"Denyut nadinya melemah," ungkap Polisi di belakang.
Seth menoleh, memukul pintu mobil dengan lengan kanan, lalu menggigit pangkal telunjuk dari telapak yang dikepal, hanya itu yang bisa ia lakukan.
"Sialan!"
Seth menancap gas, mengarahkan mobilnya ke belakang, membanting setir dan berputar balik. Mereka tidak bisa menunggu arus lalu linya kembali normal.
Seth menabrak pembatas jalan, melaju di atas trotoar. Tidak berhenti menekan klakson agar orang yang berjalan segera menghindar.
Beruntung ia seorang polisi, tanda yang ia letakkan di atap mobil mencegah siap pun menahannya.
Setelah beberapa meter, Seth kembali masuk ke jalan utama. Ia berhasil melewati penyebab kemacetan. Dari sana arus kembali normal, detektif itu kembali menancap gas, melaju kencang dan meliuk-liuk di antara kendaraan.
Seth masuk pekarangan rumah sakit tanpa mengurangi laju kendaraan. Berhenti mendadak tepat di depan lobi rumah sakit.
Tanpa mematika
Seth langsung berdiri. "Bagaimana hasilnya, Dok?" tanyanya dengan perasaan gugup. "Sayang sekali, dia tidak akan bisa sadar dalam waktu dekat," ungkap dokter menyayangkan. "Tapi ... dia selamat kan, Dok?" tanya Seth memastikan. "Dia telah melewati masa kritis. Butuh waktu beberapa hari agar kondisinya benar- benar pulih." "Kami mengerti. Terima kasih, Dok," ucap Seth sedikit lega. Meski Hart tidak akan bisa bangun untuk beberapa hari, tapi setidaknya lelaki itu berhasil lolos dari maut. Usai berpesan pada Mira untuk memastikan keamanan Hart dan merahasiakan kabarnya, Seth bersama Herry memutuskan untuk kembali ke kediaman Veronica. *** "Seth, bagaimana? Apa dia selamat?" seru Vin menyambut rekannya yang baru saja tiba melewati pintu masuk. Seth masih berjalan masuk, belum memberi jawaban hingga ia berdiri di dekat sofa tempat Isac duduk. "Sayang sekali, dokter tidak bisa menyelamatkannya," terang Seth, t
Riana yang biasanya tenang terlihat gusar. Wanita itu berdiri, merasa ada yang aneh."Raka, apa maksudnya ini?" tanya Riana mengamati pengawal yang mengitari mereka.Raka meletakkan koper pada meja di depannya, duduk sebelum membuka dan mengeluarkan berkas dari dalam sana."Duduklah, Riana!" desak Raka, melemparkan map ke tengah meja."Apa ini?" Viana meraihnya."Bacalah!" tuntut Raka, bersandar dengan meletakkan satu kaki di atas kaki lainnya.Viana membaca kata demi kata, baris demi baris tulisan yang tertera pada berkas yang diberikan Raka. Semakin lama, kerutan pada kening yang dipoles riasan tebal tampak semakin parah.Baris paling bawah tertera nama Veronica Elisa, lengkap dengan tanda tangannya."Tidak mungkin, ini pasti bohong!" raung Viana, menghempaskan mapnya ke atas meja.Riana penasaran dengan apa yang baru saja dibaca adiknya. Wanita itu meraih map berisi beberapa lembar kertas, sedikit berserakan."
"Mungkin kau salah dengar, Liana," kilah Hart."Aku juga mendengarnya. Katakan saja, siapa dirimu!" timpal Viana menuntut."Akan kujelaskan, nanti. Untuk sekarang sebaiknya kalian berkemas, tinggalkan rumah ini sebelum orang-orang Raka datang dan mengusir paksa," saran Hart, masih berusaha menghindar dari pertanyaan Liana.Pengawal terakhir telah diamankan dan dibawa ke luar. Tersisa Seth dan Vin petugas yang masih berada dalam rumah, Isac keluar lebih awal mengawal Raka."Tidak apa-apa kalau kami tinggal, Hart?" tanya Seth."Tidak masalah. Jangan buat Isac menunggu lama. Biar aku dan Ali yang memastikan keamanan mereka," ungkap Hart seraya berjalan mendekati Vin dan Seth."Terima kasih, Hart. Berkatmu ....""Berkatmu aku bisa selamat. Seharusnya aku yang berterima kasih pada kalian," sambung Hart memotong ucapan Seth, menjulurkan tangan untuk bersalam dengan dua detektif yang telah bekerja sama dengannya."Kalau butuh bantuan,
"Ali, cepat duduk!" panggil Viana tak sebaran.Mendengar seruan Viana, Ali bergegas memilih tempat. Kebetulan sofa di samping Hart kosong, di sanalah ia mendarat."Paman mau kopi?" tawar Miya dengan sikap sopan.Ali menoleh sekilas. "Boleh. Tolong ya," balasnya.Hart menyeduh kopi dari cangkir tipis klasik. Usai menelan dua tegukan, Hart meletakkan kembali keramik itu di atas piring kecil seraya bertanya, "Apa yang mau kalian tahu?" lirihnya."Semua tentangmu," tegas Viana."Semuanya? Ini akan lama, sebaiknya besok saja," usul Hart."Aku tidak akan bisa tidur kalau belum mendengar ceritamu." Sudah hampir tengah malam, tetapi Viana tetap kekeh supaya Hart segera menceritakan tentang dirinya."Baiklah," putus Hart usai menghela nafas panjang.Dari mulut lelaki itu, meluncurlah sepenggal kisah tentang dirinya, tentang misteri yang selama ini sembunyikan dari Liana dan Ali.***Olympus merupakan ibu kota dari B
Untuk sesaat Hart terdiam sebelum menjawab, "Hanya yang pertama," pungkasnya.Jelas, Liana dapat mengerti maksudnya. Yang pertama ialah segala yang terjadi di malam pertama, ketika Liana baru saja menyeret Hart ke rumah itu. Termasuk kepura-puraan Hart yang mencoba kabur, hanya sebagai pelengkap sandiwara. Lelaki itu tahu bahwa ada kamera pengintai di beberapa sudut rumah."Liana, aku pernah bertemu ayahmu. Hari itu Alchides berkunjung ke desa, datang dengan sahabatnya, ayahmu. Om Jhon adalah satu-satu orang yang tahu tentang status Alchides dengan ibuku. Beliau bercerita tentangmu, membuatku mengucapkan sebuah janji. Dia seolah tahu apa yang akan terjadi di masa depan," lanjut Hart bercerita."Saya ingat hari di mana mereka akan berangkat, Jhon memintaku untuk tetap tinggal. Rupanya itu alasannya," papar Ali."Janji?" Liana penasaran tentang janji yang dibicarakan Hart."Saat itu, entah aku yang terlalu naif atau ayahmu yang percaya hari ini akan
"Aaric Heitor?""Ya. Paman kenal?""Saya pernah bertemu dengannya," jawab Ali.Pernyataan itu seakan memberi petunjuk arah untuk jalan Hart selanjutnya. Ali kenal tujuh pemilik nama yang disebutkan Hart, mereka adalah orang yang berpengaruh dalam dunia bisnis dan dunia bawah, seperti organisasi mafia yang mampu mengontrol hukum. Namun, Aaric Heitor spesial, Ali pernah bertemu langsung dengannya.Adalah Aaric puluhan tahun lalu merupakan salah relasi bisnis Jhon. Ali yang merupakan ajudan pribadi Jhon kala itu diperkenalkan paranya."Aku punya beberapa informasi tentang Aaric. Sebuah rencana telah tersusun dalam kepalaku. Sepertinya, aku bisa tidur sekarang," ungkap Hart seraya berdiri dari duduknya."Kuncinya ialah Liana." Tanpa berpaling lagi, Hart melangkah pergi.Dalam kamar, di atas tempat tidurnya, Hart terbaring. Wajah seorang wanita terbayang di benaknya. Seraya memejamkan mata, lelaki itu berucap lirih, "Tunggulah, sebentar la
Menyadari dirinya terkejut, Heitor memejamkan mata seraya menghela napas panjang, lelaki itu menenangkan diri."Jadi, kau tahu cerita usang itu ya," lirih Heitor dengan berusaha menciptakan lekukan pada bibirnya."Aku tidak tahu detailnya, tapi aku tahu kalau Anda salah satu dari mereka, orang-orang yang menjatuhkan ayahku," terang Hart tanpa basa-basi."Jadi kau putra Leomord rupanya. Saya tahu suatu saat hari ini pasti akan datang, hari pembalasan." Heitor menatap langit-langit, seakan memandang gumpalan awan hitam di atas sana yang merupakan dosanya, tampak lelaki siap dengan konsekuensi yang akan ia terima.Ali tentu saja merasa tidak enak, ia menggunakan nama Jhon dan memanfaatkan Liana untuk mendekati Heitor. Maka segera Ali meluruskan kesalahpahaman Heitor."Tidak, tidak, kami ke sini bukan untuk menuntut balas, tapi kami datang untuk meminta bantuan Anda," kata Ali meluruskan."Bantuan? Apa yang bisa saya bantu?""Kami butuh i
"Ali, apa kau tahu Neo Olympus?" tanya Hart dengan serius."Tapi itu tempat yang keras, Hart. Jangan bilang kau akan ....""Ya, aku akan ke sana dan mulai membangun kerajaanku sendiri. Sepertinya aku akan butuh bantuan para detektif itu," sambung Hart memotong ucapan Ali.Omega, adalah salah distrik di sudut kota Olympus. Dahulu tempat ini sangat tenar, sempat menjadi pusat hiburan dan bisnis yang paling maju. Namun, karena radiasi akibat kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir yang tak jauh dari sana, tempat itu ditinggal, terbengkalai dan mati perlahan.Radiasinya menghilang puluhan tahun setelahnya, tetapi tidak banyak orang yang berani kembali dan tinggal di sana. Kebanyakan pemilik tempat di distrik itu juga sudah meninggal.Yang datang kemudian adalah orang-orang yang tidak punya tempat dan pekerjaan, mencoba membangun kembali tempat yang diberi nama baru, Neo Olympus.Distrik itu kembali hidup meski tak semeriah dulu. Restoran, rum