Share

22. Perjanjian

Penulis: UmmiNH
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 08:34:38

"Mbak, tolongin gue ya? Umpetin gue," ucap Sonia sambil menggenggam kedua tangan Marisa.

Sonia terlihat panik, dia terus-terusan menengok ke belakang.

"Huhhh,, untung aja bus nya langsung jalan," ucap Sonia sambil menghembuskan nafas lega.

"Memang ada apa?" tanya Marisa sambil ikut menoleh ke belakang.

"Tuh, orang-orang itu ngejar-ngejar gue terus," ucap Sonia sambil menunjuk dua orang laki-laki berbaju serba hitam yang sedang celingukan di belakang sana.

"Sonia, kenapa kamu gak pulang saja? Supaya hidup kamu tenang, gak dikejar-kejar kaya gini lagi," ucap Marisa mencoba menasehati.

"Ih, gila kali. Mana mau gue pulang. Ini juga gara-gara bang Jack yang ngebocorin kepulangan gue sama bokap, jadinya gue dikejar-kejar lagi. Tapi untungnya gue berhasil kabur, kalau nggak ... Iihh, amit-amit banget gue nikah sama juragan narko*a," ucap Sonia panjang lebar.

"Apa? Juragan nar*oba?" tanya Marisa dengan terkejut.

"Iya, gue juga gak habis pikir sama bokap gue yang egois itu. Bisa-bisanya dia n
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    29. Jalan Berdua

    Ponsel Marisa menjerit keras dari kamar. Dengan cepat ia mengangkat panggilan. "Ris?" Marisa semakin resah. Sebenarnya, dia pun senang saat bertemu dengan Luqman. Hanya saja ... akal sehatnya seolah terus mengingatkan. "Maaf, Mas. Bukan maksudku--" "Ya, gak papa. Kamu memang gadis baik-baik, gak mudah nerima kedatangan laki-laki walaupun dia susah payah untuk datang." Perkataan Luqman yang terdengar layaknya sindiran itu membuat Marisa semakin merasa bersalah. "Maafin aku, Mas ... " Layaknya sepasang kekasih, Marisa ikut merasa sakit mendengar kekecewaan dalam setiap ucapan Luqman. "Aku di sini, Ris, di cafe Magnolia. Kalau kamu gak datang, sepertinya aku bakal langsung pulang lagi." Marisa tahu kemungkinan tempat tinggal Luqman satu daerah dengan Jihan. Dan itu bukanlah jarak yang dekat untuk menuju ke Jakarta. Tanpa pikir panjang lagi Marisa menyambar tas dan merapikan penampilannya. "Mbak? Mau ke mana buru-buru?" tanya Sonia yang masih mengucek mata. "Ke depan bent

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    28. Nekat

    Dengan cepat Marisa mematikan telepon sepihak, dia langsung berjalan dengan langkah lebar ke arah Sonia. "Dek! Kamu sejak kapan di sini?" "Hehe, dari tadi sih." Sonia malah cengengesan. Namun, melihat tatapan Marisa yang terlihat marah membuatnya langsung cemberut. "Kamu sengaja nguping, ya? Kenapa? Itu gak sopan." "Ya maaf, Mbak. Habis gue penasaran banget, Lo keliatan mencurigakan banget tadi. Mbak juga sih, kenapa pake nyembunyiin sesuatu dari gue? Gue kan orangnya kepoan. Lho gak nganggap gue adek beneran ya Mbak?" Sonia berlagak merajuk sambil menanyakan hal itu. Dia langsung melipat kedua tangannya di dada dan membelakangi Marisa. Marisa menghembuskan nafasnya pelan. Sonia benar-benar ahli memutar situasi. Padahal dia yang salah di sini, tapi kini malah dirinya yang merajuk. Mau tidak mau Marisa pun mengalah. "Ma'afin mbak, Dek. Bukan maksud mbak kaya gitu. Tapi... " "Udah deh, Mbak! Gue kira Lo emang udah sayang sama gue, udah nganggap gue adek Lo sendiri setelah cukup

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    27. Perasaan Apa Ini?

    "Aaaaaa!" Keduanya menjerit kencang dan langsung menutup mata saat kuntilanak nemplok di kaca dengan mata melotot menatap seisi kamar. Bagian mata hitamnya kecil, nyaris tak terlihat, serta ada cairan merah yang menetes dari kedua kelopak mata dan juga sudut bibirnya. Melihat kuntilanak itu masih saja ada dan terus menggerak-gerakkan kepala dengan menyeramkan, keduanya langsung memakai pakaian seadanya dan berlari ke luar kamar. Tentu saja hal itu membuat penghuni kamar lain ikut heboh dan keluar semua. Mereka kini berkerumun mengelilingi pasangan tadi yang kini masih histeris. "Ada setan! Ada setan di jendela!" teriak laki-laki itu dengan sangat ketakutan yang kemudian menular pada yang lain. "Tuh, kan! Aku bilang juga apa! Tempat ini kayanya sekarang berhantu." "Kalau dipikir-pikir, kayanya setan itu mirip salah satu psk di sini. Tapi sekarang psk itu udah gak ada." "Iya bener, gue juga pernah lihat setan itu. Dia mirip Maya!" "Maya?" Semua orang langsung heboh dan bertan

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    26. Teror

    Pria itu dengan cepat mencari sumber suara, menempelkan telinga ke satu persatu pintu kamar. Hingga tubuhnya menegang saat menempelkan telinga di daun pintu kmar yang paling ujung. Kamar kosong yang tak pernah digunakan. Mendadak nyalinya menciut, suara itu benar-benar ada,dan terdengar sangat memilukan. Pikirannya mulai berperang, apakah makhluk seperti itu ternyata memang ada? Dengan perasaan yang membuncah Ferry bertekad membuka pintu. Namun begitu pintu dibuka, suasana gelap, penglihatannya tak bisa melihat apapun. Keadaan di dalam sana pun sangat berantakan. Kakinya sudah melangkah masuk, namun tiba-tiba ... Puk! "Woy astaga!" pekik Ferry sambil lompat dan langsung menoleh ke belakang. Bos menatap Ferry dengan sorot mata tajam. "Sedang apa kamu di sini?" tanyanya. Ferry mengusap dadanya yang berdegup kencang. "Saya ... Saya ... " "Kamar ini tidak pernah digunakan. Ada kamar yang lain kalau mau nyewa. Dua ratus sekali pake, diluar biaya cewek-cewek cantik di sini. Mau? Kal

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    25. Berhasil Meyakinkan

    "Buka bajumu!" Marisa melotot sesaat. Namun, dia harus bisa mengontrol diri. Ini semua sudah dia prediksi akan terjadi. "T-tapi, dibagian tubuh dalam saya keadaannya lebih parah, Bos. Bos ... yakin? Gak bakal merusak nafsu makan Bos kalau sampai lihat?" Si bos mulai menelan ludah. Hatinya kian berperang. Hah! Buat apa juga sebenarnya gua nyari tahu sampai begini. Dari wajahnya aja dia udah keliatan jelek banget, apalagi kalau yang di badan lebih parah. Mungkin lebih banyak, atau mungkin juga lebih menjijikan dengan adanya nanah atau bahkan darah yang menetes sedikit demi sedikit akibat terus digaruk. Si bos bergidik. "Kamu garuk-garuk terus, memangnya gak sakit digaruk begitu?" tanyanya masih penasaran. "Y-ya ... Sakit, sih, bos. Cuman rasa gatalnya lebih menyiksa. Nanti kalau gatalnya sudah reda, baru rasa sakitnya kerasa, Bos. Aku juga tersiksa banget dengan keadaan ini. Mana gak bisa kerja lagi nyari uang yang banyak, mana jadi jelek, terus badan aku menjijikan kaya gini. Te

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    24. Memulai Aksi

    "Ada apa? Kenapa?" tanya pria itu. Stela yang tak sanggup berkata-kata hanya menunjuk cermin. "Nggak ada apa-apa!" Stela mendongak, dengan takut-takut menatap cermin lagi. Namun, apa yang dia lihat tadi kini tidak ada. "Kamu kenapa, sih?" "T-tadi ... Tadi ada setan di sana!" "Setan? Mana? Gak ada!" "Tadi ada, Fik! Aku takut." *** Semakin larut malam, suasana semakin tak terkendali. Orang tepar di mana-mana. Tapi ada juga yang masih segar, yaitu para perempuan yang bertugas menjaga minuman. Sekitar ada tiga orang perempuan dengan pakaian khusus, namun tetap kurang bahan. Seiring dengan pesanan yang menyepi, mereka memilih untuk bermain ponsel. Ketiganya fokus dengan ponsel masing-masing, ada yang senyum-senyum, ada yang serius, ada juga yang cekikikan membaca story lucu di sosmed. Hingga tiba-tiba salah satu dari mereka merasa ada sesuatu yang mengganggu matanya. Ekor matanya menangkap sesuatu yang terus berusaha menarik perhatian di balkon lantai atas. Begitu dia mel

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status