“Ngapain loe ngasih gue ginian?”
“Gue cuma pengen jadi cowok pertama yang ngasih loe cincin” jawab Ilham tulus Setulus tatapannya pada Aya saat ini. Dan inilah alasan kenapa Ayyana selalu kalah dengan perasaannya sendiri, sebesar apapun keinginannya untuk menjauh tapi Ilham selalu memperlakukannya seolah spesial Ayyana akui, selama ini ia tak pernah melihat Ilham seperti ia melihat Adrie. Walau sekeras apapun ia mendoktrin bahwa Ilham adalah kakaknya sama seperti Adrie, tapi hatinya tak pernah membenarkan hal itu. Baginya Ilham memiliki tempat lain dalam hatinya, tempat yang tak pernah dihuni nama lain sebelum dia Namun perasaan itu dipatahkan dengan kehadiran Anggi, walau Ilham tak pernah menjelaskan hubungan keduanya tapi semua perlakuan pria itu selalu menunjukkan jika mereka punya hubungan lebih Hubungan yang justru menyakitkan bagi Ayyana Terlebih saat semua hal yang kadang Aya anggap hanya berlaku padanya, namun juga berlaku pada Anggi. Semua perhatian yang kadang Aya anggap hanya diberikan padanya namun juga pada Anggi “Dokter Anggi bisa salah paham kalau liat oleh-oleh gue sebagus ini” Ilham mengalihkan pandangannya, jujur saja menjadi bagian dari keluarga Hilman adalah sesuatu yang sangat ia syukuri, namun berat baginya untuk menerima kenyataan bahwa gadis dihadapannya saat ini harus ia anggap sebatas adik bahkan lebih dari sekedar adik sepupu sebagaimana status mereka sebenarnya oOoOo Dita membuka pintu ruangan Aya setelah mengetuknya, didalam sana sahabatnya itu masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya “Belum kelar?” Tanya Dita mendekat Aya meliriknya sekilas “Tinggal dikit lagi, loe duluan ajah” “Udah malem ini Ayy, lanjut besok lagi” Usul Dita “Kita udah lembur beberapa hari loh” “Nanggung Dit” Ucapnya, namun melihat Dita ikutan duduk di sampingnya Ayyana mendelik “Katanya mau pulang?” “Gue nggak setega itu kali ninggalin loe sendirian” Tak tega melihat Dita yang kelelahan, Aya segera merapikan pekerjaannya “Udah ayo pulang” Setelah memasuki mobil Aya melirik jam tangannya, sudah lewat jam sepuluh malam itu artinya tersisa dua jam lagi sebelum hari berganti. Dan malam ini adalah hari terakhir dari tenggat kesepakatannya dengan Fakhri. Ia sebenarnya berniat pulang setelah jam dua belas, tapi ia juga tidak tega dengan Dita Selama seminggu terakhir, Ayyana benar-benar menghindari tempat-tempat umum karena tak ingin ada insiden tak sengaja bertemu pria itu. Dan karena malam ini adalah akhir dari perjuangannya memerdekakan diri, ia tidak ingin setengah-setengah. Tapi jika dipikir-pikir kemungkinan untuk mereka bertemu juga sangat sedikit bukan? "Bismillah" Ucapnya sebelum melajukan mobil meninggalkan halaman kantor, menyusul Dita yang sudah tancap gas duluan Walau sesekali menguap lantaran ngantuk dan kelelahan, tapi suasana jalanan yang tampak lenggang membuat Ayyana berkendara dengan cukup santai dan nyaman Hingga dering panggilan masuk di ponselnya membuat perhatian Aya teralihkan, ia mengurangi kecepatan mobilnya kemudian merogoh tas di samping kemudi mencari keberadaan benda yang terus berdering itu BRUUKK "Astagfirullah" Jerit Aya saat mobilnya tak sengaja menabrak sebuah mobil yang berhenti di depannya Ia menghela nafas dan bersandar pada jok mobil mengatur debaran jantungnya yang serasa hampir copot. Karena sibuk mencari ponsel, Ayyana sampai tidak memperhatikan jika mobil di depannya akan berhenti Setelah cukup tenang, ia merogoh kembali tasnya mencari keberadaan ponselnya yang sudah tak lagi berdering, tertera nama Adrie disana dalam bilah notifikasi panggilan tak terjawab Sebelum turun ia sempatkan mengirim pesan pada sang kakak, memberi kabar jika ia sudah dalam perjalanan pulang. Lalu merapalkan beberapa doa, meminta perlindungan dan pertolongan pada yang maha kuasa, berharap pemilik mobil di depannya tidak memperpanjang masalah "Bismillah" Ucap Aya membuka pintu kemudi, lalu menghampiri sang pemilik mobil yang tengah sibuk menelpon sambil memeriksa kerusakan mobilnya "Bentar Dri, gue ada masalah kecil ini, nanti gue hubungin balik" Ucap pria itu mengakhiri panggilannya "Assalamu'alaikum" Ucap Aya pelan, membuat pria itu berbalik Dan seketika tubuh Ayyana lemas saat melihat pemilik mobil yang ditabraknya itu adalah 'FAKHRI' Ayyana tau takdir kadang suka bercanda, tapi nggak harus segaring ini kan? Setelah seminggu ia membatasi pergerakan demi menghindari pertemuan dengan Fakhri, tapi malam ini? Saat perjuangannya hampir mencapai titik akhir, bahkan hanya dalam hitungan jam sebelum hari berganti, semuanya justru runtuh dan berakhir sia-sia Sudah jatuh, ketiban tangga pula "Wa'alaikumussalam" Jawab Fakhri tak kalah kagetnya Fakhri berdehem lalu menetralkan raut wajah kesal dan kagetnya. Ia melipat kedua tangannya didepan dada lalu bersandar ke badan mobil lalu menatap Ayyana dengan penuh kemenangan Ayyana memijat pelipisnya yang seketika berdenyut nyeri lalu berucap "Maaf, saya nggak sengaja nabrak mobil bapak" "Saya rasa kamu pasti tau kan, biaya perbaikan mobil saya ini nggak murah" "Bapak tenang ajah, saya akan tanggung jawab" Tak ingin membuang waktu lebih banyak, Ayyana mengambil ponselnya lalu mengulurkannya pada Fakhri "Silahkan tulis nomor rekening bapak, nanti saya transfer" Dengan senang hati Fakhri menerima ponsel itu dan mengetikkan beberapa nomor disana "Oh ya, saya hampir lupa" Fakhri menunjukkan jam dan tanggal di ponsel Ayyana "Kamu nggak lupa kan sama perjanjian kita?" "Makan siang dan ganti rugi kerusakan mobil bapak" Ucap Aya menekankan "Sekarang balikin ponsel saya" Pintanya menahan kekesalan "Saya punya usul yang lebih baik. Gimana kalau ganti rugi dan makan siangnya dirapel?" Ayyana menautkan alis "Maksudnya" "Makan malam sama keluarga saya" "NGGAK! Enak ajah" Tolak Aya mentah-mentah "Sesuai perjanjian awal. Titik" Melihat raut wajah Ayyana semakin kesal, Fakhri terkekeh pelan lalu mengembalikan ponsel itu "Mana nomor rekening bapak?" Tanya Aya saat tak mendapati sebiji nomor pun yang ditulis Fakhri disana, terus tadi pria itu menekan apa di ponselnya? "Saya nggak hafal" jawabnya "Oh ya, soal makan siang, nanti saya kabari kapan dan dimananya" Tak ingin ambil pusing, Ayyana hanya mengangguk saja dan kemudian pamit pergi lebih dulu. Sementara Fakhri, ia mengecek w******p dari Adrie ‘Ayyana udah dijalan katanya’ ‘Gue udah ketemu’ Balas Fakhri“Ngapain loe ngasih gue ginian?”“Gue cuma pengen jadi cowok pertama yang ngasih loe cincin” jawab Ilham tulusSetulus tatapannya pada Aya saat ini. Dan inilah alasan kenapa Ayyana selalu kalah dengan perasaannya sendiri, sebesar apapun keinginannya untuk menjauh tapi Ilham selalu memperlakukannya seolah spesialAyyana akui, selama ini ia tak pernah melihat Ilham seperti ia melihat Adrie. Walau sekeras apapun ia mendoktrin bahwa Ilham adalah kakaknya sama seperti Adrie, tapi hatinya tak pernah membenarkan hal itu. Baginya Ilham memiliki tempat lain dalam hatinya, tempat yang tak pernah dihuni nama lain sebelum diaNamun perasaan itu dipatahkan dengan kehadiran Anggi, walau Ilham tak pernah menjelaskan hubungan keduanya tapi semua perlakuan pria itu selalu menunjukkan jika mereka punya hubungan lebihHubungan yang justru menyakitkan bagi Ayyana Terlebih saat semua hal yang kadang Aya anggap hanya berlaku padanya, namun juga berlaku pada Anggi. Semua perhatian yang kadang Aya anggap ha
“Jadi gimana mbak? tante?” tanya Aya setelah memperlihatkan konsep pernikahan yang sudah dirancangnya Maya – calon istri Raka, tersenyum tipis lalu menatap Aya tak enak “Konsepnya bagus, bagus banget malahan. Cuman mbak sama mas Raka tuh pengennya yang sederhana ajah”“Iya sayang” ucap Dania “Mereka juga maunya, pernikahannya itu dilaksanakan di rumah. Jadi mungkin konsep yang kamu buat agak kurang cocok”“Tapi saya buat ini sesuai sama permintaan Pak Fakhri, tante” jelas AyaIa masih mengingat dengan jelas ucapan Fakhri hari itu ‘Terserah konsepnya seperti apa yang penting pernikahannya harus mewah, harus glamor’ dan satu lagi ‘pernikahannya akan dilaksanakan di hotel keluarga kami’Tapi sekarang? Kenapa kedua wanita cantik di hadapannya ini malah mengatakan sebaliknya. Apa Fakhri semenyebalkan itu sampai ia juga harus mengerjainya dalam hal pekerjaan? Yang benar saja“Fakhri?” tanya Dania “Aduh soal itu tante minta maaf ya Aya, sebenarnya tante nyuruh Fakhri temuin kamu har
“Kemarin gimana sama anaknya Dania?” Tanya Ayu setelah Ayyana ikut bergabung di meja makan, seperti biasa jika ada miting pagi pasti ayahnya akan berangkat lebih awal“Jangan bahas itu deh bu, aku males” keluh Aya“Kok gitu?”“Ibu tau nggak, anak tante Dania yang aku temuin itu bukan yang mau nikah, mana orangnya nyebelin banget, nggak bisa diajakin ngomong serius”“Tapi Fakhri ganteng kan?” goda ibunyaAya memicingkan mata, menatap curiga pada perempuan itu “Ibu tau yang aku temuin itu bukan calon pengantinnya?”Menyadari raut wajah ibunya, Aya mendelik “Terus kenapa nggak bilang sama aku?”“Kalau ibu bilang, yang ada kamu nggak akan mau ketemu Fakhri”“Ibu nggak tau ajah gimana nyebelinnya itu orang, ya Allah nggak lagi-lagi deh bu aku ketemu sama dia”“Heh, nggak boleh ngomong gitu” tegur Ayu “Jodoh nggak ada yang tau loh, nanti ternyata Fakhri jodoh kamu gimana”“Ibu mah jangan aneh-aneh” Aya mengerucutkan bibir tak suka dengan ucapan sang ibuAyu menanggapi ekspresi Ayyana denga
Ayyana jengah dengan jawaban Fakhri yang santai dan terlihat jelas menahan tawanya, ia meraih laptop dan tasnya lantas berdiri tanpa berniat menanggapi ucapan Fakhri. “Loh kamu mau kemana?” cegah Fakhri ikut berdiri “Saya nggak ada waktu ngeladenin orang kayak bapak” sentak Aya kesal Kali ini tawa renyah sukses keluar dari mulut Fakhri “Saya nggak suka cewek ambekan” Aya meliriknya jengah “Saya juga nggak berharap disukain sama bapak” “Sayangnya saya sudah terlanjur suka sama kamu” Dengan kekesalah yang sudah mencapai ubun-ubun Aya beranjak “Saya permisi. Assalamu’alaikum” Pamitnya tak tahan menanggapi pria itu “Yang mau nikah kakak saya” jujue Fakhri sebelum Aya melangkah lebih jauh “Kamu kan nggak nanya siapa yang mau nikah, kamu nanyainnya calon istri saya” lanjutnya kembali duduk dengan santai Terlanjur kesal, Ayyana yang kini menghentikan langkahnya tetap tak bergeming dan masih melempar tatapan tajam kearah Fakhri. Pria itu terlanjur membuat moodnya tak baik “Saya seriu
“Maaf sudah membuat bapak menunggu” ucap Aya tak enak setelah mendaratkan bokongnya pada sebuah kursi, berseberangan dengan seorang pria yang diketahuinya adalah anak dari tante Dania Pria dengan setelan jas lengkap itu melirik jam ditangannya “Kamu membuat saya menunggu sekitar sepuluh menit” ucapnya “Tapi setidaknya kamu beruntung, karena jadwal saya hari ini lumayan lenggang” Aya menanggapi ucapan pria itu dengan senyum ramah tak lupa mengucapkan terima kasih atas kesediannya untuk menunggu. Tak berapa lama, pelayan datang menghampiri meja mereka dan keduanya lantas memesan minuman. Setelahnya, Aya pun segera menyalakan laptop yang ia bawa, bersiap memulai bahasan mereka namun pria itu lebih dulu membuka suara “Nama saya Ahmad Al-Fakhri, tapi kamu bisa panggil saya Fakhri” perkenalnya “Saya Ayyana pak” “Boleh saya panggil Aya saja?” tanyanya “Saya dengar Mami memanggil kamu dengan panggilan seperti itu” lanjutnya memberikan penjelasan atas tatapan bertanya di wajah Aya “Itu