Share

Kesatria Baru

       Bulan Januari Tahun 1200 fire ...

       Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya.

       Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis.

       Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut.

       Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan senyumannya masing-masing jika ada orang yang melihat.

       Tak ketinggalan pangeran Kerajaan Malvevis, Seven. Dia sangat senang melihat wajah senyuman penduduk Kerajaan Malvevis. “Suatu saat jika aku menjadi raja di sini, aku pasti akan mempertahankan senyuman dan kebahagian mereka,” tekadnya dalam hati.

       Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki gagah melangkah dengan pelan. Sebuah mahkota melingkar di atas kepalanya. Banyak emas yang menempel pada pakaiannya. Satu pedang bersilau di bagian punggungnya. Satu goresan akibat tebasan pedang masih terlihat di bagian mata kanannya, menandakan dirinya sudah pernah bertarung habis-habisan.

       Inilah raja kelima Kerajaan Malvevis, raja Fedrin.

       Seketika sorak-sorak menyebut nama raja kelima Kerajaan Malvevis terdengar keras. Mereka tidak henti-hentinya menyebut nama Fedrin. Fedrin sebagai seorang raja hanya bisa tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya.

       Setelah sepuluh menit, Fedrin mengepalkan tangan kanannya di atas. Seketika suasana menjadi hening. Penduduk kerajaan kompak tidak mengeluarkan suara, karena beliau akan berbicara.

       “Senang rasanya melihat pendudukkku masih memancarkan senyuman yang begitu manis,” ucap Fedrin santai. Kepalanya menunduk ke bawah dan kedua menutup matanya. Setelah beberapa detik, dia menegakkan kepalanya, membuka kedua matanya dengan taja, dan mengangkat tangan kanannya yang mengepal ke atas sembari berkata, “Hidup Kerajaan Malvevis!”

       Penduduk kerajaan kompak menjawab, “Hidup!”

       Fedrin terus melakukan ini sebanyak tiga kali. Sebelum akhirnya, dia mengumumkan para prajurit yang telah menjalankan tugasnya dengan baik.

       Ada empat prajurit yang mendapatkan prestasi dalam tugasnya. Mereka adalah Hilda (Jenderal Pasukan Divisi I), Zilong (Komandan Pasukan Kavaleri), Rafaela (Komandan Pasukan Pemanah), dan Luke (Jenderal Pasukan Divisi II)

       Mereka berempat mendapatkan penghargaan dan penghormatan berupa bintang satu. Di sisi lain, raja Fedrin juga memberikan penghormatan kepada anaknya dan dua sahabatnya. Sebab mereka sudah menyelamatkan kota terpenting Kerajaan Malvevis dari bahaya.

       Seven, Aurel, dan Jhon mendapatkan satu bintang yang menempel di bajunya masing-masing. Mereka bertiga sangat senang mendapatkan satu bintang.

       Setelah diberi bintang oleh sang ayah, kedua kaki Seven melangkah ke depan. Wajahnya melirik ke sana-sini memperhatikan rakyat kerajaan yang sedang bahagia.

       “Dengan satu bintang ini. Aku berjanji akan menjadi raja keenam suatu saat nanti, menggantikan posisi ayahku,” ucap Seven dengan suara keras. Ucapannya mendapatkan tepuk tangan yang meriah dan sorak-sorakan yang menyebut namanya.

       Fedrin hanya tersenyum melihat anaknya kembali menegaskan tekadnya menjadi raja keenam. Dia yakin anaknya bisa mewujudkan tekadnya, karena ia memiliki kekuatan yang lebih kuat dibandingkan dirinya. Apalagi ditambah dengan kekuatan pedang naga hitam.

       Setelah Seven melangkah mundur, Fedrin kembali melangkah ke depan. Dia menghirup udara dalam-dalam, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. “Hari ini, selain memberikan penghargaan dan penghormatan untuk mereka yang berprestasi. Aku juga akan memperkenalkan kesatria baru Kerajaan Malvevis.”

       Fedrin menyuruh kesatria baru keluar dari ruangan. Seorang laki-laki bertubuh kecil, memiliki rambut hitam panjang yang dikucir, dan bola mata berwarna biru melangkah keluar menuju balkon. Ia memperlihatkan senyuman manis pada penduduk kerajaan.

       “Perkenalkan dia adalah Julian kesatria baru kerajaan. Dia berasal dari keluarga miskin, tetapi dia sudah membantu kita mengalahkan tiga kerajaan musuh. Selain itu, dia memiliki skill bertarung dan kekuatan sihir di atas rata-rata para jenderal. Dia akan menjadi kesatria ketiga setelah kesatria Aurel dan kesatria Jhon.”

       Prok ... prok ... prok ...

       Suara tepuk tangan meriah kembali bergema di depan istana. Penduduk kerajaan sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut, yang terpenting kesatria baru ini bisa melindungi mereka dari kejahatan.

       Di balik kesenangan dan kebahagian penduduk dengan adanya kesatria baru. Dua jenderal yang baru saja mendapatkan bintang satu merasa kesal. Dalam hatinya mereka tidak menerima kehadiran kesatria baru ini. Sebab mereka berdua belum pernah melihat skill bertarung dan kekuatan sihirnya. Padahal Aurel dan Jhon saja susah payah menjalankan tugas jenderal sebelum akhirnya naik pangkat menjadi kesatria.

       “Apakah kita perlu menantangnya?” bisik Hilda pada Luke yang berada disampingnya.

       Luke menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

       Hilda kembali berbisik, “Kalau begitu kita tantang dia bertarung satu lawan satu.”

       Luke menjawab dengan suara pelan, “Boleh juga. Kita perlihatkan kehebatan kita sebagai seorang jenderal.”

       Mendengar ada bisik-bisik yang membuatnya tidak enak, Seven menyuruh dua jenderal tersebut untuk diam. Kompak Hilda dan Luke menundukkan kepalanya karena malu dilihat oleh pangeran kerajaan.

       Fedrin mempersilakan Julian untuk mengatakan sepatah dua patah untuk penduduk kerajaan.

       Awalnya Julian tidak mau, karena dia belum terbiasa melakukan hal seperti ini. Namun, setelah paksaan dari sang raja lewat senyuman manis, mau tidak mau dia harus melakukannya. Dengan kedua kaki yang gemetar, dia memaksakan dirinya sendiri melangkah satu langkah.

       Ketika sudah berada di depan ribuan penduduk Kerajaan Malvevis, dia menghirup udara dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan pelan. “Hi-hidup Kerajaan Malvevis!” hanya itu yang keluar dari mulutnya dengan gemetar.

       Walaupun begitu penduduk kerajaan kompak menjawab, “Hidup!”

       Setelah merasa dihargai, tiba-tiba Julian merasa leluasa untuk berbicara. Dengan penuh gagah berani dia mengatakan sepatah dua patah untuk penduduk kerajaan.

       “Aku bersumpah dan berjanji dari lubuk hati yang paling dalam. Aku pasti akan melindungi kalian dengan jiwa ragaku. Aku tidak akan membuat senyuman kalian hari ini menghilang begitu saja. Akan ku pastikan kalian untuk selalu tersenyum selamanya!”

       Penduduk kerajaan kembali bersorak-sorak menyebut nama Julian dengan keras.

       Fedrin tersenyum melihat kebahagian hari ini, dia yakin Kerajaan Malvevis akan semakin kuat. Sehingga tidak akan ada musuh yang mudah mengalahkan Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya kembali melangkah mendekati Julian, dia menyuruhnya untuk mundur ke belakang. Julian hanya menganggukkan kepalanya, lalu mundur ke belakang dan ikut berbaris bersama para jenderal dan komandan.

       Raja Fedrin menutup acara bulanan ini dengan doa harapan dan keselamatan bagi penduduk dan lingkungan kerajaan.

***

       Seorang wanita bernama Juli tersenyum sinis melihat penduduk Kerajaan Malvevis yang sedang berbahagia. Sedari tadi, ia memperhatikan acara ini dari jauh menggunakan salah satu sihirnya. “Tunggu saja. Dalam waktu dekat akan ku hancurkan kebahagian kalian.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status