Share

Bab 56

Penulis: Skyy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-01 20:30:27

Udara malam menyengat kulit ketika Harris turun dari mobil hitam yang ia parkir jauh sebelum gerbang pelabuhan. Pelabuhan tua Arcapura berdiri seperti raksasa yang sudah lama tertidur yang gelap, sunyi, dan berdebu oleh waktu. Namun ada sesuatu yang lebih dari sekadar kesunyian..

Jarum naganya bergetar pelan, seperti memberi salam yang tidak ia minta.

Harris menyelipkan jarum itu kembali ke saku. “Tempat ini seperti paru-paru yang berhenti bernapas.”

Angin laut menerobos celah tiang kapal yang berkarat, mengeluarkan suara serak yang terdengar seperti bisikan orang mati. Ia menatap jauh ke depan, ke arah gudang-gudang tua yang berjajar seperti barisan kuburan besi raksasa.

“Benar ke sini,” gumam Harris. “Jejak Qi-nya tidak salah.”

Ia melangkah masuk ke area pelabuhan.

Cahaya lampu jalan sudah mati sejak lama. Hanya rembulan yang memberi sedikit siluet pada jalan beton yang retak-retak. Bau garam memukul hidung, bercampur dengan aroma logam panas seperti darah yang baru mengering.

Harri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 105

    “Dia bergerak!”Peringatan itu datang terlambat setengah detik.Lampu indikator di ruang penyegelan Heaven’s Pulse beralih dari kuning ke oranye. Garis-garis cahaya biru yang membentuk segel bergetar, lalu merapat kembali, seolah ruangan itu menahan napas.Harris sudah berdiri di sisi meja kristal ketika kelopak mata Sera bergetar. “Semua mundur,” katanya tenang. “Tetap di luar lingkaran.”Liora melangkah setengah langkah ke depan, lalu berhenti. “Harris—”“Sekarang!”Ia tidak menoleh. Jarum naga sudah tersusun di udara, berputar perlahan mengikuti ritme Nafas Surga yang ia tahan setipis mungkin.Sera membuka matanya, namun tidak sepenuhnya. Pupilnya tidak fokus, putih matanya dipenuhi serabut merah tipis yang berdenyut mengikuti cahaya di dadanya. Napasnya terangkat cepat, dangkal, lalu berhenti sejenak, seperti sedang mendengarkan sesuatu yang tidak ada di ruangan itu.“Jangan sentuh dia,” bisik perawat muda di balik panel kaca. Tangannya gemetar di atas konsol.Sera menoleh. Geraka

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 104

    “Pisahkan saja.” Kalimat itu jatuh datar dari bibir Liora, tapi efeknya menghantam ruangan lebih keras dari alarm mana pun.Harris berhenti menulis di panel kristal. Tangannya diam di udara, jarum naga masih terjepit di antara dua jarinya. “Ulangi,” katanya tanpa menoleh.Liora berdiri di seberang meja penyegelan, bahunya tegang. Di balik panel kaca, tubuh Sera terbaring tenang, terlalu tenang, dengan cahaya merah samar yang berdenyut di dadanya.“Pemisahan paksa,” ulang Liora, kali ini lebih tegas. “Jiwa Sera dan Giok Terlarang, sekarang! Sebelum adaptasinya mencapai fase irreversible.”Teknisi Raka yang masih berada di ruangan itu refleks menahan napas. Seorang perawat di sudut ruangan saling pandang dengan rekannya, lalu memilih diam.Harris menurunkan tangannya perlahan. “Kau tahu apa artinya.”“Aku tahu risikonya,” balas Liora cepat. “Tapi kita juga tahu alternatifnya.”Ia menunjuk layar data. “Setiap jam, giok itu belajar lebih banyak. Struktur Qi Sera makin menipis. Kalau kita

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 103

    “Tunggu, angka ini salah!”Suara itu datang dari salah satu teknisi Heaven’s Pulse yang berdiri di balik panel kaca ruang penyegelan. Pria paruh baya bernama Raka itu menatap layar holografik dengan dahi berkerut, jarinya berhenti di atas tombol konfirmasi.“Ulangi pengukuran,” kata Harris tanpa menoleh.Raka menelan ludah. “Sudah tiga kali, Dokter.”Di dalam ruang penyegelan, tubuh Sera terbaring di atas meja kristal, dikelilingi lingkaran tipis cahaya biru. Udara tetap steril, tenang, nyaris mati. Namun layar-layar di sekeliling ruangan menampilkan sesuatu yang berlawanan, grafik Qi yang terus bergeser, tidak pernah kembali ke garis tengah.Liora berdiri di sisi Harris, matanya berpindah cepat dari satu layar ke layar lain. “Pola alirannya tidak seimbang.”Harris menganggkuk. “Benar, ini tidak simetris.” Ia menunjuk dua grafik yang berjalan paralel. “Qi normal selalu punya cerminan. Yin dan Yang, masuk dan keluar, tekan dan lepas.”Jarum naga di tangannya bergetar tipis saat ia mend

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 102

    “Segel ruang aktif, tutup pintu dalam lima detik.” Suara Harris terdengar tenang, saat tubuh Sera didorong masuk ke ruang terdalam Heaven’s Pulse. Pintu baja berlapis simbol medis kuno meluncur menutup perlahan, memutus dunia luar dengan desis berat yang menekan telinga.Klik.Lampu putih kebiruan menyala stabil. Udara di dalam ruangan terasa hampa namun bersih, steril, tanpa aliran Qi liar sedikit pun. Ruangan ini terlihat lebih seperti tempat penahanan daripada ruang perawatan.Liora berdiri di sisi meja medis kristal, tangannya masih menggenggam tablet pemantau Qi. “Zona steril penuh,” lapornya. “Tidak ada resonansi eksternal. Kalau ada reaksi… sumbernya pasti dari dalam.”Harris mengangguk sekali. “Bagus.”Ia tidak langsung mendekat ke Sera. Sebaliknya, ia berdiri dua langkah jauhnya, menilai dari jarak aman. Tatapannya tidak menunjukkan kecemasan, tidak juga empati. Ia hanya fokus dingin seorang dokter yang sedang menilai ancaman biologis.“Monitor jiwa aktif,” perintahnya.Liora

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 101

    "Semua orang mundur tiga langkah, sekarang!”Suara Harris terdengar datar, tapi tidak memberi ruang untuk dibantah.Di dalam ruang altar yang hancur setengah itu, cahaya merah masih berpendar samar di udara, seperti bara yang menolak padam. Lingkaran simbol di lantai telah retak, namun sisa Qi masih berputar, lambat dan berat, merayap keluar dari pusat ritual seperti gelombang pasang yang tertahan.Dinding bergetar pelan.Liora menelan ludah, menahan napas saat ia menarik anak kurus itu menjauh. “Harris, Qi-nya….”“Aku tahu,” jawab Harris singkat.Ia berdiri tepat di tengah bekas altar, telapak tangannya terbuka, menghadap ke bawah. Nafas Surga mengalir perlahan dari inti dadanya, tidak menyebar luas, tidak agresif. Qi emas itu membentuk lapisan tipis di udara, seperti membran transparan yang menekan gelombang merah agar tidak meluas.“Ini bukan sisa energi biasa,” kata Liora cepat, menyalakan alat pemindai Qi portabelnya. Jarum indikator bergetar liar sebelum akhirnya menetap di zona

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 100

    “Harris…”Suara itu lirih dan rapuh, cukup untuk membuat Harris melangkah maju tanpa ragu.Cahaya merah dari altar menyilaukan, memaksa mata siapa pun untuk menyipit. Udara di sekitarnya bergetar seperti permukaan air yang disentuh berkali-kali. Setiap langkah Harris terasa berat, bukan karena medan, tapi karena tekanan Qi yang memadat seperti dinding tak terlihat.“Harris, tunggu—!” seru Liora dari belakang.Ia tidak menoleh.Begitu kakinya menginjak lingkaran dalam altar, dunia seolah berubah sudut pandang. Suara ritual memudar, digantikan dengungan rendah yang langsung menusuk tulang. Liontin di dadanya melonjak panas, seakan ingin keluar dari tubuhnya sendiri.Di atas altar—melayang setinggi dada—terdapat liontin kedua yang merah menyala dan perputar perlahan dengan bebas.“A-apa?!” napas Harris tercekat.Qi merah di udara bergerak, berpilin, lalu membentuk siluet tubuh perempuan. Bukan tubuh fisik. Lebih seperti bayangan hidup dengan rambut panjang, bahu ramping, kepala tertunduk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status