Share

06. Gagal Malam Pertama

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Orin Regina Asmoro binti Anindito Asmoro dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai!”

Suara lantang Naka menggema memenuhi hall hotel bintang lima yang digunakan secabagai acara akad nikah sekaligus sebagai tempat resepsi.

“Sahhh!” teriak para saksi.

Naka tersenyum lega, akhirnya dia bisa mengucapkan ijab Kabul hanya dengan satu tarikan nafas, padahal semalaman dia nyaris tidak bisa tidur karena sibuk menghapal ijab Kabul, dan selalu saja salah-salah terus, entah salah menyebut nama Orin atau salah menyebut nama mertuanya.

Naka mencium kening wanita yang sudah berstatus sebagai istrinya dengan lembut, dan orin mencium punggung tangan pria yang selama ini selalu setia menemaninya dan menjaganya sebagai seorang bodyguard, dan kini berubah status menjadi suaminya.

Sungguh tidak ada yang menyangka, jika Naka berhasil menakhlukkan hati Orin, semua orang juga tahu jika Naka adalah bodyguardnya Orin, ada sebagian orang yang bangga dengan sikap Naka yang memang dewasa meski usianya terpaut empat tahun dibawah Orin, tetapi ada juga yang mencemooh Naka, menganggap Naka mencari kesempatan untuk mendapatkan kekayaan instans dengan dalih mencintai Orin. Padahal jika boleh saja mereka tahu yang sebenarnya, diantara keduanya, sama sekali belum ada tumbuh perasaan cinta.

Keduanya tengah duduk diatas pelaminan setelah lelah bersalaman dengan banyak tamu undangan. Orin tampak mulai kurang nyaman dengan gaun pengantinnya, sehingga membuat Naka sedikit memperhatikan.

“Non, eh- maksudnya Orin, kamu lelah?” tanya Naka

“Kakiku pegel, bang,” jawab Orin

“Pasti karena heelsmu terlalu tinggi, tujuh centimeter itu tinggi, lho!” kata Naka, “Dilepas saja kalau lelah.”

“Gak mau! Enak aja, udah cakep-cakep pakai gaun begini masa nyeker,” balas Orin

“Sini, aku pijitin sebentar!”kata Naka sambil berjongkok didepan Orin. Naka tidak peduli banyak mata melihat apa yang dia lakukan, memberikan sedikit pijatan dikaki Orin membuat Orin sedikit nyaman.

“Sudah, bang, gak enak dilihat orang, harusnya aku yang pijat kamu,” kata Orin

“Aku tidak lelah, tidak perlu dipijat,” balas Naka

Pesta usai pada pukul empat sore, wajah-wajah lelah tampak tersirat dikeluarga Orin. Orin sendiri sedari tadi sudah mengantuk sekali, sehingga ketika sampai dikamar pengantin yang sudah disiapkan pihak hotel, Orin langsung tertidur dengan gaun pengantin masih melekat ditubuhnya, sementara Naka bergegas membersihkan diri dan berganti dengan pakaian yang lebih santai.

“Orin, bangun, mandi dulu biar segar,” bisik Naka

Sayangnya, Orin terlalu lelap dalam tidur, bahkan terdengar dengkuran halus dari bibir Orin, menandakan Orin memang benar-benar lelah menjadi ratu seharian ini.

“Ya Tuhan, semoga aku bisa menjadi imammu selamanya,” gumam Naka, “Keputusan berat untuk menikahimu, tapi bagaimana aku bisa menolak semuanya.”

Naka yang juga mengantuk akhirnya ikut terlelap disofa, dia belum memiliki keberanian untuk tidur disebelah Orin, rasa canggung jelas masih menyelimuti hati dan pikirannya. Entah mimpi apa beberapa waktu lalu, dia yang hanya seorang bodyguard justru menikahi anak dari majikannya sendiri, seorang CEO wanita yang cantik paripurna tentunya.

Orin terbangun setelah dua jam terlelap, dia melihat Naka yang tertidur pulas di sofa, kakinya yang panjang menjuntai di sandaran Sofa, membuat Orin sedikit kasihan dengan posisi tidur Naka.

“Kenapa nggak tidur saja disebelahku kalau capek,” gerutu Orin. Orin lalu melepaskan gaunnya dan membersihkan diri dikamar mandi. Orin keluar hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya, hanya menutupi sebagian dadanya dan menampakkan paha mulus putih tanpa cacat apalagi bekas luka, dan bersamaan dengan Orin keluar dari kamar mandi, Naka juga sudah bangun dan tengah duduk di sofa sambil mengumpulkan nyawanya.

“Bang, aku lapar,” kata Orin

Naka terlonjak kaget ada suara perempuan dikamarnya, dia belum sadar jika dia sudah menikah dan tinggal sekamar dengan wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya.

“Ya, Tuhan! Bagaimana aku bisa lupa kalau aku ini sudah menikah,” gerutu Naka

Naka tambah dikejutkan dengan penampilan Orin yang masih menggunakan handuk saja.

“Orin! Pakai bajumu!” seru Naka

“Kenapa? Aku baru saja selesai mandi, lupa bawa baju ke kamar mandi,” balas Orin, ”Pesan makanan sana! Aku lapar!”

“Hah! I-iya.”

Naka bergegas keluar dari kamar, tentu saja jangan ditanya, jantungnya berdegup kencang karena baru saja melihat pemandangan indah kemolekan tubuh istrinya, itu baru tertutup handuk, bagaimana kalau tidak sama sekali.

“Apakah aku akan melakukan malam pertama?” tanya Naka kalam hati, “Ah! Tidak-tidak! Mana berani aku menyentuh dia!”

Naka kembali masuk ke kamar dengan membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman, malam itu bahkan Naka tidak ada selera makan gara-gara melihat kemolekan tubuh Orin, sehingga Naka hanya meminta bagian restoran hotel untuk memberikan dia segelas susu hangat saja, sedangkan Orin dia ambilkan menu makanan kesukaan Orin seperti biasanya, spageti dan milkshake coklat.

Orin tampak sudah mengenakan kimono tidurnya, dan mereka kemudian duduk bersama di sofa sambil makan.

“Kamu tidak makan, bang?” tanya Orin yang melihat Naka hanya menyeruput susu hangatnya.

“Masih kenyang,” jawab Naka dengan tanpa memperhatikan Orin, pasalnya Orin mengenakan kimono pendek, sehingga lagi-lagi memamerkan paha mulusnya.

Selesai makan, Orin kembali merebahkan diri di sofa, disebelah Naka yang masih asyik dengan ponselnya. Orin merasa dicuekin kemudian bersandar di pundak Naka.

“Kamu kenapa diam saja?” tanya Orin

“Hah! E- tidak, tidak apa-apa,” jawab Naka gugup, “Aku sedang menunggu email dari dosenku, aku mau persiapan ujian skripsi.”

Orin memandang wajah Naka dari samping, pria itu sangat tampan jika dilihat dari samping, rahangnya begitu tegas, bibirnya seksi, dan hidungnya sangat mancung. Entah Naka itu sebenarnya tercipta dari ayah dan ibu yang seperti apa, sehingga anaknya setampan itu.

Jujur, Naka bingung mau memulai darimana untuk berhubungan dimalam pertama bersama Orin, dia terlalu gugup untuk menyentuh istrinya.

“Kenapa terasa gerah ya,” kata Orin tiba-tiba. Dia berdiri dan melepas kimononya, yang tentu saja membuat Naka semakin meneguk salivanya. Pasalnya dibalik kimono itu, ternyata Orin mengenakan lingiere yang sangat seksi, warnanya merah menyala, sangat tipis, dan bahkan disamping kanan dan kirinya transparan hanya dibatasi beberapa utas tali-tali kecil saja, sehingga terlihatlah mulusnya tubuh Orin dari samping kanan kirinya.

Naka langsung memalingkan wajahnya, tanda dia semakin gelisah dan resah. Keinginannya begitu besar, apalagi yang dibawah sana sudah ikut meronta-ronta karena otak tuannya telah terkontaminasi kemolekan tubuh istrinya, dan Naka hanya terpaku diam.

“Bang, kamu nggak tidur lagi?” tanya Orin yang tengah mengoleskan lotion ke kakinya yang jenjang.

“Hah! Iya, sebentar,” jawab Naka gugup

Naka kemudian berjalan keranjang, dan bersandar dikepala ranjang.

“Tidurlah jika kamu lelah,” kata Naka

“Tidur?” tanya Orin tidak percaya

Pasalnya memang sedari tadi Orin sudah mempersiapkan semuanya untuk malam pertamanya, meskipun belum ada cinta diantara keduanya, tetapi Orin berusaha untuk menjadi istri yang baik. Salah satunya dengan mencoba mengenakan lingiere seksi supaya Naka mau menjamahnya tanpa rasa grogi, karena Orin tahu, Naka pasti masih merasa tidak enak, mengingat dia adalah bodyguardnya.

“Iya, tidur, biar besok pagi bisa bangun dalam keadaan segar, sini!”

Naka menepuk bagian ranjang yang kosong, meminta Orin untuk tidur disebelahnya. Orin menurut, tanpa sadar lingiere Orin sedikit terangkat sehingga menampakkan paha mulusnya.

“God!!! Kenapa rasanya seperti ini memiliki istri yang cantik,” kata Naka dalam hati, “Mana dia gak pakai bra lagi, apakah dia juga tidak pakai celana dalam?”

Pikiran Naka kemana-mana tidak jelas, sementara Orin malah justru sudah kembali tertidur dalam keadaan dongkol, usahanya membuat Naka tergoda gagal total, nyatanya pria itu justru hanya mengajaknya tidur supaya besok bisa bangun dengan keadaan lebih segar. Sungguh, konsep macam apa dimalam pertama justru tidur supaya esok bisa bangun lebih segar lagi.

Orin yang sudah tertidur, membuat Naka kembali mengambil ponselnya, mencari-cari artikel tentang malam pertama, dan semua artikel menjurus pada pembahasan hubungan intim.

“Astaga, masa iya harus seperti itu!?” jerit Naka dalam hati, “Aku mana berani melakukan itu padanya.”

“Aku kurang cantik apa kurang seksi sebenarnya….,” terdengar Orin mengigau, membuat Naka terkejut setengah mati, “Menyebalkan kamu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status