Vanilla Prastika (24 tahun) terpaksa melarikan diri dari Aryan Aditama (26 tahun) saat hamil setelah mengetahui dirinya hanya dijadikan bahan taruhan. Ia memutuskan untuk membesarkan sang anak seorang diri karena sakit hati. Tidak dinyana 4 tahun kemudian bertemu lagi dengan Aryan secara tidak disengaja di sebuah hotel. Vanila merupakan produsen penyetor hiasan makrame di hotel yang baru saja dibeli oleh Aryan. Kali ini Aryan sempat berbicara dengan Zayn (3 tahun) putra yang disembunyikan Vanilla darinya. Karena rasa penasaran terhadap alasan Vanilla yang dulu pergi tiba-tiba dan anak yang bersamanya, Aryan pun melakukan penyelidikan. Lambat laun ia mengetahui jika Zayn adalah putranya, tetapi Vanilla sudah akan menikah dengan pria lain, Gavin. Semakin Vanilla menghindar, Aryan kian mendekat dan merasakan benih-benih cinta yang tersisa. Vanilla yang semula ragu dengan pernikahan dengan Gavin, semakin bimbang untuk melanjutkan pernikahan tersebut. Apalagi ibu Gavin tidak setuju, karena Vanilla adalah seorang ibu yang memiliki pernikahan sebelumnya. Karena itu, Vanilla membatalkan pernikahan dan membuat Gavin tidak terima. Suatu saat, Gavin menculik Vanilla. Aryan yang panik langsung menyelamatkannya. Melihat perjuangan Aryan, Vanilla luluh dan Gavin dipenjara karena upaya penculikan terhadap Vanilla. Akhirnya Vanilla dan Aryan menikah dan bahagia selamanya
View MoreBab 38 (21+)Vanilla terus mengetuk pintu kamar Zayn, sembari menyebutkan namanya. Namun, Zayn tidak ingin membukakan pintu dan membiarkan sang ibu masuk ke dalam.“Zayn, bisa kita bicara sebentar?” ucap Vanilla dengan nada lirih.Pintu memang tidak terkunci, tetapi Vanilla tidak akan masuk tanpa izin dari Zayn. Vanilla sudah mengajarkan menghormati privasi kepada Zayn sejak kecil. Sehingga tidak akan asal masuk paksa.“No!” seru Zayn.“Oke, take your time. Mommy akan bicara saat Zayn sudah tidak marah lagi,” ujar Vanilla.Langkah kaki Tante Lusi yang menaiki tangga, membuat Vanilla menoleh. Wanita paruh baya itu mendekati Vanilla dan tampaknya sudah tahu apa yang terjadi. Well, mbok Dar yang menceritakan drama beberapa saat yang lalu.“Tante.” Wajah Vanilla yang berhias mata sembab ditampakkan. Air matanya kembali menetes saat mengingat kejadi
Bab 37Keenam pasang mata putra Aditama mencuri lihat satu sama lain. Mereka saling melemparkan pertanyaan yang sama. Mengenai alasan Aryan mengumpulkan mereka semua. Well, tentu karena ini tidak seperti biasanya.“Tumben sekali Aryan mengumpulkan kita semua, ada apa?” tanya Vian melemparkan tatapan pada Jival.“Mana aku tahu,” jawab Jival sembari mengangkat kedua bahunya. Lantas ia menoleh pada Narendra yang duduk di sofa seberang. “Kak, ada apa ini?”“Entahlah.” Narendra yang notabenenya kakak kandung Aryan juga tidak tahu apa yang sedang terjadi.“Apa ini berkaitan dengan warisan?” Ucapan Rama menciptakan lirikan berkilat dari Narendra.Menyadari lirikan tajam tersebut, Jai menonjok bahu Rama pelan. “Jangan asal bicara!”“Sepertinya ini pembahasan yang sangat serius, tidak sekedar warisan atau jabatan.” Ucapan Sagara
Bab 36Reaksi yang didapati oleh Vanilla sangat berbeda dengan celetukan Zayn semalam. Sekarang bocah itu mengerutkan bibirnya diikuti kedua mata yang berkaca-kaca.Melihat Zayn seperti itu membuat Vanilla lemah. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan tubuh untuk sekedar memeluk Zayn, apalagi menjelaskan kepada bocah itu. Zayn terlalu kecil untuk bisa mencerna semua masalah yang terjadi antara kedua orang tuanya.Rasa marah, sedih, kecewa pada diri sendiri bercokol hebat di dalam dada. Vanilla merutuki diri sendiri berulang kali. Karena dosa yang ia lakukan, sang putra harus ikut menanggungnya. Zayn yang tidak tahu apa-apa harus menjadi cemoohan orang lain. Mendapatkan predikat anak haram yang tidak dimengerti oleh bocah itu.Tangis Zayn pecah. Aryan yang terlihat lebih bisa menguasai emosi, langsung menghampiri Zayn, berniat untuk memeluknya. Namun, Zayn memundurkan langkah dan memilih untuk bersembunyi di balik tubuh Mbok Dar. Mata Zay
BAB 35Lampu kamar Zayn masih menyala terang, menemani suara Tante Lusi yang terdengar membacakan dongeng sebelum tidur kepada Zayn. Jika belum mengantuk, Zayn membutuhkan bantuan Vanila agar terlelap dengan bantuan membacakan buku cerita. Karena Vanilla belum pulang, sekarang tugas itu digantikan oleh Tante Lusi sementara.“Kambing itu tidak membukakan pintu saat mendengar lagu yang diputar di depan rumahnya,” cerita Tante Lusi. Zayn terdiam dan memasang rungu dengan seksama. “Setelah melihat dari jendela, ternyata ada serigala yang siap menyantap kambing itu jika saja pintunya dibukakan.”“Harusnya kambing minta tolong,” ucap Zayn menginterupsi.“Tolong! Tolong!” Tante Lusi memainkan peran seolah menjadi anak kambing yang membutuhkan pertolongan. “Kambing itu lalu meminta pertolongan hewan-hewan di sekitarnya.”“Hah, syukurlah. Akhirnya kambingnya
Bab 34Saraf Gavin berhenti sesaat setelah mendengarkan kalimat itu terlontar dari bibir Vanilla. Ia tidak bisa mengedipkan kedua matanya, hanya bisa terperangah dan berharap ini adalah mimpi.“Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini,” lanjut Vanilla yang berhasil menyadarkan Gavin jika ini nyata dan bukan mimpi.“Van … Vanilla, aku minta maaf.” Gavin berusaha meraih tangan Vanilla ke dalam genggaman, tetapi Vanilla menghindar. “Aku bisa jelasin.”Bola mata Vanilla memutar pada Gavin. “Penjelasan? Aku berusaha mencari penjelasan dari segi apapun masih nggak ketemu, Vin. Kok bisa kamu melakukan itu untuk mendapatkan restu Mama kamu.”“Aku nggak punya cara lain, Van. Aku sayang sama kamu, sama Zayn. Aku ingin jadi bagian dari kehidupan kalian. Maaf, aku terpaksa melakukan kebohongan kecil itu.”Lutut Vanilla lemas lalu terjatuh di kursi teras rumah. Ia menyug
Waktu Vanilla tertahan kala Aryan mengucapkan kalimat itu. Iris kecokelatan Vanilla masih menatap sepasang mata Aryan yang selalu berhasil melemahkannya. Sepersekian detik mereka saling beradu pandang, seolah sedang menyelami isi hati yang paling jujur melalui mata.Jemari Aryan terus mengusap jejak air mata yang terus mengalir dari mata indah Vanilla. Ia memang pria brengsek yang tidak pernah memikirkan efek dari perbuatannya. Sejak kecil selalu bertindak suka-suka dengan mengandalkan kekuatan dari Aditama. Aryan selalu bisa lolos dari apapun jika bersembunyi di balik nama besar Aditama. Bahkan ia tidak pernah takut untuk merusak kejayaan sang ayah. Well, pria yang selalu menorehkan luka di hati sang ibu itu pantas menderita.Bagi Aryan, bermain wanita adalah hal yang wajar. Hingga ia tidak menyadari jika cinta yang tulus itu memang ada. Seperti kasih yang selalu diberikan oleh sang ibu. Pun Vanilla pernah memberikan cintanya pada Aryan, dulu.Kejadian yang baru saja terlewat seolah
BAB 32Aryan merendahkan kecepatan mobilnya saat sudah hampir sampai di toko makrame Vanilla. Tampak ada beberapa motor serta dua mobil terparkir manis di sana. Semakin hari memang pelanggan kerajinan tali milik Vanilla itu bertambah. Hingga tawaran dari Aryan masih tidak digubris oleh Vanilla.Melirik dari ekor mata pada pribadi Vanilla yang masih sibuk membalas pesan di ponsel. Zayn ada di pangkuannya sambil menyandarkan kepala. Meskipun sudah diperbolehkan untuk pulang, Zayn masih terlihat sedikit lemah. Belum bisa terlalu aktif seperti biasa.Senyum tipis yang terukir di bibir Vanilla, membuat Aryan penasaran dengan siapa wanita itu berbalas pesan. Mungkin saja dengan Gavin, Aryan mencoba menebak. Well, tidak ada yang salah mengingat mereka akan segera menikah.“Are you Okay, Sayang?” tanya Vanilla kepada Zayn sambil mengelus kepalanya.Zayn mengangguk sambil tersenyum dan menengadah pada sang ibu.
BAB 31Arah pandang Aryan ikut menggeser ke arah Zayn, lantas mengusap puncak kepalanya pelan. Dipandang keseluruhan rupa Zayn dan Vanilla secara bergantian. Ia masih tidak menyangka sudah memiliki buah hati sebesar Zayn. Sungguh Tuhan memang berkuasa penuh akan takdir seseorang.“Jagoan Daddy, cepet sembuh ya? Jangan buat Mommy sedih lama-lama,” ujar Aryan dengan suaranya yang parau.Niat awal ia juga ingin mengusap puncak kepala Vanilla, tetapi urung. Gerakan tangan Aryan tertahan di atas kepala Vanilla lalu kembali ditarik untuk menjauh.Melangkah pelan untuk keluar dari ruang perawatan sang putra lalu Aryan mengembuskan napas lega. Sesak yang mengikat rongga dada, seolah melonggar. Ia merasa lega sudah mengutarakan sebagian isi hatinya pada Vanilla. Well, meskipun Vanilla tidak mungkin mendengarkan hal itu.“Hah!” Aryan tersenyum miring. “Ternyata kamu benar seorang pengecut, Aryan.”
Kaki Aryan mengayun terburu-buru sambil menjepit ponsel antara pipi dan pundak. Sementara tangan yang lain sedang melepaskan kancing lengan dan melipatnya hingga ke bagian siku. Ia baru saja selesai test food chef baru di The Heights hotel. Sebelum hotel itu menjadi milik Aditama grup, kerap sekali mendapatkan nilai rendah terkait kualitas makanannya. Sehingga Aryan harus ikut memastikan demi reputasi hotel dari Aditama grup.“Makan siang? Sekarang?” tanya Aryan pada Narendra yang berada di seberang telepon. “Ah, aku tidak bisa, sudah ada acara.”[“Kita sudah membicarakannya di grup kemarin. Kamu nggak baca?”]“Nggak. Aku tidak bisa sekarang, sampaikan pada yang lainnya. Oke.” Panggilan mereka terputus, Aryan yang melakukan.Segera ia melajukan mercedes jeep-nya untuk menjemput Zayn. Sesekali Aryan melirik waktu pada arloji yang melilit pergelangan tangan, sebab tidak ingin terlambat menjemput sang putra.
Jemari lentik dengan pulasan kuteks warna pink neon itu terus menyisir helaian rambut Aryan tanpa berhenti. Jambakannya semakin menguat ketika lembut bibir Aryan menghisap kecil setiap inci tubuh yang sedang bergelinjang nikmat. Desahan saling bersahutan memenuhi ruangan yang mengadopsi arsitektur minimalis modern tersebut. Cermin besar yang membentang seakan merekam penyatuan panas dan penuh mereka.Lidah Aryan bermain di sekitar puncak dada Vanilla yang sudah mengeras dan mulai memainkannya. Posisi Aryan duduk di pinggiran ranjang, sementara Vanilla berada di pangkuannya."Ah ... Aryan!" Vanilla mendongak ketika milik Aryan semakin menghujam miliknya tanpa henti. "Aryan, please ...."Darah dalam tubuh Vanilla semakin memanas ketika tangan Aryan terus meremas bokong bulatnya. Iris segelap obsidian milik Aryan terus menyorot ke arah Vanilla diikuti desahan yang lolos dari bibirnya. Dua hal yang membuat Vanilla seakan terhipnotis dan ingin mendominasi permainan.Gerakan pinggul Vanilla
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments