Share

Bab 05

Penulis: Dhia Dharma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 13:49:37

“Ngapain loe ngasih gue ginian?”

“Gue cuma pengen jadi cowok pertama yang ngasih loe cincin,” jawab Ilham tulus.

Setulus tatapannya pada Ayyana saat ini. Dan inilah alasan kenapa Ayyana selalu kalah dengan perasaannya sendiri, sebesar apapun keinginannya untuk menjauh tapi Ilham selalu memperlakukannya seolah spesial.

Ayyana akui, selama ini ia tak pernah melihat Ilham seperti ia melihat Adrie. Walau sekeras apapun ia mendoktrin bahwa Ilham adalah kakaknya sama seperti Adrie, tapi hatinya tak pernah membenarkan hal itu. Baginya Ilham memiliki tempat lain dalam hatinya, tempat yang tak pernah dihuni nama lain sebelum dia.

Namun perasaan itu dipatahkan dengan kehadiran Anggi, walau Ilham tak pernah menjelaskan hubungan keduanya tapi semua perlakuan pria itu selalu menunjukkan jika mereka punya hubungan lebih.

Hubungan yang justru menyakitkan bagi Ayyana. Terlebih saat semua hal yang kadang Aya anggap hanya berlaku padanya, namun juga berlaku pada Anggi. Semua perhatian yang kadang Aya anggap hanya diberikan padanya namun juga pada Anggi.

“Dokter Anggi bisa salah paham kalau liat oleh-oleh gue sebagus ini.”

Ilham mengalihkan pandangannya, jujur saja menjadi bagian dari keluarga Hilman adalah sesuatu yang sangat ia syukuri, namun berat baginya untuk menerima kenyataan bahwa gadis dihadapannya saat ini harus ia anggap sebatas adik bahkan lebih dari sekedar adik sepupu sebagaimana status mereka sebenarnya.

oOoOo

            Dita membuka pintu ruangan Ayyana setelah mengetuknya, di dalam sana sahabatnya itu masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya.

“Belum kelar?” Tanya Dita mendekat.

Ayyana meliriknya sekilas. “Tinggal dikit lagi, loe duluan ajah.”

“Udah malem ini Ayy, lanjut besok lagi,” usul Dita. “Kita udah lembur beberapa hari loh.”

“Nanggung Dit,” ucapnya. Namun melihat Dita ikutan duduk di sampingnya Ayyana mendelik. “Katanya mau pulang?”

“Gue nggak setega itu kali ninggalin lo sendirian.”

Tak tega melihat Dita yang kelelahan, Ayyana segera merapikan pekerjaannya. “Udah ayo pulang.”

Setelah memasuki mobil Ayyana melirik jam tangannya, sudah lewat jam sepuluh malam itu artinya tersisa dua jam lagi sebelum hari berganti. Dan malam ini adalah hari terakhir dari tenggat kesepakatannya dengan Fakhri. Ia sebenarnya berniat pulang setelah jam dua belas, tapi ia juga tidak tega dengan Dita.

Selama seminggu terakhir, Ayyana benar-benar menghindari tempat-tempat umum karena tak ingin ada insiden tak sengaja bertemu pria itu. Dan karena malam ini adalah akhir dari perjuangannya memerdekakan diri, ia tidak ingin setengah-setengah. Tapi jika dipikir-pikir kemungkinan untuk mereka bertemu juga sangat sedikit bukan?

"Bismillah," ucapnya sebelum melajukan mobil meninggalkan halaman kantor, menyusul Dita yang sudah tancap gas duluan.

Walau sesekali menguap lantaran ngantuk dan kelelahan, tapi suasana jalanan yang tampak lenggang membuat Ayyana berkendara dengan cukup santai dan nyaman.

Hingga dering panggilan masuk di ponselnya membuat perhatian Aya teralihkan, ia mengurangi kecepatan mobilnya kemudian merogoh tas di samping kemudi mencari keberadaan benda yang terus berdering itu.

BRUUKK!!

"Astagfirullah," jerit Ayyana saat mobilnya tak sengaja menabrak sebuah mobil yang berhenti di depannya.

Ia menghela nafas dan bersandar pada jok mobil mengatur debaran jantungnya yang serasa hampir copot. Karena sibuk mencari ponsel, Ayyana sampai tidak memperhatikan jika mobil di depannya akan berhenti.

Setelah cukup tenang, ia merogoh kembali tasnya mencari keberadaan ponselnya yang sudah tak lagi berdering, tertera nama Adrie disana dalam bilah notifikasi panggilan tak terjawab.

Sebelum turun ia sempatkan mengirim pesan pada sang kakak, memberi kabar jika ia sudah dalam perjalanan pulang. Lalu merapalkan beberapa doa, meminta perlindungan dan pertolongan pada yang maha kuasa, berharap pemilik mobil di depannya tidak memperpanjang masalah.

"Bismillah," ucap Ayyana membuka pintu kemudi, lalu menghampiri sang pemilik mobil yang tengah sibuk menelpon sambil memeriksa kerusakan mobilnya.

"Bentar Dri, gue ada masalah kecil ini, nanti gue hubungin balik," ucap pria itu mengakhiri panggilannya.

"Assalamu'alaikum," ucap Ayyana pelan, membuat pria itu berbalik.

Dan seketika tubuh Ayyana lemas saat melihat pemilik mobil yang ditabraknya itu adalah 'FAKHRI'.

Ayyana tau takdir kadang suka bercanda, tapi nggak harus segaring ini kan? Setelah seminggu ia membatasi pergerakan demi menghindari pertemuan dengan Fakhri, tapi malam ini?

Saat perjuangannya hampir mencapai titik akhir, bahkan hanya dalam hitungan jam sebelum hari berganti, semuanya justru runtuh dan berakhir sia-sia.

Sudah jatuh, ketiban tangga pula.

"Wa'alaikumussalam," jawab Fakhri tak kalah kagetnya.

Fakhri berdehem lalu menetralkan raut wajah kesal dan kagetnya. Ia melipat kedua tangannya didepan dada lalu bersandar ke badan mobil lalu menatap Ayyana dengan penuh kemenangan.

Ayyana memijat pelipisnya yang seketika berdenyut nyeri lalu berucap. "Maaf, saya nggak sengaja nabrak mobil Bapak."

"Saya rasa kamu pasti tau kan, biaya perbaikan mobil saya ini nggak murah,"

"Bapak tenang ajah, saya akan tanggung jawab."

Tak ingin membuang waktu lebih banyak, Ayyana mengambil ponselnya lalu mengulurkannya pada Fakhri.

"Silahkan tulis nomor rekening Bapak, nanti saya transfer."

Dengan senang hati Fakhri menerima ponsel itu dan mengetikkan beberapa nomor disana.

"Oh ya, saya hampir lupa," Fakhri menunjukkan jam dan tanggal diponsel Ayyana.

"Kamu nggak lupa kan sama perjanjian kita?"

"Makan siang dan ganti rugi kerusakan mobil Bapak," ucap Aya menekankan

"Sekarang balikin ponsel saya." pintanya menahan kekesalan.

"Saya punya usul yang lebih baik. Gimana kalau ganti rugi dan makan siangnya dirapel?"

Ayyana menautkan alis. "Maksudnya?"

"Makan malam sama keluarga saya."

"NGGAK! Enak ajah." Tolak Aya mentah-mentah. "Sesuai perjanjian awal. Titik."

Melihat raut wajah Ayyana semakin kesal, Fakhri terkekeh pelan lalu mengembalikan ponsel itu.

"Mana nomor rekening Bapak?" Tanya Aya saat tak mendapati sebiji nomor pun yang ditulis Fakhri disana, terus tadi pria itu menekan apa di ponselnya?

"Saya nggak hafal," jawabnya. "Oh ya, soal makan siang, nanti saya kabari kapan dan dimananya."

Tak ingin ambil pusing, Ayyana hanya mengangguk saja dan kemudian pamit pergi lebih dulu. Sementara Fakhri, ia mengecek w******p dari Adrie.

‘Aya udah dijalan katanya.’

‘Kita udah ketemu.’ Balas Fakhri

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 34

    “Tolong jaga adik gue dengan baik.”Tangan Fakhri bergetar hebat, cairan darah bertebaran dimana-mana, bahkan kini pakaian putihnya pun sudah setengahnya berwarna merah.Pria di pangkuannya saat ini terus saja menggumamkan satu kalimat yang sama, pesan untuk ia menjaga adiknya.“Lo harus kuat Za, sebentar lagi ambulans datang. Lo harus bertahan.” Ucapnya sesak.Air matanya sudah tak terbendung, tak kuasa menyaksikan sahabatnya kesakitan dan tak berdaya.“Gue titip Jihan, ya.”“Jaga dia baik-baik.”“Reza… Lo harus kuat.” Tubuh Fakhri bergetar hebat memeluk tubuh berlumur darah itu. Keringatnya bercucuran, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai Reza kenapa-kenapa.“Dia udah pergi Fakhri, kita harus bisa ikhlas.” Ucap Daffa memegangi pundaknya dari belakang.“NGGAK! NGGAK MUNGKIN.” Fakhri berteriak histeris, sosok Reza yang tadi berbaring dengan lumuran darah di pangkuannya kini sudah berada diatas brangkar rumah sakit dengan kondisi pucat pasi bersama kedua orang tuany

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 32

    “Lah, pengantin baru bangunnya cepat banget?” Ujar Adrie mendekati Ayyana yang sudah bergelut di dapur bersama Luna, keduanya tengah sibuk membuat sarapan.“Emang ada aturannya kalau pengantin baru harus bangun siang?” Tanya Ayyana balik.“Ya kan kasian suaminya tinggal, minimal tungguin kek sampai bangun.”“Apa sih? Dia tuh udah gede, Gio ajah kalau bangun langsung keluar kamar sendiri.”“Ya beda lah.”“Terus Kak Adrie sendiri gimana? Kak Alma udah dari tadi disini.”“Kita mah udah lama nikahnya Aya.”“Sama ajah.”Luna yang mendengar perdebatan mereka hanya geleng-geleng kepala, syukurnya Ayu datang dan segera melerai mereka berdua. “Heh? Ini kenapa pagi-pagi udah pada ribut sih?”“Tuh Bu, Kak Adrie yang mulai.”“Ya kan kasian Bu, suaminya ditinggal.” Bela Adrie. “Teman Kakak tuh, harus kamu layani dengan baik.”“Iya tau, nanti aku kasih pelayanan bintang lima buat Pak Fakhri.”“Eh, kok manggilnya gitu?” Sela Ayu. “Masa suami masih dipanggil Pak sih, belajar panggil Mas mulai sekara

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 32

    “Dia gadis yang lucu,” Ucap Fakhri tanpa mengalihkan pandangnya.Bayangan sosok gadis dengan seragam khas anak SMP tengah menggebuki seorang siswa SMA dengan ransel putihnya terlintas dalam benak Fakhri, pelan tapi pasti senyum di bibirnya pun kian mengembang.“Katanya nggak pernah menjalin hubungan karena terlalu sibuk tapi kayaknya Bapak punya kenangan indah soal cinta pertama.” Ejek Ayyana.“Mungkin lebih baik tidak saya ceritakan, takutnya kamu malah cemburu sama dia.”“Enak ajah.”“Jadi mau dengar?”Ayyana angkat bahu seraya menegakkan badan, bersiap mendengar cerita asmara seorang Fakhri.“Dia cantik.” Kata pertama yang menggambarkan sosok gadis itu, namun cantik relatif jadi Ayyana tak terlalu antusias.“Usianya empat tahun lebih muda dari saya, namanya sering saya dengar dari obrolan teman-teman di tongkrongan, tapi karena kata mereka dia punya kakak yang galak, jadi sulit untuk mendekatinya.”“Awalnya saya biasa ajah, sampai akhirnya kita pertama kali bertemu di depan sekolah

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 31

    “Makasih.” Ucap Dita begitu mobil Daffa berhenti di depan rumahnya.“Sama-sama Kak,” jawab Kayla dan Vano di bangku belakang, sementara Daffa hanya berdehem singkat.Begitu Dita keluar dari mobil, Kayla dan Vano kompak mengulurkan buket yang tadi ditangkap Daffa dan mendorong pria itu ikut keluar.Daffa hanya menghela nafas pelan, kesal dengan diri sendiri yang tak bisa menolak permintaan kedua bocah SMA itu.Dita menautkan alis, heran mengapa Daffa ikut keluar, “Kenapa?” Tanyanya.Dengan canggung, Daffa berjalan mendekat. Suasana malam yang terasa sejuk tiba-tiba saja berubah panas dan gerah. Daffa kembali berdehem, berusaha menormalkan perasaannya sendiri.Ia heran, kemana perginya rasa percaya diri yang ia punya dan bangga-banggakan selama ini? Bahkan ia mengakui dirinya sebagai pria yang mudah memikat hati perempuan mana pun. Tapi kenapa ia justru gugup berhadapan dengan Dita yang sudah jelas pernah ia taklukkan dulu.“Buat lo,” ucapnya mengulurkan buket tersebut.“Ngapain ngasih

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 30

    "SAH!"Ucapan para saksi yang duduk di sisi Fakhri membuat pria itu menghembuskan nafas lega."Alhamdulillah," lirihnya bersama beberapa orang yang lain termasuk Adrie, Raka dan orang tua mereka yang turut menyaksikan akad nikah tersebut.Hilman bahkan meneteskan air mata haru setelah berhasil menjadi wali nikah untuk putri satu-satunya.Setelah itu, Ayyana dengan pakaian pengantin putihnya keluar bersama Luna dan Alma sebagai pengiring pengantin.Fakhri menatap lamat perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya, perempuan yang pernah mengatakan bahwa takdir kadang suka melempar lelucon. Dan kali ini ia kembali membenarkan hal itu, nyatanya Ayyana yang dulu sempat ia sukai diam-diam saat perempuan itu masih berstatus siswa SMP, ternyata kini berhasil ia persunting sebagai istri meski dengan berbagai drama pelik.Begitu mereka berhadapan, Ayyana lantas diarahkan untuk menyalami tangan sang suami dan Fakhri sendiri membacakan doa pernikahan pada sang istri, lalu ditutup dengan mengecu

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 29

    Dita sejak tadi hanya mengaduk makanannya tanpa minat, perasaannya masih belum membaik sejak hubungannya dan Alvin kandas terhalang keyakinan Hal itu sebenarnya sudah jadi pertimbangan sejak awal, namun pengakuan Alvin yang bersedia untuk pindah meluluhkan hatinya. Tapi semua tak semulus yang mereka rencanakan, nyatanya untuk menyatu dalam ikatan pernikahan bukan hanya melibatkan dua orang tapi dua keluarga "Obat sakit hati tuh apa sih Ayy?" Lirih Dita frustasi Ayyana yang sedang asyik menyantap makanannya berhenti sejenak, memperhatikan sahabatnya yang seolah kehilangan semangat hidup Sesakit itu ya putus cinta? "Temukan cinta yang baru" Jawab Ayyana "Cinta yang abadi" "Nggak segampang itu" Keluh Dita "Lagian mana ada cinta yang abadi. Dunia aja fana kok" "Ada kok. Cinta pada Allah dan Rasulullah" Dita terdiam, ia bersandar pada kursi lalu tertunduk "Gue udah melenceng terlalu jauh kayaknya" Selama ini, Ayyana selalu mengingatkannya, Ayyana selalu memberinya nasehat bahkan s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status