Share

AKU TUNGGU DUDAMU
AKU TUNGGU DUDAMU
Penulis: Senchaaa

Chapter 1| Wanita 120 Juta

"Eh, eh, apa ini? Main asal tangkap aja. Saya salah apa, Pak?" berontak Sharena saat polisi menangkap paksa dirinya yang baru memasuki kamar nomor 405.

"Jangan banyak omong, kalau mau bicara nanti saja di kantor polisi!"

"Enggak bisa gitu dong, Pak! Harus jelas dasar hukumnya. Apa alasan dan latar belakang Bapak menangkap saya kayak gini? Saya baru datang, tidak tahu apa-apa."

"Kamu SR, bukan?"

"Apanya yang SR?"

"Inisial nama kamu."

"Iya betul."

"Kamu ditangkap karena terlibat kasus prostitusi online!"

"Lah?" kaget Sharena, bagaimana bisa dia terlibat kasus prostitusi online? Mendaftar saja belum pernah. Tahu situsnya saja tidak.

"Bapak kayaknya salah tangkap, saya enggak pernah ikut yang begituan, sumpah!" Sharena berani jamin demi kehidupannya makmur, dia tidak pernah terlibat kasus seperti itu.

"Kamu bisa memberikan penjelasan lebih lanjut nanti, untuk sekarang ikut dulu, cepat!" polisi itu mendorong tubuh Sharena kasar dalam kondisi tangan si gadis sudah diborgol di belakang.

"Jangan kasar dong, Pak! Situ aparat atau preman?!" sentak Sharena emosi, urat takutnya sudah putus hingga berani membentak polisi.

"Makanya kooperatif kalau jadi orang.  Sudah salah, banyak tingkah. Nyari kerja tuh yang halal!" komentar pedas polisi itu membuat harga diri Sharena terkoyak. Emosinya langsung melambung ke puncak.

"Lepas! Saya enggak salah!" Sharena terus berontak, polisi itu lama-lama kesal. Karena kondisi dipengaruhi situasi dan kondisi ia berani mendorong Sharena hingga terhuyung ke depan.

Gadis cantik berkaki jenjang itu nyaris jatuh, untung ada seseorang di depannya yang menangkap dengan sigap.

"Jangan kasar pada wanita," kata orang itu membela Sharena.

"Siap, maaf, Dan!"

Sharena mendengus sebal pada polisi songong yang tadi memborgolnya. Sudah ia duga bahwa polisi itu hanya oknum yang tega bersikap tidak pantas. Masa ada aparat yang tega menghakimi warga sipil, sekalipun orang jahat, aparat tidak akan menghakimi apalagi menyerang dengan semena-mena.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya orang yang disebut 'Dan' itu.

Sharena mendongak, tubuhnya masih tertahan tangan sang pria. Suasana dan waktu membeku, mata hitam legam itu menyerap kesadaran Sharena jauh ke dasar alam bawah sadar. Hingga tibalah ia pada muara bernama lamunan.

"Nona, Anda baik-baik saja?" tanya pria itu sekali lagi, Sharena menggeleng cepat—menarik paksa pikirannya dari lembah lamunan.

"Ah, iya, Mas eh Pak, s-saya baik-baik saja."

Jangan salahkan lidah Sharena yang tiba-tiba belibet, tanyakan saja pada pria di depannya itu, kenapa dia tampan dan menawan sekali?

"Ikut kami ke kantor untuk pemeriksaan, jika kamu terbukti tidak bersalah maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas orang itu sopan.

Sharena tidak mengedip, dia hanya mengangguk kecil kemudian mengikuti langkah pria memesona itu tanpa paksaan atau rasa keberatan.

***

Di ruang pemeriksaan, Sharena tidak berhenti terheran-heran dengan apa yang menimpanya. Sharena sempat menampar pipinya sendiri untuk memastikan bahwa ini semua ini hanya mimpi. Sayangnya, harapan Sharena harus pupus digerus fakta bahwa kesialan ini benar-benar nyata.

"Berdasarkan hasil penyelidikan tim kami, saudara SR terbukti terlibat dalam transaksi di situs prostitusi online sebagai penyedia layanan jasa. Transaksi terakhir yang Anda lakukan dikenai biaya 120 juta per malam dengan pelanggan pria berusia 45 tahun berinisial AT. Apa itu benar?"

"Harus berapa kali saya menegaskan Pak kalau saya bukan SR yang dimaksud dalam situs online itu! Saya tidak pernah jual diri online apalagi dengan harga 120 juta, itu terlalu murah."

Kepala bagian tim investigasi mengembuskan napas berat. Lelah sekali menginterogasi wanita keras kepala seperti Sharena. Satu jam sudah berlalu namun belum ada hasil apa pun dalam interogasi ini.

"Anda tidak bisa menyangkal karena semua bukti sudah terkumpul jelas. Itu ada print out identitas Anda, nomor rekening, sekaligus bukti bahwa Anda check in di hotel. Semua data itu kami dapatkan dari situs prostitusi online yang Anda gunakan."

"Wahhh, lama-lama aku benar-benar bisa gila karena kondisi ini," desis Sharena frustrasi, ia mengacak rambutnya lalu lanjut berkata, "Dengar, Pak, saya memang memesan kamar hotel untuk tiga hari ke depan. Saya datang ke kota ini dengan maksud liburan, saya mau me time di hotel bintang lima yang terkenal seantero kota Kembang. Bukan mau jual diri apalagi sama om-om genit. Saya kalau mau begituan mending sama yang ganteng sekalian, Pak. Maaf, maaf, aja nih, selera saya tinggi banget. Sekelas Christian Ronaldo sama Lee Minho, kalau sama model begitu baru saya pertimbangkan tawaran jual dirinya."

"Kamu ditanya serius malah bercanda, kamu pikir saya main-main, hah?!"

"Astagaaa, menurut Bapak ekspresi saya mencerminkan orang yang sedang bercanda apa? Saya panik, saya bingung, saya takut, saya enggak ngerti kenapa tiba-tiba terjerat kasus prostitusi online padahal saya enggak tahu apa-apa. Pikir baik-baik deh, Pak, saya ini Sharena Riyanti—aktris yang sedang naik daun. Bapak tahu sinetron 'Mencintai Suami Sahabatku' tidak? Saya yang jadi Salsa, yang mendapat gelar musuh emak-emak satu Indonesia tahun ini, tahu kan Pak?"

"Nona SR tolong, kita tidak sedang membahas  asal usul Anda. Yang ingin saya dengar adalah pengakuan Anda tentang keterlibatan  dalam kasus prostitusi online ini!"

Sharena ingin membakar kantor polisi ini sekarang juga. Kesal sekali dia pada polisi cerewet bermulut cabai ini. Sharena muak dikurung bersamanya selama satu jam, ke mana perginya polisi tampan tadi? Sharena lebih baik diinterogasi pria itu,  satu hari satu malam pun dia jabani kalau pria tadi yang bertanya.

Clek!

Pintu ruangan itu terbuka, seorang pria berseragam rapi masuk dan mendekati Sharena. Ah, tepatnya berjalan menuju polisi yang ada di hadapan wanita itu.

"Masih belum selesai?" tanya pria itu tenang.

"Belum, Dan, nona ini benar-benar keras kepala. Dia tidak kooperatif dan tetap menyangkal semua tuduhan."

"Eh, Bapak, jangan asal bicara ya bilang saya tidak kooperatif. Saya sudah menjawab semua pertanyaan sesuai fakta. Tidak ada yang dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi. Kalau saya bilang tidak terlibat ya artinya tidak terlibat!" semprot Sharena tidak terima dirinya dijelek-jelekkan di hadapan pria tampan.

"Biar saya yang melanjutkan, sebentar lagi pihak pengacara dan manajer nona SR akan tiba. Kita bisa meminta keterangan lebih jelas nanti."

"Baik, Dan, saya permisi kalau begitu."

Pria itu mengangguk lalu duduk menggantikan si polisi cerewet tadi. Sharena tersenyum senang mendapati si tampan ada di hadapannya. Ini hari tersial yang menyenangkan jika sejak tadi Sharena berbicara dengan si tampan.

"Mas, ah, maksudnya pak polisi percaya sama aku, kan? Aku enggak terlibat kasus itu, Pak. Sumpah deh. Karierku sedang bagus-bagusnya, setelah lima tahun debut sebagai pemain sinetron akhirnya saya dapat peran penting dan mendapat apresiasi luar biasa dari penonton. Mana mungkin aku sebodoh itu melakukan sesuatu yang bisa menghancurkan mimpi besarku, Pak," papar Sharena dengan lebih santai dan terbuka, tidak seformal seperti dengan polisi sebelumnya.

"Kalau boleh saya tahu, bagaimana kronologi Anda bisa ada di tempat kejadian?  Saudara AT yang tak lain adalah tamu Anda sudah mengakui bahwa dia mengatur janji temu dengan Anda malam ini. Kami menggrebeknya lebih dulu di kamar 405, sepuluh menit kemudian Anda tiba dan memegang kunci yang sama untuk kamar itu."

"Enggak paham, Pak. Begini, aku ceritakan kronologisnya. Minggu ini aku dapat jatah libur syuting selama tiga hari. Waktu singkat itu mau aku gunakan untuk me time di kota ini, rencananya besok manajerku juga akan menyusul. Memang benar aku check in hotel atas namaku, tapi aku tidak tahu menahu soal si AT yang juga memesan kamar itu. Aku tidak kenal dia, belum pernah berkomunikasi dengannya, apalagi bertemu dengannya. Sumpah, Pak, aku mengatakan yang sejujurnya."

"Sebaiknya Anda berkata jujur, Nona, untuk mempermudah kasus ini selama diproses. Jika langsung mengakui kemungkinan hukumannya juga akan lebih ringan."

Sharena ingin mengacak-acak rambutnya lagi tapi ia harus jaga image di depan si polisi tampan. Dia tidak mau penampilannya buruk di detik-derik krusial ini. Setelah kasus salah paham ini tuntas, Sharena sudah berniat mendekati sang polisi secara personal. Mata dan hatinya sudah telanjur tertaut.

"Bapak Sakalangit Bastara yang terhormat, sejak aku masuk ke ruangan ini tidak ada satu pun dusta yang aku ucapkan. Semua omonganku fakta, nyata, real no hoaks!" tekan Sharena menggebu-gebu, dia menahan diri untuk tidak menggebrak meja di depan Saka. Nama pria itu sungguh menawan serupa parasnya, Sharena beruntung karena kepikiran untuk membaca nama sang polisi dari seragamnya.

"Kita lihat, apakah Anda masih bisa mengatakan hal demikian setelah melihat bukti-bukti otentik ini."

Suara mesin cetak terdengar membelah sunyi yang tersisa, selembar hvs keluar memperlihatkan gambar hasil tangkapan layar. Saka memberikan gambar itu pada Sharena, tangan Sharena bergetar, ia menatap gambar itu dengan hati terluka. Lapisan kaca di retinanya hampir pecah, Sharena tidak tahu harus berkata apa.

"Bagaimana bisa ini ...." suara Sharena semakin parau, tenggorokannya tak mampu meloloskan sederet pertanyaan yang ingin ia ajukan.

"Masih mau mengelak?" tekan Saka mengintimidasi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Panti Maryati
Aku mampir thor....spt nya bakalan seru deh ceritanya,semoga aku punya cukup bonus buat buka tiap eps nya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status