Athena bisa bernapas lega karena semua keluarga Darrel menjaga dan menyayanginya. Sudah lama sekali dia tak mendapatkan semua itu semenjak keluarganya tiada. Setelah masuk ke dalam kelasnya ternyata Soraya masuk ke kelas dimana Athena dan yang lain berada. Soraya yang melihat Darrel ada disana pun tersenyum penuh minat ke arah Darrel. "Aku mau duduk sama dia, jadi lebih baik kamu pergi dari sini!" Soraya dengan kadar percaya diri yang tinggi mengusir Athena yang saat ini duduk bersama Darrel. Tapi Athena tetap bergeming di tempatnya dan itu membuat Soraya geram. Dia menarik tangan Athena sampai Athene berdiri dari duduknya. Hal itu membuat Darrel seketika langsung bangun. Bugh ..... Aww...... Soraya meringis karena Darrel tanpa banyak bicara langsung mendorong tubuh Soraya dan menarik kembali Athena untuk bersamanya. "Kasar banget jadi cowok!!" teriak Soraya keras. Darrel menaikan sebelah alisnya merasa aneh dengan sikap Soraya. "Jangan mulai jika tak ingin di kas
Dante dan Daniar malam itu benar benar melakukan semuanya. Meskipun tak sampai membobol milik Daniar. "Tidur disini, nggak usah balik ke kamar." ucap Dante. Setelah semua yang mereka lakukan Dante memaksa Daniar tidur disana. Daniar pun tak bisa bergerak dengan bebas karena wajahnya masih memerah karena malu. "Kenapa malah diam hmm?" "Aku malu, kenapa bisa sampai begini? Aku seperti wanita malam." ucap Daniar lirih. Dante memeluk Daniar dengan erat. Dia mencium puncak kepala Daniar sekali lagi. "Hanya aku yang tahu, dan jika ada yang membicarakan mu seperti itu aku akan langsung menghabisinya. Jadi jangan khawatir tentang apapun." Daniar mencari kenyamanan dalam pelukan Dante, tak lama matanya sudah mulai terpejam dan tidur di pelukan Dante. Dante yang melihat Daniar sudah pergi ke dunia mimpi pun menyusulnya. # Keesokan paginya semua sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan. "Kalian akan menikah seminggu lagi!" Byurrr..... Uhukkk..... Uhukkk...
"Dante.... heh Dante....." Sejak tadi Daniar berusaha membangunkan Dante yang tengah tertidur pulas di sofa kamar tamu. Daniar datang kesana karena ingin mengantarkan selimut yang masih baru pada Dante. Dante yang samar samar mendengar suara Daniar perlahan membuka matanya. Dan terlonjak kaget. Daniar yang ada di depannya memasang wajah yang aneh. "Sial, kenapa bisa aku bermimpi seperti itu!!" batin Dante. Kepalanya berdenyut dan jelas dia menyadari jika bagian bawahnya mengeras karena mimpi basah tadi. "Sejak kapan kamu ada disini?" tanya Dante curiga. Daniar merasa aneh dengan pertanyaan Dante padannya. "Sejak kamu tertidur pulas disini, dan ehmmm aku mendengar suara seperti orang....mph..." Dante menutup mulut Daniar dengan tangannya agar tak meneruskan perkataannya. Bisa malu dia kalau sampai Daniar tahu Dante membayangkan sesuatu yang sedikit berani dengan Daniar. "Aku lepas tapi berhenti mengoceh!" Daniar mengangguk dan perlahan Dante melepas tangannya dar
Malam semakin larut, Kavaya dan King menyudahi semua obrolan mereka. Kavaya dan King kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Berbeda dengan Darrel dan Denzel serta Dante. Mereka memilih begadang di perpustakaan mansion agar tak ada yang mengganggu mereka. Denzel ingin tahu lebih jauh siapa yang terlibat dengan Azzura. Dan jika dalam pikirannya benar berarti saat ini Azzura sedang dalam bahaya. Dalam darah Azzura mungkin terkandung formula yang membuat kedua orang tuanya tewas. "Lihat, semua hasil penelitian kedua orang tua Zura tak ada lagi yang bisa di temukan. Entah ini di hapus, atau sengaja di hilangkan atau bahkan masih tersembunyi." Denzel berhasil masuk ke situs dimana kedua orang tua Azzura menyimpan banyak data. Tapi anehnya yang tersisa hanya beberapa saja. Dan itu bersifat umum. Darrel yang sejak tadi terus mengamati meminta laptop Denzel dan jari tangannya bergerak dengah lincah dia tas keyboard itu Dante terus mengamati apa yang di lakukan Darrel lalu melih
Perkataan Darrel membuat mereka penasaran tapi Dante mendengus kesal karena Darrel jelas akan membuka kedoknya. "Jangan di bahas sekarang, tapi kalau kalian ingin bergerak setelah ini. Aku bisa tinggal lebih dahulu. Biar mama dan papa aja yang pulang. Gimana?" Kali ini wajah Dante kembali serius. Darrel pun melihat kedua orang tuanya dan mereka mengangguk. Athena sendiri cukup terkejut jika Dante memilih untuk membantunya. "Ma, pa, bisa aku nyusul aja?" ijin Dante. "Sebenarnya kamu tak harus ikut pulang juga tak apa apa, papa masih bisa handle disana. Kalau kamu mau bantu Darrel silahkan. Kamu bisa bawa anggota kamu jika masih kurang." Dante mengangguk mengerti, kali ini pembahasan bukan lagi soal lamaran Dante dan Daniar karena itu sudah di tetapkan. Tak lama dari itu Denzel juga sudah kembali bersama Azzura. "Tahu pulang juga, aku kira masih betah di hotel!" sindir Darrel pada kakak keduanya. Bugh..... Denzel melempar bantal sofa yang di pegangnya pada Darrel dan m
Daniar terdiam, dia melihat sorot mata Dante yang berubah semakin tajam. Entah kenapa tatapan mata Dante malah membuatnya terdiam tak bisa menjawabnya. "Jangan menakutinya atau aku akan mundur dari club mu!" Suara Darrel terdengar di telinga Dante dan membuat Dante tersenyum tipis. Dante mundur selangkah dan itu membuat Daniar menatap bingung. Darrel berjalan ke arah mereka dengan dua tangannya yang ada di saku celananya. "Kalian saling kenal?" tanya Daniar penasaran. "Dia pemilik perusahaan sekaligus pendiri Club game yang aku dan Athena ikuti. Dengan kata lain bisa di bilang dia atasanku sementara ini." Dante terkekeh mendengar jawaban Darrel yang menyebutnya sebagai atasan. "Apa aku akan tetap di juluki atasan kalau aku menikah dengan saudara kembarmu?" tanya Dante berani. "Aku akan merestuinya jika kamu memberikan jabatan tertinggi atau bisa di katakan perusahan game itu kepadaku, bagiamana?" "Deal!!" "Apaa?? Hei, Darrel kamu jadiin aku barang buat barter?"