Suatu Hari di The Rio Grande

Suatu Hari di The Rio Grande

Oleh:  deuxfev  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
15Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cerita ini bermula dari kunjungan Amelia Caras (Mia), seorang gadis nyaris pengangguran ke kedai kopi teman masa kecilnya sekaligus pemuda yang ia sukai diam- diam selama ini, Juan Zavala. Mereka sebenarnya saling menyukai tapi Mia selalu menolak perasaan Juan. Dalam kunjungan yang kesekian kalinya, Mia bertemu dengan pelanggan tua bernama Aguirre yang selalu menganggap Mia mirip dengan kekasihnya dengan menunjukkan foto- foto sang kekasih. Mia sama sekali belum menyadari, bahwa sebenarnya pertemuan itu membawa benang merah yang panjang dengan kunjungan sang ibu dan nenek ke flatnya demi pengobatan Alzheimer nenek. Namun kedatangan keluarganya ke Mexico City berhasil membuat Mia menemukan lagi kisah cinta lama yang terputus, sekaligus menemukan kisah cintanya sendiri.

Lihat lebih banyak
Suatu Hari di The Rio Grande Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
15 Bab
Bab 1 : Di Kedai Kopi Zavala
Bila seseorang selalu punya sekeping kecil dari hati yang tak pernah merasa asing dengan sesuatu, maka bagi Amelia Caras keping kecil itu adalah suasana lalu lintas di Jalan José María Izzaga yang kini dilaluinya.Gadis itu menggerai rambutnya yang hitam kecokelatan, membiarkan tiap helainya ditiup angin yang bercampur dengan residu buangan kendaraan yang hiruk pikuk di jalan. Meski wajahnya sudah memerah oleh sinar mentari dan napasnya tersengal, ia tetap mempercepat kakinya yang diselubungi sepatu lusuh menapaki blok- blok pejalan kaki yang lengang. Siapa saja tahu bahwa lalu lintas di Meksiko –terutama kota kapitalnya –adalah satu dari banyak kota di dunia yang paling ramai, tak teratur, dan hiruk. Jalan dua arah itu akan terasa sesak bagi orang yang menginginkan kedamaian, tapi Amelia merasakan sebaliknya.Ia menghirup udara pagi kuat- kuat –meski sudah bercampur dengan semilir karbon monoksida. Gas itu mungkin akan bertumpuk dan mul
Baca selengkapnya
Bab 2 : Kenangan Masa Lalu
Amelia Caras sebenarnya belum siap dengan pertanyaan ini –ia masih butuh waktu sendiri untuk bermenung- menung menyengsarakan suasana hatinya dan mengutuki hidupnya yang hambar. Ia masih ingin bersedih dan memilukan diri. Tapi entah apa yang menggerakkan tulang rahang bawahnya, Mia pun mengangguk pelan. Ia bahkan mengangkat tangan, mempersilakan.“Claro está, Señor. Tentu saja. Silakan duduk.”Señor Aguirre yang sempat jadi bahan pembicaraannya dengan Juan duduk dengan penuh kelegaan, tepat di depan Mia. Tongkat bantu tadi ia sandarkan di pinggir meja bundar yang mengilap.“Apakah Anda merasa terganggu dengan kehadiran saya, Señorita?” tanya lelaki itu dengan wajah melembut. “Apa Anda lebih suka sendiri?”Mia kaget dengan pertanyaan itu. Aguirre seperti baru saja menyisir otaknya dengan gelombang elektromagnetik, dan mendapatkan info kegelisahan dirinya. Mulut
Baca selengkapnya
Bab 3 : Berita di Perjalanan
Menjelang siang, Mia kembali pulang ke flatnya. Juan dengan senang hati mengantar gadis itu dengan mobil van yang sering ia gunakan untuk membeli keperluan kedai kopi, setelah memastikan ia mendapat persetujuan dari Papanya untuk meninggalkan café sementara waktu. Lagipula menjelang siang begini, café memang agak lengang, dan baru kembali dipadati saat istirahat makan siang. Mia sama sekali tak menolak tawaran Juan dan langsung naik setelah Juan membukakan pintu untuknya. Ia menurunkan jendela kaca mobil dan sempat memandang sekilas pada beberapa gadis dari gerombolan mahasiswa yang nongkrong di café Zavala tadi. Bibir mereka yang berminyak setelah menikmati enchilada dimonyong- monyongkan ke arah van Juan, mata mereka berkedip- kedip. Jelaslah bagi Mia siapa target operasi gadis- gadis genit itu. Ia menyipitkan mata, berusaha membuat gadis remaja yang baru memasuki usia dewasa muda itu tahu diri sedikit. Tapi sepertinya mereka tidak tahu diri sama sekali. Salah satunya bahkan memb
Baca selengkapnya
Bab 4 : Kau Baik- Baik, Mia?
Sejak Mamanya menghubungi tadi, Mia sudah menelepon Anastasia balik beberapa kali. Begitu sang Mama dan nenek sampai di terminal bus, gadis itu menjemput keduanya dengan taksi. Anastasia –Mama Mia –adalah seorang wanita hampir paruh baya yang berperawakan sedang dengan rambut ikal yang hitam panjang. Nenek berada di sampingnya, dengan wajah heran setelah perjalanan panjang yang beliau tempuh. Rambutnya sudah memutih semua dan dipotong pendek, dan lemahnya gerak beliau menyebabkan nenek Mia harus sering- sering berada di atas kursi roda. Mia dan mamanya tak banyak bicara selama berada di terminal ataupun di bus, selain hanya berpeluk hangat karena saling merindukan. Namun begitu sampai di flat dan Mia membukakan pintunya, Anastasia mulai berceloteh. “Mi amor, betapa kurusnya kau, Anakku!” komentar Mamanya dengan cemas. Sementara itu tangannya dengan sigap mengurusi kursi roda nenek Mia, lalu mendudukkan beliau masih tampak linglung. Mendengar
Baca selengkapnya
Bab 5 : Part- Time Pertama Kali
“Sí, Mamá. Aku baik- baik saja. Kenapa?” “Nada,” geleng Anastasia. “Kau hanya terlihat menyembunyikan sebuah masalah. Atau mungkin beberapa masalah.” Mia hanya membalas dengan gumaman, berusaha berkonsentrasi pada supnya sebelum sang Mama menyela kembali. Cepat- cepat gadis itu mengganti topik. “Oh, iya. Bagaimana sebenarnya keadaan nenek, Mamá? Apa yang terjadi dengan penyakitnya? Apa memang begitu –parah?” “Mi amor, mi amor,” keluh Anastasia. “Begitulah. Nenekmu terkadang lupa cara melakukan hal- hal yang biasa ia lakukan. Ia lupa apa itu makan dan bagaimana cara makan. Atau tentang bagaimana caranya ke toilet. Dan seperti yang kau lihat tadi, nenek mulai melupakan orang- orang yang ada di sekitarnya. Ia lupa Ayahmu, aku –anaknya sendiri, dan kadang beranggapan kalau orang- orang di rumah adalah orang asing. Dan demensianya mungkin akan semakin memburuk.” Dengan cepat kepala Mia menoleh pada mamanya. “Sebe
Baca selengkapnya
Bab 6 : Mempertanyakan
Juan menyembur dalam gelaknya saat mendengar perkataan Mia. “Kau bilang apa tadi, Mia? Coba ulangi sekali lagi?” Gadis itu melirik Juan kesal, namun tetap menjawab. “Quarter- life crisis, Juan.” “Hahahahahahahah,” sekali lagi pemuda berlesung pipi itu tertawa terbahak- bahak –bahkan lebih parah dari sebelumnya. Beberapa orang karyawan café Zavala yang baru datang tampak menjauh saat melewati mereka –seakan Juan baru saja terkena penyakit gila sesaat yang menular. “Porqué?” tuntut Mia. “Kenapa kau ketawa- ketawa begitu? Ada yang lucu?” Juan masih memegangi perutnya dengan mata yang berair –yang cepat- cepat ia seka. “No, no. Aku hanya berpikir bahwa orang yang menciptakan istilah itu pasti sangat bangga.” Mia hanya memandang Juan dengan tatapan tak mengerti, dan memilih diam hingga gelak pemuda itu benar- benar reda. “Aku tidak bermaksud mencemooh orang yang menciptakan istilah itu, tidak,” lan
Baca selengkapnya
Bab 7 : Sebelum Perawatan
Aneh sekali rasanya bekerjasama dengan teman, di kedai teman, dan diarahkan pula oleh teman. Setidaknya keganjilan itulah yang terasa bagi Mia. Selama ini ia hanya menjadi pelanggan yang baik di kedai kopi Zavala –menikmati kebebasan dan waktu luangnya yang amat banyak sambil mengamati Juan bekerja. Kini ia menjadi bagian dari kedai ini –terjun langsung sebagai pekerja.Kesal? Tidak. Benci? Ah, tidak juga. Bekerja bersama Juan sebenarnya adalah hal yang paling disukai Mia. Namun ketika kita berada pada posisi yang berbeda, sudut pandang kita pun berubah.Dan sudut pandang Mia yang selama ini sempit –hanya terbatas sebagai pelanggan –kini meluas, membuatnya mengetahui banyak gosip dan desas- desus dalam satu hari bekerja.“Kau lihat anak muda yang terus- terusan memegang ponselnya di pojok sana, Juan?” bisik Mia suatu kali pada pemuda tampan itu.“Hmm- mm. Kenapa?” tanya Juan. Ia melihat sekilas pada orang ya
Baca selengkapnya
Bab 8 : Mario
“Una. Mentira. Más,” ujar Juan Zavala seraya mengangkat jemarinya satu persatu, menekankan tiap kata yang ia ucapkan. “Satu kebohongan lagi. Mia. Sampai kapan kau akan tutup- tutupi semua ini dari Mamamu?”Mia cemberut. “Lo se, lo se. Aku tahu semua ini salah. Semakin lama kebohonganku akan semakin banyak, lo se! Tapi mengertilah, Juan. Tolong pahami keadaanku.”“Tentu aku paham Karena itulah aku membantumu, verdad? Tapi suatu hari kau harus mengatakan yang sebenarnya, Mia. Ini hanya akan membuat ibumu sedih bila kau terus berbohong padanya.”“Claro qué sí. Tapi aku butuh waktu. Dan kekuatan mental.”Juan tersenyum manis dengan lesung pipinya. “Jadi kau tetap ingin mengambil cuti besok?”“Ah, sí. Jika kau mengizinkan.”“Seguro. Sebagai bosmu aku mengizinkan kau cu
Baca selengkapnya
Bab 9 : Sambutan yang Menyenangkan
Sepanjang perjalanan pulang, pandangan Juan berganti- ganti antara lalu lintas di depannya dengan gadis yang begitu diam di sampingnya. Untuk kesekian puluh kalinya pemuda itu menoleh pada Mia, setelah memastikan keadaan jalan di depan mobilnya.“Bagaimana perasaanmu, Mia?”Gadis berambut kecokelatan itu memandangi saputangan Juan yang ia pegang erat- erat di pangkuan sejak tadi. Ia pun lalu menoleh dan tersenyum. “Aku baik, Juan. Gracias.”“Kurasa kau menangis bukan karena bantuanku,” kata Juan sambil lalu. “Kurasa karena hal lain. Atau orang lain.”Ya, sahut Mia dalam hati.“Mario-kah?” tanya Juan coba- coba.Bukan, tapi karena kamu, Juan, ujar Mia lagi dalam hati. Aku cuma tak percaya bagaimana mungkin aku masih menyukai Mario secara buta, namun aku tak bisa menerima cintamu setelah bertahun- tahun ini kau ada di sampingku. Aku masih merasakan getar
Baca selengkapnya
Bab 10 : Beberapa Barang
Esok harinya, kira- kira pukul sembilan, Anastasia sudah pamit untuk pergi menemui Dokter Amezcua. “Mamá benar- benar bisa pergi sendiri?” Wanita paruh baya berambut ikal hitam nan panjang itu tampak menghembuskan napasnya keras- keras, seakan sedang berusaha menguatkan diri. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya ia berkunjung ke tempat putrinya di Meksiko dan ia tidak tahu- menahu sedikit pun soal lalu lintas Meksiko. Desa mereka yang ada di dekat Rio Grande bukan apa- apa dibandingakn kota ini –desa mereka hanya mengenal becak- becak kecil dan motor. Lalu juga beberapa mobil pick up yang dimiliki pedagang. Alur transportasi tak pernah serumit kota Meksiko. Selain itu, perbincangannya dengan Dokter Amezcua sebelumnya juga hanya dijembatani dokter mereka di desa. Anastasia tak pernah berbincang langsung ataupun bertemu muka dengan sang dokter terkenal ini –sehingga ia sama sekali tidak yakin bagaimana pertemuan ini akan berlangsung. Anastasia benar- benar merasa asing dan buta arah.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status