Karena tidak sengaja merekam aksi penggelapan dana perusahaan yang sangat besar, keluarga seorang wartawan di bantai habis oleh sekelompok pembunuh bayaran yang disewa si tersangka untuk melenyapkan bukti yang ada pada wartawan itu. Mereka tidak tahu, dalam aksi pembantaian keluarga itu menyisakan seorang anak laki-laki yang selamat. Gravin Axsein, anak yang selamat dari kejinya para pembunuh keluarganya, menuntut balas ketika dia sudah dewasa. Berkat percakapan yang sempat dia dengar mengenai siapa dalang dibalik semuanya, Gravin membalas mereka bahkan menjadikan anak gadis dar orang itu sebagai tawanannya. Akankah Gravin puas hanya dengan membalas kematian orang tuanya dengan merenggut nyawa dari pembunuh sebenarnya? Ataukah Gravin akan gelap mata dan terus menjadikan anak penjahat itu sebagai tempat pelampiasan amarahnya?
View More"Bu, apa Ayah akan pulang lebih cepat hari ini?" tanya seorang anak laki-laki penuh harap.
Si ibu tersenyum lalu berjongkok di hadapan anaknya."Tentu saja, Sayang. Ini kan, hari ulang tahunmu. Ayah sudah berjanji akan membawakanmu mainan mobil-mobilan yang kamu mau itu," jawab si ibu membuat anak kecil itu kegirangan."Yee … akhirnya Avin akan mempunyai mobil-mobil seperti Mas Bimo," teriaknya sambil melompat-lompat.Anak itu berlari menghampiri anak laki-laki yang mungkin seusianya. Ia tersenyum lalu memeluk anak laki-laki itu dengan erat."Mas Bimo dengarkan, kalau aku juga akan dibelikan mainan yang sama seperti Mas Bimo? Jadi sekarang kita tidak akan bertengkar karena berebut mainan lagi," ujarnya senang."Kau benar, Vin. Aku tidak sabar menunggu Paman segera pulang. Aku ingin melihat mobil-mobil baru milikmu itu," ucap anak yang dipanggil Bimo itu tak kalah antusias."Hu'um."Mereka tidak sabaran menunggu, berjalan hilir-mudik sambil sesekali melihat ke arah pintu. Perasaan senang di hati keduanya membuat kedua anak itu menjadi tidak sabaran."Aduh, aku kebelet. Mas Bimo tunggu ayahnya sendiri dulu ya, aku mau kebelakang sebentar," pamitnya karena sudah tidak tahan mendapat panggilan alam."Baiklah, tapi nanti jangan nangis karena Mas Bimo yang lebih dulu lihat mobil kamu," ucap Bimo membuat bocah cilik itu langsung menggelengkan kepala."Enggak, Mas. Mas Bimo kan, cuman lihat bukan mau merebut mainan aku," sahutnya meyakinkan."Ya sudah, sana pergi sebelum kamu pipis di celana!" titah Bimo dan dijawab anggukkan kepala oleh bocah itu.Anak laki-laki itu segera berlari ke belakang menyisakan tawa dari seorang ibu dengan perut buncit dan juga anak laki-laki yang bernama Bimo.Cukup lama anak kecil itu menyelesaikan hajatnya karena dia bukan hanya pipis saja. Setelah dirasa apa yang mendesaknya plong, anak itu segera berlari dengan gaya riangnya.Namun, saat hampir sampai ke ruang tengah, anak itu mendengar jeritan menyakitkan dari arah depan bahkan terdengar juga beberapa tembakan. Dengan insting pertahanan diri, buru-buru dia mengendap-endap masuk ke celah lemari tua yang selama ini menjadi tempat persembunyiannya saat bermain petak umpet bersama Bimo.Dari sana dia bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi pada keluarganya. Ayah, ibu, bahkan Mas Bimo nya, sedang di bantai habis-habisan.Bukan hanya tembakan yang mereka terima di seluruh tubuhnya, bahkan ketika mereka sekarat pun, orang-orang keji itu masih tidak mau menghentikan aksinya mengoyak raga yang sudah hampir tidak bernyawa. Mereka semua tertawa-tawa bahagia seakan apa yang mereka lakukan adalah hal yang menyenangkan.Anak laki-laki itu menangis sambil menggigit kain yang disumpalkan ke mulutnya. Itu dia lakukan agar mereka yang sedang mengeksekusi keluarganya tidak menyadari kehadiran dirinya.Kelakuan keji mereka terekam sangat jelas dalam ingatan anak kecil itu. Meskipun wajah mereka tidak terlihat dengan jelas karena tertutup topeng, tapi setiap kata yang keluar dari mulut orang-orang itu tidak mungkin pudar dari ingatan Gravin. Itu sangat cukup menjadi jalan untuk anak itu menemukan mereka suatu saat nanti."Huh … huh … huh … TIDAK!"Seorang laki-laki terperanjat bangun dari tidurnya, tangannya mengusap peluh yang sudah membasahi seluruh pelipisnya.Segera dia mengambil air putih yang ada di atas nakas dan meneguknya hingga tandas."Mimpi itu lagi," lirihnya sambil menyeka peluh yang membasahi pelipisnya."Aku berjanji akan membalaskan setiap tetes darah yang keluar dari tubuh kalian akibat ulah biadab mereka. Aku janji, Ayah, Ibu, Mas Bimo, aku berjanji akan melakukanya."Kilatan amarah jelas terpancar dari mata elangnya. Mimpi itu seolah menjadi pengingat pada apa yang menjadi tujuan hidupnya selama ini.Ya, dia adalah Gravin Axsein, satu-satunya orang yang selamat dari pembantaian yang terjadi pada keluarganya sekitar 20 tahun yang lalu.Kejadian itu bertepatan dengan ulang tahunnya yang ketujuh. Hadiah di hari ulang tahunnya itu merupakan hadiah yang tidak akan mungkin dia lupakan untuk selamanya.Hadiah mengerikan itu adalah kematian orang tua juga kakak sepupunya karena kekejaman dari kelompok pembunuh bayaran yang disewa oleh seseorang yang saat itu bahkan sampai sekarang masih berkuasa di sebuah perusahaan yang sangat besar.Gravin selalu memantau mereka, memastikan celah untuk dia menghancurkan mereka semua hingga sehancur-hancurnya.Bahkan sekarang Gravin menjadi pemimpin yang disegani di sebuah perusahaan yang selama ini menjadi musuh bebuyutan dari perusahaan yang dipimpin oleh pelenyap keluarganya itu.Tidak ada hari untuknya berleha-leha, dia terus mengasah kemampuannya dalam bertarung, menggunakan berbagai senjata, dan juga kecekatannya dalam berbisnis.Gravin, anak lugu nan polos itu kini sudah berubah menjadi seorang laki-laki yang tidak tersentuh dan terkenal berdarah dingin.Tidak ada belas kasih ketika Gravin menyingkirkan penghalang jalannya, bahkan apa pun akan dia lakukan untuk membuat korbannya tidak berani kembali mengangkat wajahnya.Setelah merasa bisa mengontrol emosinya, Gravin segera keluar dari kamarnya. Setelah mendapatkan mimpi seperti itu, dia selalu menuju tempatnya yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan segala amarah.Bawahannya yang sudah tidak asing dengan kelakuan Gravin, segera mengekor laki-laki itu dari belakang.Laki-laki itu langsung melepaskan segala amarahnya pada samsak tinju hingga seluruh tubuhnya seakan bermandikan keringat.Dendam yang tertanam dalam hatinya sejak kecil, membuat Gravin menjadi orang yang ambisius bahkan tidak pernah mengenal rasa takut.Bahaya seperti apapun yang menghalangi jalannya selalu Gravin singkirkan tanpa gentar. Itu juga yang membuat dia diangkat menjadi pengganti oleh pemimpin dari perusahaan yang kini berada di bawah kuasa nya.Karena, orang itu sangat yakin dengan api amarah yang terus menyala dalam diri Gravin akan membuat perusahaannya terus berjaya. Apalagi, setelah mengetahui jika orang yang Gravin incar adalah rival mereka.Setelah puas melepaskan amarah, Gravin langsung menghampiri anak buahnya yang sedari tadi menemaninya di sana."Bagaimana dengan mereka, Hans? Apa kalian sudah mendapatkan celah supaya kita bisa melakukan penyerangan dalam waktu dekat ini?" tanya Gravin dengan sorot mata penuh dendam."Ya, Tuan. Kita sudah mendapatkan kesempatan untuk membuat mereka porak-poranda sampai ke akar-akarnya," jawab orang yang bernama Hans membuat senyum misterius terbit di bibir Gravin."Bagus! Siapkan segalanya untuk kita melumpuhkan mereka dalam sekali tepuk! Aku tidak ingin ada kesalahan yang membuat mereka selamat dari cengkraman kita. Pastikan semuanya dipersiapkan dengan matang!" titah Gravin berapi-api."Baik, Tuan. Kami akan melakukannya dengan sangat hati-hati sehingga tidak akan membuat mereka bisa lolos dari serangan kita.""Hemm, aku menantikan hasil kerja kalian!"Gravin langsung meninggalkan Hans. Laki-laki itu harus memastikan sendiri jika lawannya tidak akan bisa melarikan diri saat mereka melakukan penyerangan nanti."Akhirnya, aku akan segera membawa keadilan untuk kalian," lirih Gravin menatap langit yang gelap tanpa cahaya sedikitpun seperti hatinya yang juga sama gelapnya karena dendam.Di bawah pengawasan Gravin, lantai yang tadi bak mengalami banjir lokal itu kini bisa kembali kering. Entah berapa kali Gravin harus meninggikan suaranya agar wanita itu mengerti tentang bagaimana harusnya Kania bekerja.Tentu saja minus mencontohkan. Gravin tidak mungkin mau repot-repot turun tangan. Lelaki itu hanya asik tunjuk-tunjuk saja tanpa mau mengulurkan tangan membantu Kania."Akhirnya semuanya sudah selesai. Jadi Tuan mau saya masakin apa?" tanya Kania terlihat begitu kelelahan setelah menyelesaikan tugas membersihkan rumah."Buatkan saja aku salad buah! Aku tidak biasa memakan makanan berat di pagi hari," titah Gravin berharap kali ini masakan Kania tidak akan hancur seperti halnya kemari."Baik Tuan, tolong tunggu sebentar!"Kania langsung berlari menuju dapur untuk melaksakan tugas selanjutnya dari Gravin. Dari gayanya, sepertinya Kania tidak akan kembali melakukan kesalahan seperti yang dilakukannya kemarin.Akan tetapi kalau wanita itu masih tidak bisa belajar dari kes
Pagi harinya, Gravin bangun dengan tubuh yang lebih segar. Senyum lebar terukir di wajah lelaki itu. Sepertinya hari ini tidur lelaki itu benar-benar nyenyak tidak seperti biasanya yang selalu dihantui dengan bayang-bayang kejadian kelam di masa lalunya.Mungkin ini terjadi karena sedikit demi sedikit Gravin sudah bisa membalaskan dendam yang selama ini menggunung di hatinya. Terlebih sudah ada senjata di tangannya untuk bisa menjerat Eldrick. Tinggal menunggu waktu saja maka lelaki itu akan menunjukkan batang hidungnya. Rasanya Gravin hanya perlu bersabar sedikit saja maka semuanya akan selesai.Hari ini saatnya Gravin bersenang-senang dengan memberikan beberapa pelajaran berharga untuk wanita yang tak lain istri dan juga anak dari orang yang paling dia benci di dunia. Neraka di hari kedua untuk gadis itu akan dimulai sebentar lagi. Rasanya Gravin sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana tersiksanya gadis itu di dalam istananya.Apalagi semalam Gravin memberikan ultimatum yang cukup
Dengan tangan bergetar Kania segera menggapai bubur di depannya. Beberapa kali wanita itu menelan ludahnya kasar dengan tatapan yang tak lepas dari makanan mengerikan itu.Meskipun itu bubur buatannya dan dia tahu benar apa saja isi bubur itu, namun melihat bentukannya yang ancur-ancuran tentu Kania pun merasa mual sendiri. Rasanya, ingin sekali Kania membuang bubur itu kalau saja tak takut suaminya malah akan mencekiknya. Sungguh, Kania merasa mual sendiri meskipun belum memakan bubur itu sedikitpun."Cepat makan buburnya! Bukankah itu buatanmu? Jangan sampai kamu membuang-buang makanan, Kania!" titah Gravin lagi.Kania langsung mengangguk lesu sebagai jawaban. Sepertinya memang tak ada pilihan lain selain menikmati apa yang terhidang di depannya. Itu pun, kalau Kania masih ingin hidupnya baik-baik saja.Sedangkan Gravin yang melihat kelakuan Kania hanya tersenyum sinis. Salah Kania sendiri yang malah menghidangkan muntahan hewan di hadapannya. Harusnya Kania lebih berhati-hati lagi
Dengan penuh semangat Gravin memilih lebih dulu duduk di meja makan. Lelaki itu sengaja memberikan Kania sedikit waktu untuk meluapkan kesedihannya. Apalagi, melihat wajah kusut dan mata sembab wanita itu akan menjadi hiburan tersendiri untuk Gravin. Jadi Gravin tak ingin menyia-nyiakan menikmati moment itu.Ya, Gravin yakin saat ini Kania sedang asik menangis di dalam kamar mandi meratapi kejadian yang baru saja terjadi. Biasanya juga adegan seperti itu sering muncul di film-film saat seorang gadis baru saja dinodai.Benar-benar menggelikan, bukan?Saat sedang asik melamun, suara panggilan masuk di ponselnya membuat Gravin mengalihkan perhatian. Begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya adalah Hans, tanpa basa-basi lagi Gravin segera menjawab panggilan itu.Bagaimanapun juga Gravin tahu benar Hans tidak mungkin menghubunginya kalau bukan karena ada hal penting. Jadi Gravin tak akan mungkin mengabaikan orang kepercayaannya itu "Hallo, Hans, ada apa kamu menghubungiku?" tany
Cukup lama Gravin menunggu Kania mandi, akhirnya wanita itu muncul juga dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya yang hanya berbalut handuk, menampilkan bahu seputih susu yang begitu menggoda. Belum lagi setengah pahanya yang terekspos bebas membuat seringai di bibir Gravin semakin lebar saja. Sepertinya, memang alam pun berpihak pada Gravin hingga lelaki itu tak perlu mencari alasan untuk menjalankan misinya. Tanpa membuang waktu Gravin langsung berjalan mendekat pada gadis itu. Tatapannya tak sedikitpun teralihkan dari sang gadis yang hanya bisa menunduk menyembunyikan wajah. Tangan Kania semakin rapat bersilang di depan dada seolah ingin menutupi apa yang tersembunyi di sana. Apalagi kala melihat dengan sudut matanya Gravin semakin mendekat, membuat Kania tidak karuan saja.Begitu Gravin menyentuh pundak polosnya, detak jantumg Kania begitu cepat seolah baru saja melakukan lari maraton. Setiap persendian tubuhnya pun terasa lemas tak bertenaga. Ingin sekali Kania lari, menyelamatka
"Tidak ada penolakan, Kalisa! Jangan terus mendebat Ayah! Kita pulang sekarang juga!" ajak Seto tak ingin Kalisa terus mendebatnya.Kalisa langsung menghentakkan kakinya penuh kekesalan. Bahkan Kalisa memilih keluar lebih dulu meninggalkan ayahnya sendirian.Seto yang melihat kelakuan anaknya hanya geleng-geleng kepala. "Maafkan Kalisa, Grav. Dia memang seperti itu," ucap Seto tidak enak dengan kelakuan anaknya."Tidak apa-apa, Paman," sahut Gravin berusaha melukiskan senyuman."Ya sudah kalau begitu Paman pulang dulu. Jangan lupakan apa yang Paman katakan," ucap Seto sembari menepuk pundak Gravin.Gravin hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Tidak mungkin dia melupakan tujuan hidupnya hanya karena seorang putri dari musuhnya. Kematian kedua orang tua dan juga kakak sepupunya harus terbalaskan. Gravin tidak akan rela kalau mereka tidak akan mendapatkan keadilan."Tuan, sepertinya Tuan putri Kalisa merajuk karena tak bisa mengganggu malam pertama Anda," celetuk Hans begitu Seto ta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments