Cahaya Mutiara

Cahaya Mutiara

Ini adalah γ€ŠMaulyna》 fanfiction

Oleh:Β Β MauliyanaΒ Β On going
Bahasa:Β Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
12 Peringkat
16Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Β Β 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Hah! Mondok?" Membayangkannya saja membuat Rara pusing. Pastinya susah untuk hidup di tempat asing. Namun, apa yang membuat Rara akhirnya mau untuk tinggal di pesantren? Rara berjumpa dengan seorang lelaki yang selalu bertanya kepadanya apa itu Islam. Seorang Jordan Michele, musafir Cina yang merantau ke Indonesia. Jordan sangat menyukai pemandangan alam. Namun, faktanya belum tentu sang alam juga menyukainya. Bagi seorang Jordan Michele, Rara adalah mutiara yang berkilauan. Hanya Rara yang bisa membuat Jordan menemukan takdir yang lebih bercahaya. Yaitu Islam. Saat Rara bersamanya hidupnya terasa sangat bercahaya. Namun apa jadinya jika tiada Rara? Gelap, pekat, sunyi, diam, dan sendiri. Saat mereka saling jatuh hati, di saat itulah Jordan berani menentang alam yang tak meridhoinya. Sebuah perjuangan membela keyakinan di dunia untuk meraih pintu berkah yang bercahaya seperti mutiara. kisah cinta yang berkelok-kelok, obsesi dengan cinta, agama yang diragukan, hingga manusia yang lupa kepada Pencipta. Bagaimanakah mereka menjalin cinta dengan adanya perbedaan agama? Bagaimanakah cara mereka berdoa bersama pada Tuhan yang berbeda? ***** Your life is my story.

Lihat lebih banyak
Cahaya Mutiara Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Murhanisah
Nice. smangat thor ini cerita berfaedah banget
2021-09-14 00:13:19
1
user avatar
Eneng Susanti
Salam dari Khair dan Khaira. satu gendre kita ... akhirnya ketemu cerita religi juga disini.
2021-09-12 20:09:17
1
user avatar
Dira Azahra
Sumpah ini gak rugi kalo baca. Berfaedah banget!
2021-09-03 21:57:55
2
user avatar
Maanovpy
Berbeda agama itu emang godaan besar ya Kak. Di sisi lain kita pasti memihak agama, tapi kalau udah ada rasa pasti berat melepas. Good luck, ya. Rekomendasi cerita religi yg bagus di tengah-tengah maraknya cerita tanpa amanat ...
2021-09-02 23:28:02
2
user avatar
Mauliyana
Love my story
2021-08-14 07:21:28
1
user avatar
Kyna
Wah keren. Semangat nulisnya, ya!
2021-08-06 17:06:56
2
user avatar
Abu Khair
Lanjutkan,,, dan tetap semangat
2021-08-01 21:30:56
2
user avatar
Demong
Bagus sekali ceritanya..
2021-08-01 20:19:17
2
user avatar
Mauliyana
Noce to you story
2021-08-01 19:53:38
1
user avatar
Mauliyana
Alhamdulillah
2021-09-02 23:00:17
0
user avatar
Mauliyana
alhamdulilah
2021-09-03 21:40:24
0
user avatar
Mauliyana
Alhamdulillah
2021-09-02 23:00:41
1
16 Bab
1. Kelulusan
Pagi yang cerah menandakan matahari telah terbit dari ufuk timur. Sekelompok manusia serentak berseragam sekolah atasan putih dengan bawahan abu-abu yang tengah berbaris rapi di sebuah lapangan yang luas. Terlihat mereka senyap namun ada pula yang mengeluh pada cuaca. Akhirnya seorang wanita yang agak gemuk berjalan menaiki mimbar yang sudah disediakan. "Selamat pagi, murid-murid semuanya."  "Pagi, Bu," jawab serentak mereka pada seorang yang diyakini adalah seorang guru. "Baiklah, dalam kesempatan kali ini saya sebagai kepala sekolah SMA Bina Bakti dan segenap yayasan beserta para majelis guru menyatakan bahwa, seluruh siswa dan siswi SMA Bina Bakti kelas Xll dinyatakan " LULUS" dengan surat pernyataan tertulis yang sah." Sorak gembira para murid terlihat jelas saat seorang kepala sekolah selesai berbicara. Suara teriakan bahagia diiringi dengan suara tepuk tangan yang keras. Para murid yang tadinya berbaris rapi kini telah berhamburan m
Baca selengkapnya
2. Impian Rara
πŸ”ΉπŸ”ΉπŸ”ΉπŸ”Ή Mata Rara membulat sempurna kala mendengar perkataan abah. Nafasnya memburu naik turun. "Hah! Mondok?" Abah mengangguk membenarkan. "Kenapa mondok, Bah?" tanya Rara yang masih terkejut. "Eh, kenapa kamu tanya, jelas kalo mondok itu pendidikan yang sangat baik."  "Tapi Bah, aku pengen kuliah," ucap Rara yakin. "Kuliah atau tidak, itu tak mengapa, Ra. Belajar bisa dimana saja, asalkan niatnya belajar bukan untuk main-main," tutur abah.   "Kalo kita mampu kuliah, kenapa kita tidak melakukannya? Abah, di kampus itu aku bisa belajar merancang, meneliti design stylist yang aku mau, belajar bersama profesor besar, dan aku bisa meraih cita-cita menjadi dsigner hebat," tungkas Rara panjang lebar. "Dan di Pesantren itu kamu bisa melakukan yang kamu mau itu. Kamu bebas dengan gaya kamu. Dan yang paling penting, kamu di situ di bimbing dengan aturan Agama Islam."  Rara bangkit dari ku
Baca selengkapnya
3. Rara Ngambek!
 Gadis itu—Rara yang masih setia menutup rapat kedua matanya. Mata yang sembab, hidung yang memerah, dan suhu badan yang panas. Umi juga masih setia duduk di ranjang tempat Rara berbaring. Umi terus memandangi Rara seraya mengompres dahi Rara menggunakan handuk yang basah. Berusaha untuk menormalkan suhu badan Rara yang panas.Tak lama kemudian, Rara mulai terganggu dengan aktifitas umi, dan perlahan membuka kedua kelopak matanya. Yang pertama dilihat Rara adalah sebuah wajah cantik yang tengah tersenyum kepadanya. Manusia yang melahirkannya. Umi.Umi yang merasa Rara menatapnya segera beranjak memeluk Rara, "Alhamdulillah, Rara. Umi senang kamu akhirnya sadar." Rara tersenyum merasakan dan membalas pelukan hangat umi.Umi menyudahi pelukannya, "Nak, kamu baik-baik aja, kan? Ada yang sakit gak, sayang?" tanya umi seraya meraba-raba tubuh Rara.Rara memegangi tangan umi yang masih bergerak, seraya menggeleng kua
Baca selengkapnya
4. Mogok Makan
  Tut tut tuutt.. Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan tinggalkan pesan suara. "Shhh.." Umi mendesis kesal. Lagi dan lagi operator telepon mengucapkan hal yang sama. "Aduh! Abah kenapa gak angkat panggilan Umi, sih?" keluh umi. Dengan langkah mondar-mandir, umi terus berkomat kamit pada layar ponselnya. "Ditelpon gak dingkat, di SMS gak dibales. Abah gimana sih!" gerutu umi kesal. Hari sudah semakin malam namun belum terlihat batang hidungnya abah, atau terdengar suara mobil pun tak ada. Sudah sejam lamanya umi terus menunggu abah di ruang depan. Andai saja umi tau ini akan terjadi, umi pasti tidak akan membiarkan abah untuk pergi. Akhirnya rasa kegelisahan umi pun terbalaskan dengan adanya suara deru mobil di depan rumah. Umi pun langsung membuka pintu untuk menghampirinya. Ketik melihat seorang lelaki yang turun dari dalam mobil, umi langsung menghmpirinya dan menjabat tang
Baca selengkapnya
5. Kesempatan Buat Rara
Tok.....tok..... Jari jemari yang hanya bergerak pada atas meja untuk memantulkan bunyi. "Huuuuhhh." Helaan nafas lelah yang sudah terlalu banyak abah lakukan. Entah apa lagi yang harus dilakukan.  "Eum..maafin Umi ya, Bah," pinta umi memohon hati-hati dari seberang meja. "Seharusnya Abah yang minta maaf. Kalo waktu itu Abah gak ngebentak Rara, pasti sekarang gak akan begini. Abah minta maaf ya, Mi," tutur Abah. "Dan gak seharusnya juga Umi ikutan ngambek. Umi minta maaf ya, Bah."  Umi dan abah saling memandang dari sebrang meja, "iya, udah dimaafin," ucap umi dan abah secara bersamaan. Merasa hal seperti itu jarang terjadi, umi dan abah menjadi terkekeh sendiri menanggapi perlakuan mereka bersamaan. Abah melihat sekelilingnya. "Sekarang apa lagi yang ada. Isi kulkas abis, nasi gak ada, roti gak ada, jajanan gak ada. Sekarang dapur jadi sepi begini," keluh abah ketika melihat rak-rak yang tak berpenghu
Baca selengkapnya
6. Pengajian
MOBILE LEGEND. Jari jemari mungil Rara terus bergerak pada layar ponselnya. Pandangan matanya terus fokus pada game online yang dimainkannya. "RARA!" Aish..pagi-pagi begini umi sudah teriak saja. Entah apa yg diinginkan umi. "Iya, bentar!" teriak Rara menyahuti. "RARA CEPETAN!" SHUTDOWN. "Yah, kan. Mati kan jadinya!" kesal Rara.  Rara memanyunkan bibirnya. Gara-gara umi meneriakinya dia jadi kehilangan kefokusannya. Dengan melangkah malas, Rara menghampiri umi yang berada di dapur. "Iya Umi, ada apa?" "Tuh, cuci piring!" perintah umi. Rara melirik piring kotor yang berada di dalam ember. "Sebanyak itu?" tanya Rara tak percaya. "Makanya, kalo gak mau nyuci banyak itu lepas makan piringnya langsung dicuci, bukan malah dibiarkan saja." omel umi. "Ya, kan itu Rara lagi mager," sahut Rara. "Jadi perempuan, kok' pemalas. Pokoknya kamu cuci piring itu sampai bersih. Dan jang
Baca selengkapnya
7. Teman
"Selamat pagi semuanya. Maaf mengganggu waktunya sebentar."Pagi hari ini ada yang kedatangan beberapa cowok yang masuk ke kelas yang dihuni oleh Rara."Pagi, Kak," ucap semua orang serentak."Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya. Saya Ardhiansyah," ucap seorang cowok memperkenalkan dirinya."Saya Randi Mahesa," lanjut seorang cowok lainnya."Saya Reza.""Hari ini ada pemberitahuan, bahwa dosen yang akan masuk ke kelas kalian di jam pertama tidak jadi masuk, dikarenakan sedang sakit. Jadi, di jam pertama ini kalian boleh ke luar kelas. Terimakasih." ucap Ardhi memberitahu.Setelah selesai berbicara, ketiga cowok itu beranjak pergi dari kelas diiringi dengan banyaknya wanita yang menyorakinya. Mereka saling berdesakkan untuk mengerumuni ketiga lelaki itu, walaupun hanya sekedar berfoto atau pun meminta tanda tangan."Aaaaa! Omaygatt!"Rara menutup rapat kedua telinganya. Ia tak tahan jika harus mendengar teriaka
Baca selengkapnya
8. Berkenalan Dengan Hijab
Tringg...tringg..tringg...Suara nyaring alarm yang berada di atas meja berusaha membuyarkan mimpi indah seorang manusia cantik yang masih setia memejamkan matanya.Rara yang tak kunjung sadar ia tetap pada posisinya yang sedang memeluk erat bantal guling empuk miliknya. Sesekali ia merasa terusik dengan suara alarm yang menggema, namun ia tetap memejamkan matanya. Padahal, matahari sudah mulai memancarkan sinarnya yang panas."Rara, bangun yuk! Hari ini kamu kan kuliah."Lelaki paruh baya itu berusaha membangunkan putrinya yang terlelap. Tak segan ia juga menggoyang-goyangkan badan anaknya itu."Eughh! Abah, bentar lagi lah," sahut Rara mengeluh. Rara tak berusaha membuka matanya, ia tetap membiarkan kelopak matanya menyatu."Eh, sudah jam berapa ini. Kamu jangan males-malesan!" Abah menarik paksa pergelangan tangan Rara untuk bangun, alhasil Rara terduduk di kasurnya seraya mengucek-ngucek matanya."Cepetan! Abah tunggu
Baca selengkapnya
9. Pasar Malam
  Aamiinn..Rara mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sebagai tanda berakhirnya shalat maghrib yang Rara kerjakan.Dengan keadaan yang masih menggunakan mukena, Rara ke luar kamar menemui abah yang sedang duduk di ruang depan.Abah menggeser badannya untuk memberikan Rara ruang untuk duduk di sampingnya.Rara duduk pada posisi kaki bersila untuk menghadap abah, "Bah, Rara mau nanya, tapi Abah jawab jujur, ya.""Hmm, oke.""Rara cantik gak?" tanya Rara.Abah tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, "Cantik, cantik banget!"Rara merapikan mukenanya, "Kalo penampilan Rara sekarang ini cantik, gak?" tanya Rara lagi."Iya, cantik kok'." "Menurut Abah, Rara cantik berhijab atau gak berhijab?" tanya Rara."Kenapa tiba-tiba kamu nanya, gitu?" "Abah! Rara nanya, Abah malah balik nanya! Jawab dulu yang jujur!" gerutu Rara kesal.Rara terus memandangi a
Baca selengkapnya
10. Harta Abah
 Triingg!Liya[Pliis, jangan marah dong.][Gue janji gak bakal gitu lagi.][Uuu, tayang😘😘😘][Gue tau salah, maafin dong.][Maaf.][Maaf.][Maaf.]Rara memandang malas layar ponselnya, pesan whatsapp dari Liya membuat Rara badmood saja pagi ini. Ia takkan mengetikkan apa pun untuk membalas pesan Liya. Dia sungguh muak, sekali dimaafkan seribu kali lagi Liya berbuat hal yang sama.Mengscrol layar ponselnya ke bawah, Rara tercengang kaget, ada pesan dari nomor yang tak dikenali Rara.+62[Good night, Mutiara.]Rara tersenyum memandang layar ponselnya, ia menyadari bahwa itu nomor telepon Jordan. Ya, sepertinya malam tadi Jordan menyapanya.Rara beranjak bangun dari kasurnya, pagi minggu ini terlihat cerah, Rara pikir lari pagi adalah aktivitas pagi yang baik.Saat menuju kamar mandi, Rara tak sengaja melihat abah di kamarnya sedang memegang sebuah kotak kayu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status