Share

Benih Haram Kakak Ipar
Benih Haram Kakak Ipar
Author: Novianita

Rintihan Wanita Muda

 “Argh, tubuhku sakit…,” rintih seorang wanita muda yang baru saja tersadar di atas sebuah karpet rasfur lembut berwarna putih. Dengan susah payah ia memaksa tubuhnya yang seakan remuk itu untuk duduk. Namun, mata bulatnya tak percaya dengan apa yang ia lihat? Tubuh putih dengan lekukan menggoda itu kini polos tanpa ada sehelai kainpun yang menutup. Wanita malang itu sangat terkejut sehingga tangannya mencoba untuk menyembunyikan bagian penting di tubuh yang masih bisa ia raih, tetapi tangannya hanya dua tak mungkin mampu menutup semuanya.

Matanya kini menatap ke sekeliling sambil mengingat apa yang terjadi. Baju tidur merah muda yang digunakan semalam menjadi fokus utama yang melintas, baju itu tercecer di sembarang tempat. “Tuhan, kebodohan apa yang aku lakukan!” sesalnya sambil berusaha berdiri. Area bawahnya terasa nyeri bahkan bercak darah kering tampak sedikit menempel di kulit putihnya, kini meski dengan tertatih ia mencoba meraih pakaian yang tercecer di ruang keluarga. Ruang yang seharusnya menjadi tempat favoritnya, tetapi kini tempat itu menyimpan memori yang mengerikan. Tempat runtuhnya pertahanan diri yang selama ini ia jaga hingga akhirnya menghancurkan satu-satunya kebanggaannya.

Wanita yang memunguti pakaian itu adalah Geshara Adila Linggar, ia mengenakannya kembali meski beberapa kancing tak lagi melekat. Mata sembabnya menatap lelaki yang tertidur di dekat meja kecil, wajahnya terlihat masih begitu tampan meski rambutnya acak-acakan. “Mas Andra,” gumamnya sambil menangis, air mata di pipinya bukanlah sebuah kebohongan. Ia benar-benar marah pada perbuatan kakak iparnya. Namun, ia tahu jika apa yang lelaki itu perbuat bukan karena ia sengaja, tapi karena ia mabuk dan terpuruk dengan keadaan ini.

“Kak Natasha, apa ini yang kau harapkan? Kenapa kau memilih pergi dan membuat kami yang tulus mencintaimu ini terpuruk dalam kesedihan. Apa kamu tahu jika karena perbuatanmu hidup kami hancur?” Hati Geshara saat ini begitu sakit saat mengingat apa yang Natasha lakukan padanya dan juga pada Aliandra.

“Aduh! Sakit sekali kepalaku,” rintih Andra yang membuat Ge tersadar dari pikirannya yang kacau. Lelaki itu terlihat memegangi kepalanya sambil mencoba untuk membuka mata yang terasa berputar-putar.

“Ge, kenapa aku di sini? tanya Andra yang masih berusaha membuka mata.

“Tolong ambilkan Mas air hangat ya, Ge? Tenggorokan Mas kering.” Aliandra tapaknya belum sadar dengan apa yang terjadi diantara mereka membuat Ge tak punya pilihan lain selain berusaha untuk mengambilkan apa yang Andra minta meski ia merasakan nyeri pada area intinya, sementara Andra yang samar melihat Ge yang berjalan di hadapannya pun membatin, “Anak ini kenapa? Kok jalannya kaya orang habis sunat?” Namun, Andra mengabaikan hal itu dan memilih untuk berusaha duduk. Matanya menatap tubuh yang terasa dingin dan betapa terkejutnya Andra saat menatap tubuhnya sendiri yang tak mengenakan pakaian bahkan matanya dapat melihat senjata pusakanya tampak tergolek bebas di area bawah tubuh, membuat tangannya langsung bergerak menutupi senjata berharga satu-satunya yang ia miliki itu hingga tak terlihat lagi.

“Ge! Apa yang terjadi semalam!” seru Andra penuh kemarahan sambil pontang-panting mencari kain untuk menutup tubuhnya yang polos. Celana panjang di ujung ruangan sedangkan pakaian dalamnya berceceran di lantai, semua ia sambar dengan cepat lalu ia gunakan dengan asal. Setelah dirasa tubuhnya tertutup, lelaki yang telah menikah dengan Natasha sebulan lalu itu tampak berlari menuju ke dapur untuk menyusul Ge. Matanya menatap sosok wanita kecil yang kemarin ia anggap adik kesayangannya yang tengah duduk berjongkok sambil menangis di depan dispenser. Tangan menggenggam gelas kosong dengan begitu erat seakan gelas itu adalah penguatnya. Geshara sangat takut, ia tak pernah berpikir hidupnya akan hancur di tangan Kakak iparnya sendiri.

“Kenapa malah duduk di situ? Aku bertanya padamu apa yang terjadi dan kenapa pagi ini aku bangun tanpa pakaian. Katakan?” Sebuah pertanyaan dengan nada tinggi kembali terlontar diikuti gerakan tangan Andra yang menarik lengan Geshara dengan kasar. Andra terlihat benar-benar ingin bisa melihat dan mendengar adik iparnya itu saat menjelaskan apa yang terjadi, tapi bukannya menjelaskan kini bibir Ge hanya bisa menangis dan mengeluarkan isakan yang membuat kepala Andra semakin pusing.

“Aku… aku…,” ucap Ge terbata-bata. Namun, akhirnya Ge tak mampu menjelaskan apa yang terjadi dan memilih mengelak lalu lari ke kamarnya tanpa melanjutkan ucapannya. Tujuan utama yang Ge tuju adalah kamar mandi, ia merasa tubuhnya telah kotor dan menjijikan karena ulah Andra malam ini.

“Aku sudah kotor…,” tangisnya pilu di bawah guyuran air sambil memeluk kaki.

“Kak kenapa kau tinggalkan aku, aku takut Kak. Mas Andra jahat. Apa jangan-jangan kau mengajakku pindah kerumah ini hanya untuk kau jadikan pelampiasan cinta lelaki itu?” Ge yang tengah putus asa mulai berpikiran buruk pada sang Kakak yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan rumah beberapa minggu yang lalu tanpa alasan yang jelas.

“Ge…!” panggil Aliandra sambil mengetuk pintu kamar Ge yang tertutup.

“Tuhan… apa jangan-jangan aku telah….” Andra memijat pelipisnya yang terasa pusing, ia berbalik lalu menatap ke arah lantai bawah. Dari sana bahkan Aliandra bisa melihat noda merah tua yang sangat mencolok di atas karpet bulu putih berbahan rasfur sehingga ia tahu ada yang salah dengannya dan Ge malam tadi.

Sikap diam Ge membuat Andra nekat mendorong kuat pintu kamar lalu kembali mendorong pintu kamar mandi dengan sekuat tenaganya. Kini ia bisa melihat keadaan Adik iparnya yang tengah menangis menelungkup di bawah guyuran air.

“Ge, aku menyayangimu seperti aku menyayangi adik ku sendiri jadi aku mohon jangan berbuat bodoh seperti ini, nanti kalau kamu sakit bagaimana aku akan menjelaskan pada Natasha. Ayo pakai handukmu dan kita bicara!” Andra mematikan air lalu memberikan handuk pada wanita yang menatapnya dengan mata merah penuh deraian air mata.

Ge masih tak ingin bicara meski tangannya menerima handuk yang Andra ulurkan. Setelah yakin Ge aman kini Andra keluar dari kamar mandi, tak lama Ge pun menyusul. Wanita dengan pakaian basah berjalan keluar, wajahnya pucat dan terlihat air matanya yang terus mengalir disertai isakan kecil.

“Duduklah Ge dan katakan apa yang terjadi pada kita semalam, agar aku bisa mengingat semuanya,” pinta Andra sambil menarik kursi di meja rias sedangkan ia kembali duduk ditepi ranjang menunggu kata yang akan terlontar dari bibir Ge. Hening beberapa saat lalu Ge mulai membuka suaranya, “Mas Andra keluar saja, anggap tak terjadi apapun di antara kita. Bukankah itu yang terbaik untuk kita?” ucap Ge lemah, wajahnya pun datar bahkan matanya terlihat menerawang menatap keluar jendela dan mengedip dengan lambat.

“Ge, apa aku telah merenggut kesucianmu?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status