Share

Bab 3

Judul: Aku tak mau bercerai.

Part: 3

***

Aku pulang ke rumah ketika sudah selesai menutup toko.

Ruben mengantarkan aku dengan mobil super mahal miliknya.

Di perjalanan aku bersebelahan dengan Mas Farhan, saat lampu merah menyala.

Kaca mobil yang dibuka Ruben membuat Mas Farhan menatap ke arah kami.

Aku juga sempat menoleh sekilas, dan mencoba memalingkan pandangan lagi.

Lia pun tampak heran dan tercengang melihat aku bersama seorang laki-laki yang tak kalah tampan dari Mas Farhan.

Saat lampu merah berganti, laju mobil dijalankan Ruben. 

"Tik, sebenarnya saya nanti malam ada pertemuan keluarga. Orang tua saya ingin menjodohkan dengan seseorang, tapi jujur saja, saya tidak siap. Masa iya pria setampan saya dan sepintar saya pakai dijodohkan segala," ucap Ruben.

Terdengar angkuh, hingga membuat aku menarik napas panjang. Kata-katanya mengingatkan aku dengan Mas Farhan.

Ah, ternyata laki-laki yang kaya dan fisiknya sempurna semua sama saja.

"Lalu kenapa meminta aku untuk menemani?" tanyaku penasaran.

"Jangan geer dulu! Saya akan memberikan bayaran yang besar untukmu jika mau berpura-pura menjadi kekasih saya."

Mataku membesar. 

"Apa?"

"Iya, cuma sandiwara. Lagian kalau saya mau, pasti banyak cewek cakep dan seksi yang bersedia menemani saya. Hanya, saya tidak ingin ribet. Biasanya yang cantik sangat bawel."

"Oo ...." Mulutku membuat lingkaran bulat.

"Jadi bersiaplah nanti malam jam delapan!"

Aku mengangguk dengan ragu sembari turun dari mobil karena kami telah sampai.

"Terima kasih," ucapku.

Ruben tak merespon, ia langsung menutup kaca mobilnya dan berlalu.

Ah, dasar. Laki-laki angkuh. 

Saat aku melangkah ke depan pintu, ternyata Ibu dan Adelia sedang berdiri dan menatapku.

"Siapa tadi Kak? Hebat juga Kakak, ya! Lepas dari Mas Farhan yang tampan, dapat gebetan baru yang tak kalah tampan. Kelihatannya kaya pula," sindir Adel.

Aku berdehem pelan, dan berniat melewati keduanya.

Akan tetapi, Ibu menahan pergelangan tanganku. "Tunggu!"

"Apa, Bu. Aku capek, mau istirahat sebentar," ucapku dengan malas.

"Siapa laki-laki tadi?"

Pertanyaan itu lagi yang keluar.

"Dia teman aku, Bu."

"Cuma teman? Bukan pacar?"

"Bukan."

"Kalau begitu dekati! Pastikan dia mau denganmu!"

"Apa, Bu?" 

Ibuku benar-benar kehilangan akal. Aku belum resmi bercerai dengan Mas Farhan, dan aku tak ada niat bercerai.

Dia menjatuhkan talak satu. Artinya aku masih bisa kembali. Tak pernah terniat membuka hati untuk laki-laki lain lagi.

Di hatiku tetap satu, yaitu Mas Farhan.

Lagi pula Ruben tidak mungkin menyukai wanita gendut sepertiku.

"Ibu jangan bicara omong kosong. Aku capek, tolong biarkan aku istirahat."

Aku bergegas masuk ke dalam kamar. Walau Ibu masih berteriak memanggil namaku. Aku tak peduli. Lelah jika harus meladeni sikap Ibu.

-

-

Malam harinya, tepat pukul delapan. Suara klakson mobil membuat semua penghuni rumah keluar.

Aku berlari, sedangkan yang lain sudah lebih dulu ke depan.

Terlihat Adelia mengajak Ruben bicara, bahkan mengajak masuk.

Aku perlambat langkahku hingga duduk di sofa.

"Nak Ruben mau ke mana?" tanya Ibu dengan begitu lembut.

"Ada urusan, Tante. Saya izin mengajak Tika," sahutnya.

"Mas yakin ingin mengajak Kakak saya?" tanya Adel pula.

Aku menoleh sekilas ke arah Ayah. Beliau menunduk tak enak hati. Dengan lembut aku menyentuh punggung tangannya dan tersenyum.

Ayah membalas senyumku dengan sorot mata sedih. Aku mengerti dengan apa yang saat ini Ayah pikirkan.

"Kenapa bertanya begitu?" Ruben menautkan alis.

"Ya, lihat saja! Mas Ruben sangat tampan, sedangkan Kakak saya ...."

Kalimat Adel menggantung sembari melirik ke arahku.

"Tidak masalah, kami hanya ada urusan sebentar. Setelah itu langsung pulang. Oya, kamu cantik, dari penampilanmu terlihat sangat terawat."

Dasar buaya. Bisa-bisanya dia merayu Adikku di depan aku dan orang tuaku.

"Ah, Mas bisa saja. Adel jadi malu."

Ibu dan Adel tersenyum-senyum. Aku hanya menghela napas kasar.

-

-

Kini aku dan Ruben sudah berada di depan rumah besar miliknya.

Bangunan itu bertingkat tiga, tampak begitu mewah dan elegan.

Kakiku bergetar ketika melangkah mendekat ke arah pintu. 

Bel ditekan, tak lama pintu dibukakan oleh seorang wanita paruh baya. Pasti beliau ini adalah pembantunya.

"Den, silakan masuk! Sudah ditunggu Tuan dan Nyonya," ujarnya.

Ruben mengangguk, dan memberi isyarat padaku untuk mengikutinya.

"Maaf sedikit telat, Mi, Pi."

"Tidak masalah. Duduk!" perintah orang tuanya.

Aku mencoba menetralkan degup jantungku. Keluarga Ruben terlihat sama angkuhnya dengan putranya ini. Aku semakin salah tingkah.

"Mana wanita yang ingin kamu kenalkan pada Mami dan Papi?" tanya Maminya.

Ruben menunjuk ke arahku dan berkata, "Ini, Mi. Namanya Tika Pramita."

"Apa?"

Kedua orang tua Ruben terkejut dengan begitu kompak.

Miris memang nasibku. Karena fisik yang begitu menyedihkan ini membuat semua membuliku.

"Sa--saya ... nama sa--saya Tika, Tante, Om." Aku bicara dengan terbata-bata sambil mengulurkan tangan.

Jika bukan karena uang yang ditawarkan Ruben begitu besar. Aku tidak akan mau menerima sandiwara ini. Namun, apalah daya. Adelia membutuhkan biaya untuk membayar tanggungan kuliahnya.

"Hey, Tika! Panggil saja, saya Tante Ani. Ini suami saya, panggil saja Om Robet."

Aku bergeming, ternyata respon orang tua Ruben diluar dugaanku. Setelah ekspresi kaget yang ia perlihatkan, detik berikutnya mereka malah tersenyum ramah.

Kepalaku benar-benar ingin pecah malam ini.

"Baik, Tante. Tante cantik sekali ketika tersenyum," ucapku jujur.

Tante Ani bahkan sangat langsing dan seksi. Wajahnya juga awet muda. Beliau benar-benar cantik. Jika aku berjalan dengannya, mungkin semua mengira kalau kami adalah teman.

"Terima kasih, sayang. Kamu juga cantik jika ditangani dengan benar," sahutnya.

Aku sontak membuat lengkungan di bibirku. Jujur saja, aku tak menyangka jika mendapat respon semanis ini.

"Jadi Mami dan Papi setuju kan membatalkan rencana perjodohanku dengan Michele?" tanya Ruben.

"Iya. Seperti janji Mami, dan Papi. Ketika kamu membawa pilihanmu, dan kami suka padanya, maka perjodohan dibatalkan."

Apa?

Jadi kedua orang tua Ruben suka padaku?

Ya, Allah ... mimpi apa aku semalam?

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status