Home / Fantasi / Algoritma Cinta Cypher / Chapter 16 : Protokol Alpha

Share

Chapter 16 : Protokol Alpha

Author: Ivy Morfeus
last update Last Updated: 2025-09-01 17:59:30

2035

Adrian menatap layar monitor besar yang menampilkan sebuah garis waktu bergelombang, ditandai dengan berbagai data aneh. Di sampingnya, Profesor Ellery, seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut putih yang berantakan, mengangguk perlahan.

“Singularitasnya stabil, Adrian,” kata Profesor Ellery, nadanya tegang. “Kami berhasil mencegahnya untuk tidak menghancurkan diri. Pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu juga berhasil.”

Andrian mengamati layar, tatapannya terlihat serius, juga ada semburat kesal di matanya.

“Tapi aku nggak menemukan Cypher di tahun 2025. Hanya ada 10 menit di titik ini. Tapi setelah itu jejak Cypher hilang.”

Adrian mengetuk layar yang menampilkan titik koordinasi lokasi. Jendela baru terbuka, kali ini menunjukkan sebuah peta. Jari telunjuk dan ibu jarinya bergerak memperbesar titik.

Profesor Ellery mengernyit. "Itu nggak mungkin. Kami mengirim Cypher ke tahun 2025 dengan protokol ketat, tujuannya untuk….”

“Aku tahu, untuk mencegah adikku bunuh diri. Tapi bukan itu yang terjadi.” Adrian menunjuk gambar mansion yang muncul di layar. “Ini mansion ku, beberapa hari yang lalu Cypher muncul selama 10 menit di sini, tapi setelah itu menghilang bersama Seraphina.”

Wajah Profesor Ellery pucat. Ia menelan salivanya dengan berat. Butiran keringat sebesar biji jagung mulai muncul di dahinya.

“B-bagaimana bisa, aku —”

Adrian menekan sebuah tombol, dan garis waktu di layar terbelah menjadi dua. Garis yang satu tetap lurus, sementara garis yang lain berkelok, menciptakan anomali yang berbahaya.

“Ini adalah data yang kurahasiakan darimu, Profesor.” Adrian menoleh ke Ellery, tatapannya tajam. “Setelah pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu, anomali temporal tiba-tiba terjadi. Aku nggak bisa menemukan mereka di tahun 2025. Aku pikir kamu menyadarinya. Tapi ternyata, tidak.”

Adrian melirik ke arah Profesor Ellery yang tengah gugup. Sorotan matanya yang dingin, membuat orang tua itu menunduk takut.

“Aku menemukan ini beberapa jam yang lalu, sinyal dari tahun 2023 muncul,” jawab Adrian, “Kesimpulan yang kudapatkan, jiwa Seraphina yang nggak stabil dan memori yang terfragmentasi justru membawa mereka kembali ke masa lalu yang lebih jauh. Ia kembali ke tahun 2023. Ia kembali ke waktu di mana kejadian bejat itu belum terjadi.”

Profesor Ellery terpana. "Tunggu. Ini nggak mungkin. Teknologi ini hanya bisa mengirimkan satu entitas dalam satu waktu. Gimana bisa Seraphina…"

“Dia adalah pemicu dari Singularitas, Profesor,” potong Adrian. “ia adalah kunci untuk menghentikan ini. Ia kembali ke masa lalu karena anomali itu sendiri.”

“Apa yang akan terjadi?” tanya Profesor Ellery, ekspresinya berubah menjadi khawatir.

“Aku nggak tahu. Tapi aku yakin Cypher dan Sera akan bekerja sama untuk mengubah masa lalu. Mereka akan berusaha untuk mengubah masa lalu dan mencegah hal buruk itu terjadi.” Adrian menoleh ke arah Profesor Ellery, tatapannya penuh harapan. “Mereka bakal berhasil. Aku yakin itu.”

“Apa kamu nggak khawatir? Mereka bisa saja mengubah masa depan,” tanya Profesor Ellery.

“Aku lebih khawatir kalau mereka nggak melakukannya,” jawab Adrian. “Aku akan menunggu mereka. Kalau mereka berhasil, ini akan jadi akhir dari misi ini. Tapi kalau mereka nggak berhasil, aku harus melakukan sesuatu.”

======= • • • =======

2023

Seraphina dan Cypher duduk dalam keheningan yang nyaman. Laptop Cypher sudah tertutup, dan suasana studio seni itu kini terasa lebih tenang. Seraphina menatap ke luar jendela, pikirannya melayang memikirkan Adrian.

"Apa dia bakal balas chat ku?" bisik Seraphina, suaranya pelan.

"Pasti," jawab Cypher lugas. "Dia sangat menyayangimu, Seraphina."

"Nggak," Seraphina membantah. "Kamu nggak tahu. Adrian nggak pernah peduli sama aku. Dia selalu sibuk, selalu jauh, selalu acuh tak acuh."

Cypher menyilangkan tangannya di depan dada. "Data tidak pernah berbohong. Aku sudah menganalisis interaksi kalian selama ini. Dia tidak acuh tak acuh. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan orang. Adrian adalah seorang jenius yang terlalu fokus pada pekerjaannya.”

Seraphina menghela napas. "Dia nggak bakal percaya sama cerita gila kita."

"Tentu tidak. Karena itu kita tidak akan menceritakan kisah ini padanya," Cypher berkata. "Kita akan bermain permainan kepercayaan. Aku akan memberimu informasi yang hanya dia yang tahu. Informasi yang tidak akan pernah kau tahu, dan itu akan membuatnya percaya padamu."

Seraphina menoleh, matanya dipenuhi keraguan. "Informasi apa?"

"Tahun 2017, Adrian sedang mengerjakan proyek augmented reality untuk sebuah perusahaan. Mereka memiliki masalah dengan kodenya. Mereka tidak bisa menemukan sumber masalahnya."

"Terus?"

"Kau tidak akan pernah tahu ini, tapi saat itu, kau menemukan masalahnya. Kau memberitahunya tentang bug kecil di dalam kode itu. Kau bahkan tidak tahu apa yang kau lakukan, tapi kau menyelesaikannya. Kau memberikannya kepadanya saat ia sedang frustrasi dengan pekerjaannya. Sejak itu, ia memujamu. Dan itu adalah salah satu alasan kenapa Adrian tidak pernah peduli padamu."

Seraphina menatap Cypher, matanya membelalak kaget. Ia tidak pernah tahu cerita itu. Ia tidak pernah tahu kalau ia memiliki kemampuan untuk membantu Adrian.

"Kenapa dia nggak pernah peduli sama aku?" Seraphina memotong. 

"Dia bukan tidak memperdulikanmu, tapi berusaha menjagamu. Dia tahu kau berbakat. Jika orangtuamu mengetahui itu, pasti akan memaksamu menanggung beban berat sebagai pewaris perusahaan Nexus Systems. Ia sengaja menjauhkanmu dari beban besar itu. Tapi sekarang, dia sedang membuat perusahaan baru sendiri. Itu membuatnya lebih leluasa untuk membantumu. Lagipula saat ini dia membutuhkanmu."

Tiba-tiba, ponsel Seraphina bergetar. Sebuah notifikasi pesan masuk. Pesan dari Adrian. Seraphina menatap Cypher, tangannya gemetar.

"Buka," kata Cypher meyakinkannya.

Perlahan Seraphina membuka ponselnya. Di layar, muncul pesan yang sangat singkat, hanya tiga kata.

[‘Di mana kamu?’]

Seraphina membalik ponselnya ke arah Cypher, seakan mempertanyakan apa yang harus ia lakukan. Cypher tersenyum.

"Jawab dia," kata Cypher. "Ini adalah permainanmu. Kau yang akan mengendalikannya. Bukan Cassian. Bukan Adrian. Kau."

Seraphina menarik napas dalam-dalam. Ia mulai mengetik balasan.

["Aku di kafe dekat kampus. Bisa ketemu sekarang?"]

Pesan terkirim. Adrian segera membalasnya.

[‘Okay. Di mana?’]

["Drury Covent Garden. Aku akan menunggumu di sana.”]

Adrian membalas,

[‘Oke. Sampai jumpa di sana.’]

Pesan terkirim. Seraphina menatap Cypher. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kita pergi," jawab Cypher. "Aku akan membawamu ke sana. Setelah itu, kau akan sendirian."

Seraphina mengernyit. "Sendirian? Kamu nggak ikut?"

"Tentu tidak," jawab Cypher. "Adrian tidak boleh tahu aku ada di sini. Dia akan curiga, dan itu akan merusak rencanamu. Aku akan mengawasi dari kejauhan. Aku akan memandumu."

Tangan Cypher mengepal sebentar, sebuah cahaya biru tipis terpancar sepersekian detik, mengaktifkan nanoteknologi yang membentuk desain earphone sesuai dengan yang diinginkan. Lalu tak lama ia membukanya. Tepat di telapak tangannya muncul sepasang earphone transparan, dengan efek hologram yang menampilkan warna pink keunguan yang berubah-ubah, tergantung sudut pandang pengamatnya. 

Seraphina mengambil earphone itu dan mengamatinya, matanya berbinar saat melihat warna pink itu berubah menjadi kilau keunguan saat ia memutarnya.

“Ini apa?”

“earphone. Supaya aku bisa berkomunikasi denganmu saat di kafe. Ini menggunakan teknologi komunikasi nirkabel yang memungkinkan kita berkomunikasi secara real-time.” jelas Cypher.

Seraphina menaikkan alisnya, takjub. Lalu mencoba untuk memakainya di sebelah telinganya.

“Gini cara pakainya?” tanyanya sembari berusaha memasangnya tapi terlihat kesulitan. earphone itu terus terlepas. Cypher mendekat,

“Aku bantu pasangkan,” dengan lembut Cypher menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Seraphina. Jantung Seraphina kembali berdebar.

‘Wajahnya terlalu dekat,’ gumamnya dalam hati.

“Tempel, lalu tekan lembut. earphone ini menggunakan sensor yang dapat mendeteksi ukuran telinga dan menyesuaikan diri secara otomatis.” ucap Cypher. Ujung jemarinya yang dingin menyentuh daun telinga Seraphina. Membuat Seraphina menahan napas.

Zziinngg…

Benar saja, setelah Cypher menekan pelan earphonenya, suara desingan lembut terdengar, dan dengan nyamannya kedua earphone itu menempel di telinganya. Bahkan Seraphina sampai mengerjapkan matanya dengan takjub karena ia merasa seperti tidak menggunakan apapun di telinganya. Sangat ringan.

“A-apa perlu dihubungkan ke HP?” tanya Seraphina tergagap, ketika ia menyadari mata mereka saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat. Iris mata abu-abu gelapnya Cypher terlihat sangat cantik, tapi juga dingin.

‘Siapa yang menciptakan robot setampan ini? Dia benar-benar sempurna untuk dijadikan pacar…’ kata Seraphina dalam hati.

“Apa yang aku pikirin sih?!” Tiba-tiba, tanpa sadar ia memekik. Ia mundur beberapa langkah.

“Seraphina, ada apa? Kau tidak mendengarkanku?” tanya Cypher.

Dengan gugup, Seraphina menggeleng cepat.

“M-maaf, bisa diulangi lagi gimana cara kerjanya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 17 : Sintaks Salah

    "Cypher, kamu dengar aku?" bisik Seraphina. Seraphina sudah berada di dalam Drury Covent Garden. Kafe itu ramai, namun musik jazz yang diputar membuat suasana terasa tenang. Ia memilih sebuah meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian. Ia duduk, meletakkan ponselnya di atas meja. Tangan-tangan Seraphina terasa dingin dan bergetar, ia merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Tangannya terangkat, menyentuh telinganya, memastikan earphone transparan itu sudah terpasang dengan nyaman. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Cypher?” panggilnya lagi. ‘Aku dengar. Suaramu terdengar jelas, Seraphina. Tenang. Aku di sini,’ jawab Cypher, suaranya tenang dan tanpa emosi. “Sorry,” bisik Seraphina lagi. “Aku gugup. Gimana kalau dia nggak percaya sama aku? Gimana kalau dia malah menganggap aku gila?” ‘Dia akan percaya. Ingat, Adrian tidak percaya pada orang lain selain dirinya. Kita tidak akan memintanya untuk percaya padamu, tapi

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 16 : Protokol Alpha

    2035 Adrian menatap layar monitor besar yang menampilkan sebuah garis waktu bergelombang, ditandai dengan berbagai data aneh. Di sampingnya, Profesor Ellery, seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut putih yang berantakan, mengangguk perlahan. “Singularitasnya stabil, Adrian,” kata Profesor Ellery, nadanya tegang. “Kami berhasil mencegahnya untuk tidak menghancurkan diri. Pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu juga berhasil.” Andrian mengamati layar, tatapannya terlihat serius, juga ada semburat kesal di matanya. “Tapi aku nggak menemukan Cypher di tahun 2025. Hanya ada 10 menit di titik ini. Tapi setelah itu jejak Cypher hilang.” Adrian mengetuk layar yang menampilkan titik koordinasi lokasi. Jendela baru terbuka, kali ini menunjukkan sebuah peta. Jari telunjuk dan ibu jarinya bergerak memperbesar titik. Profesor Ellery mengernyit. "Itu nggak mungkin. Kami mengirim Cypher ke tahun 2025 dengan protokol ketat, tujuannya untuk….” “Aku tahu, untuk mencegah adikku bunuh d

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 15 : Singularitas Seraphina

    Seraphina mengikuti Cypher ke sebuah ruangan yang terlihat seperti studio seni, dengan kanvas-kanvas kosong bersandar di dinding. Hingga sampai di tengah ruangan, matanya menangkap sebuah meja kerja baja dengan laptop futuristik yang menyala. "Duduklah, Seraphina," kata Cypher, menunjuk kursi di depan meja. "Aku harus melakukan ini sekarang. Proses ini tidak akan lama." Seraphina mengangguk, masih memproses emosinya yang campur aduk. Setidaknya ia lega, lehernya kini sudah kosong dari syal biru navy, ringan seperti beban yang telah terangkat. "Apa yang bakal terjadi kalau kamu nggak ngelakuin itu?" tanya Seraphina, duduk di kursi. Cypher mengarahkannya ke monitor. "Ada risiko data corruption. Data itu bisa terdistorsi, atau bahkan hilang. Aku tidak bisa mengambil risiko itu." "Oke," jawab Seraphina, suaranya tenang. "Terus, apa rencananya?" Cypher membuka laptopnya. Layar itu menampilkan kode-kode biner yang mengalir dengan cepat. "Rencananya akan kujelaskan setelah proses

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 14 : Dua Kali Terkejut

    Seraphina mengikuti Cypher dengan linglung. Mobil yang terbuka kuncinya dengan sekali sentuh oleh Cypher, bukanlah hal yang paling mengejutkan yang ia lihat hari ini. Begitu duduk di kursi penumpang, Seraphina menatap Cypher yang kini mengemudi. Di bawah sinar matahari yang bersinar terang, wajahnya terlihat sempurna. Kulitnya, gerak-geriknya, bahkan kedipan matanya, semuanya tampak alami. Tidak ada sedikitpun celah yang menunjukkan bahwa ia hanyalah sebuah mesin. "Aku tahu aku bakal terlihat bodoh kalau tanya seperti ini, tapi… kamu beneran robot?" gumam Seraphina. Suaranya terdengar tidak yakin. "Entitas," Cypher mengoreksi, matanya tetap fokus pada jalanan. "Aku adalah entitas yang dirancang." "Tapi... kulitmu terasa nyata. Sentuhanmu. Suaramu. Bola matamu… ah, aku pernah melihatnya menyala waktu kamu tangkap aku di taman malam itu. Tapi hanya itu satu-satunya yang terlihat aneh," kata Seraphina, teringat malam saat ia mencoba terjun dari balkon rumahnya, dan Cypher berhasil m

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 13 : Kekacauan di Kantin

    Seraphina berjalan melewati trotoar kampus, syal wol biru navy melingkar di lehernya. Sepanjang langkahnya ia tersenyum, sesekali bersiul. Syal itu terasa hangat di lehernya, bukan hanya dari bahannya, tetapi juga dari kenangan yang menempel pada malam sebelumnya. Ia menghela napas panjang, ia menyukai hadiah dari Cassian, tapi tak dapat dipungkiri di lubuk hatinya masih ada sedikit rasa kegelisahan. Tapi sejak bangun tidur pagi ini, dia sudah bertekad untuk menyingkirkan jauh-jauh rasa gelisahnya. Ia akan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Cassian. Dan memberitahu Cassian tentang watak asli geng-nya yang bejat. “Rico dan teman-temannya yang melakukannya. Bukan Cassian. Mungkin Cassian juga nggak tau tentang kejadian malam itu. Jadi, aku akan mempengaruhinya untuk meninggalkan geng nya itu.” gumam Seraphina bertekad. Tak lama, sosok Genn muncul dan langsung merangkul pundaknya dengan akrab. Di sisi lain, Cassian mendekat dan menggenggam tangan Seraphina dengan lembut. "Wow! S

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 12 : Imbalan Hadiah

    Seraphina duduk di bangku taman yang sepi, di bawah lindungan pohon ek besar. Angin musim semi menerbangkan beberapa helai rambutnya. Di sampingnya, Cassian duduk dengan bahu tegap dan senyum menenangkan. Ini adalah tempat yang sering mereka kunjungi, tempat yang seharusnya terasa nyaman. Namun, bagi Seraphina saat ini, ia justru merasa gelisah."Aku tahu ini aneh, Sera. Kamu tiba-tiba menghilang, lalu mengirimiku pesan seperti itu," Cassian memulai, suaranya lembut. "Tapi aku senang kamu menghubungiku. Aku cemas setengah mati.""Aku… aku cuma butuh seseorang, Cassian," gumam Seraphina. Ia tidak berani menatap mata Cassian.Cassian tersenyum, lalu menyentuh tangan Seraphina dengan lembut. “Aku selalu di sini untukmu. Kamu tahu itu, kan?”Seraphina mengangguk pelan. Sentuhan Cassian terasa seperti listrik yang mengalir di kulitnya, tetapi bukan kehangatan. Melainkan getaran yang aneh.Cassian kemudian mengeluarkan tas kertas dari sisinya. "Ini," katanya sambil menyodorkannya pada Serap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status