baik," ujarnya sambil menangis. Aku menjawab, "Kamu akan mengelolanya lebih baik dariku." Bahkan aku telah menyerahkan hak atas dana perwalian orang tuaku. Tommy akhirnya menampilkan senyuman tulus pertamanya selama bertahun-tahun. "Sofie, kamu sudah berubah. Kamu nggak lagi galak. Kamu yang seperti ini, sungguh cantik." Benar, aku yang sekarat ini akhirnya menjadi Sofie Barnes yang sempurna di mata mereka. Sofie yang patuh, dermawan, dan tidak pernah membantah. Hitungan mundur 72 jam telah dimulai. Aku sangat penasaran, ketika detak jantungku berhenti, apa yang akan mereka ingat tentangku? Apakah aku akan diingat sebagai istri baik yang akhirnya belajar melepaskan, atau sebagai seorang wanita yang menyelesaikan balas dendamnya dengan kematian?
Short Story · Realistis
17.1K viewsCompleted
Read
Add to library
Kali Ini, Aku Pilih Pergi

Kali Ini, Aku Pilih Pergi

Pada hari libur semester, unggahan di status WhatsApp yang paling viral adalah tentang diriku. Judulnya adalah, "Pak Bondan membawa putranya untuk merayakan ulang tahun cinta sejatinya. Apakah dia akhirnya berencana bercerai dengan Sofia Jayadi?" Aku diam-diam menyukai postingan itu. Saat ponselku berdering, aku sedang membongkar balon-balon yang telah disiapkan untuk hari jadi pernikahan. "Sayang," ujar suamiku dengan terburu-buru, ingin memberikan penjelasan. "Anak kita tiba-tiba merengek ingin pergi ke taman bermain, jadi aku ...." Di latar belakang, terdengar suara tawa anak kami. "Ayah, Bibi bilang kalau malam ini aku bisa tidur dengannya!" Aku menatap rumah yang berantakan ini. Balon-balon tampak terkulai lemas, sementara krim di atas kue sudah mengeras. "Kamu nggak perlu menjelaskan." Aku mendengar diriku berkata, "Aku memahami semuanya." Hanya saja, kali ini semuanya akan berbeda. Aku tidak menginginkan ayah dan anak ini lagi.
Short Story · Romansa
4.4K viewsCompleted
Read
Add to library
PREV
1
...
7891011
...
45
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status