Istri Dadakan Dosen Idaman
"Lalu kamu mau sampai kapan hidup seperti ini? Dikeluarkan dari kampus, dipanggil polisi karena tawuran, dilaporkan karena menabrak kendaraan dalam kondisi mabuk?"
"Oma ... aku masih muda. Aku masih pengin hidup bebas, jalanin hidupku sendiri!" Regita merengek. Suaranya mulai pecah, tubuhnya gemetar menahan gejolak dalam dada.
Menikah bukan keinginannya. Pernikahan orangtuanya yang berantakan, menyisakan trauma untuk Regita.
"Cukup!" potong Oma dingin. "Semuanya sudah Oma bicarakan pada keluarga calon suamimu. Lamaran akan dilakukan hari Sabtu ini dan menikah secepatnya di Minggu depan."
"Omaaaa—!" Regita menjerit frustasi, melempar bantal sofa ke lantai.
Regita terdiam dalam tangis yang tertahan. Sekuat apa pun ia ingin melawan, ia tahu hidupnya masih bergantung pada sang Oma. Rumah tinggal, biaya hidup, bahkan nama keluarganya.
"Kalau kamu tetap menolak." Suara Oma kembali terdengar, pelan tapi menusuk. "Mulai besok, kamu silakan cari tempat tinggal sendiri. Uang sakumu, makan, fasilitas, dan semua yang kamu gunakan, akan Oma cabut."
Regita terdiam. Sang Oma sedang tidak main-main.
"Bereskan dirimu. Jangan buat hal memalukan lebih besar lagi. Berhenti main-main dan kamu harus berubah!"
Menikah? Satu hal yang tidak pernah masuk ke dalam harapan Regita, tapi justru akan menjadi kenyataan yang tidak bisa ia hindarkan.