"Sepertinya aku terlalu memanjakan dirimu, ya, sampai kau memiliki keberanian yang besar untuk membantah setiap keputusan yang aku buat?" Alex menatap dingin Mega, seulas senyum jengkel terlukis di wajah tampannya.
'Keputusan yang kau buat secara sepihak itu?Sebelumnya kita belum membicarakan masalah serius ini, bahkan tidak ada perjanjian untuk melanjutkan sandiwara ini ke jenjang pernikahan.' Mega balas menatap Alex sampai padangan keduanya bertemu.
"Kenapa kau diam?" Alex bersuara lagi.
Mega menggeleng. "Kau salah paham padaku, aku tidak membantah, hanya sedikit tidak setuju karena kita belum membahas masalah ini sebelumnya." Mega membela diri, dia tidak mau dipojokkan seolah-olah memang dialah yang bersalah.
Walau baru bertemu Alex beberapa kali dan mengetahui sifat pria itu sedikit demi sedikit. Namun, Mega sudah bisa menilai dan membedakan macam-macam arti senyuman Alex. Dan sekarang pun dia tahu kalau Alex tersenyum karena pria itu kesal.
"B
Follow ig Karlina_Sulaiman *** Inka Karlina Tinggalkan dukungan dan komentar kalian jika suka dengan cerita ini.
"Mereka sangat cocok, 'kan, Mahes?" tanya Oma sebelum pergi ke kamarnya. Dia menatap punggung Alex dan Mega yang telah menjauh. "Ya, Ma." Mahesa mengangguk, tetapi ada perasaan tidak nyaman di hatinya karena melihat Mega sama sekali tidak terlihat kalau mencintai putranya. "Kapan kau akan menemui sahabat lamamu itu?" tanya oma lagi, kali ini dia menatap putranya penasaran. "Secepatnya, aku ingin berbicara banyak dengannya." Mahesa menjawab cepat, seulas senyum tipis terbit di bibirnya. "Bagus, kalau begitu sekarang kau tidurlah!" perintah oma penuh perhatian walau putranya itu sering sekali membuatnya naik darah karena pendapat mereka sering sekali tidak sama. "Ya, Ma. Selamat istirahat." Mahesa melangkah pelan menuju kamarnya. *** Alex terus menarik tangan Mega dan membawa wanita itu ke lantai tiga dengan berjalan kaki. Pria itu sepertinya tidak merasa kasihan dengan Mega yang sedang sakit d
Cahaya matari menerobos masuk melewati celah gorden yang sedikit terbuka. Ternyata keadaan di luar memang sudah terang, tetapi tidak membuat dua manusia yang masih lelah karena pertempuran nikmat tadi malam bangun.Mereka berdua masih asik meringkuk di tempat tidur empuk dengan balutan selimut tebal yang hangat dan enggan meninggalkannya.Ketika matahari semakin tinggi, salah satu dari mereka membuka matanya perlahan. Orang itu adalah Mega, dia merasakan rasa perih di pusat tubuhnya ketika akan melakukan sedikit gerakan untuk meregangkan otot-ototnya seperti yang biasa dia lakukan ketika bangun tidur.Namun, yang membuatnya merasa tidak nyaman bukan hanya rasa sakit di intinya, tetapi juga karena seseorang memeluknya dengan erat. Kakinya juga ditindih oleh kaki lain yang membuatnya kesulitan bergerak. Dengan mengerutkan dahi dalam-dalam, dia mencoba mengingat semuanya.Matanya berhasil melebar nyaris
"Besar sekali, pantas saja rasanya sangat menyakitkan ketika dia menjebol keperawanan aku tadi malam." Mega bergumam sangat lirih, matanya masih setia menatap milik Alex."Apa kau mengatakan sesuatu?" Alex bertanya seraya menatap wajah cantik wanita itu."Telingamu perlu dibersihkan karena aku tidak berkata apa-apa." Mega tersenyum mengejek, malu kalau harus mengakui perkataannya sendiri.Sial, bagian bawah tubuhnya tiba-tiba saja berdenyut hanya karena melihat milik Alex yang menggoda. Wanita itu bahkan merasa sangat yakin kalau semua wanita yang merasakan milik Alex pasti akan sangat puas dan ketagihan.Ah, dia benci berpikir seperti itu. Hatinya merasa panas karena cemburu yang dibuat olehnya sendiri.Namun, seulas senyum terlihat samar di bibir seksinya ketika dia tahu kalau dirinya adalah wanita yang pertama untuk pria itu. Entah bohong atau tidak, yang dikatakan Alex tadi malam mampu membuatnya bahagia."Kau pandai mengelak
Setelah Alex meninggalkannya. Mega tidak langsung menyusul pria itu, dia tiba-tiba merasa lelah dan perlu istirahat sejenak. Dia berjalan menuju sofa yang berada di sudut lobi, kemudian duduk dengan nyaman di sana.Mega belum siap menyusul Alex yang sedang marah karena pasti sangat sulit memadamkan api yang sedang berkobar.Sementara itu, Kim menarik napas panjang ketika melihat Mega malah duduk. Sebenarnya Kim ingin menyusul Alex, tetapi niatnya dia urungkan karena sudah mendapat keyakinan kalau nanti dirinya akan diusir dari ruangan tuannya."Nona, sebaiknya Anda segera menyusul Tuan Alex sekarang!" saran Kim dengan suara lemah lembut seraya berjalan menghampiri wanita itu."Kau mau melihat dia melukai aku lagi seperti yang dilakukannya kemarin? Tubuhku sampai sekarang bahkan masih merasakan sakit seperti diremuk karena perbuatannya," balas Mega jujur dengan nada kesal.Ya, yang dia katakan memang benar, Alex tidak hanya membuatnya terluka, tetap
Kaki Mega bergetar, tidak kuat lagi untuk berdiri dengan benar setelah mendapat pelepasan yang pertama.'Ah, aku membenci diriku yang malah menikmati permainannya, tubuhku pasti sudah tidak waras karena selalu merespon baik setiap sentuhannya. Oh, aku sangat membenci diriku yang lemah di depannya.' Mega memeluk leher pria itu walau dirinya merasa tidak suka.Tubuhnya sangat lemas setelah mencapai puncak untuk pertama kali. Mega benar-benar kehabisan tenaga, kondisi kesehatannya yang sedang tidak baik membuatnya sangat mudah lelah dan pusing."Kita belum selesai, Sayang. Kau tidak boleh lelah dulu! Kita akan menikmati waktu ini denganmelalukan sesuatu yang nikmat." Alex membopong tubuh lemah wanita itu dan membawanya ke sebuah kamar yang cukup besar walau hanya berada di ruang kerjanya."Aku tidak mau melakukanya, tolong jangan paksa aku! Aku mungkin saja bisa mati kalau kau menggauliku," ucap Mega yang berada dalam gendongan pria itu."Kau pikir ak
Sora sebenarnya masih bisa mengejar pria itu, tetapi tidak mungkin dia pergi dengan tubuh yang masih polos. Dimas yang mendengar umpatan dari wanita itu hanya menanggapi dengan tersenyum sinis seraya menggelengkan kepala pelan. Dia tidak pernah mengatakan kalau dirinya pria baik-baik karena memang dirinya bukan pria baik. "Dia bilang kalau aku ini brengsek? Ha-ha ... apa dia tidak pernah berkaca kalau dia jauh lebih brengsek dariku. Sebagai seorang ibu, dia tega mengkhianati putri kandungnya sendiri demi seorang pria," ucap Dimas yang sudah berada di dalam mobil. Dia ingat dengan status Sora yang bukan wanita bebas. "Seorang ibu seharusnya sangat menyayangi anak mereka, bukan malah menyakiti seperti yang dia lakukan kepada putrinya." Dimas mengambil napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. "Hah! Biarkan saja dia menangis sampai puas karena aku tidak lagi peduli dengannya." Dimas melirik ke arah Sora sebentar sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kediam
"Sudah kejam sejak berada di dalam kandungan?" Kim mengulangi perkataan Mega, sangat percaya dengan perkataan wanita itu karena sepertinya apa yang dikatakan Mega tidak mungkin terjadi. Kim bahkan dengan sengaja menepikan mobilnya dan berhenti, dia ingin tahu lebih detail tentang penjelasan Mega."Kenapa berhenti?" Mega menoleh ke arah Kim."Saya ingin mendengar penjelasan Anda dulu, Nona." Pria itu menatap Mega lekat, terlihat jelas ada kesedihan di mata wanita itu."Ibuku tidak pernah mencintai papa, dia juga tidak menginginkan memiliki anak dari papaku, tetapi suatu malam tanpa sengaja mereka berhubungan dan jadilah aku. Ibuku berkali-kali berusaha menggugurkan aku, tetapi papa selalu melarangnya. Setelah aku lahir, ibuku pergi meninggalkan aku dan papa, dia kembali hanya menyerahkan surat perceraian." Mega lagi-lagi tersenyum masam."Kalau ibumu tidak mencintai papamu, kenapa mereka bisa menikah?" Kim sangat penasaran, ternyata kehidupan setelah perni
"Tidak!" teriak Mega. Dia membenturkan dahinya dengan dahi Dimas sampai pria itu terpaksa mundur sambil mengusap dahinya yang berdenyut nyeri. Kepalanya mendadak merasa pusing karena ulah Mega. Dimas menatap Mega penuh amarah, dia bersumpah akan membuat wanita itu lemas nanti.Merasa memiliki kesempatan untuk melarikan diri, Mega langsung bangun dari posisi berbaringnya. Dia langsung berlari hendak keluar dari rumah, tetapi Dimas berhasil menahan dirinya dengan cara menarik tangan kanannya. "Lepas!" teriak Mega, dia sekuat tenaga berusaha melepaskan tangan Dimas yang mencengkeram erat pergelangan tangannya."Kau tidak akan bisa kabur," ucap Dimas dengan nada tinggi. Pria itu langsung menggendong Mega dengan paksa seperti membawa karung beras. Dimas membawa wanita itu masuk ke sebuah kamar yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang dan tidak memedulikan punggungnya yang terus dipukuli wanita itu.'Tuhan, tolong aku! Jangan sampai dia menikmati