Beranda / Romansa / Chef Galak Itu Mantan Pacarku / PART 126: Bang Ocil & Hatta

Share

PART 126: Bang Ocil & Hatta

Penulis: Titi Chu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-16 18:00:17
"Kamu sengaja biarkan Mami terluntang-lantung di Penang?"

"Jadwal aku padat."

"Jadwal padat apa kalau kamu ada di sini?"

"Mami bisa menjaga diri sendiri."

"Tentu Mami bisa, tapi kamu sudah keterlaluan Gun, untuk putar balik sebentar saja kamu banyak alasan sampai—"

Barulah beliau melihatku, yang duduk tegak di sofa. Matanya yang berbulu mata lentik itu seketika menyipit, memindai penampilanku, seperti menilai. Sebelum perlahan, mata itu berubah melebar, menunjukkan pengenalan. Hanya sesaat, tapi aku sempat menangkapnya.

"Apa kabar Tante?" sapaku sopan.

Beliau menatap Gun, lalu menatapku, dan akhirnya kembali lagi ke Gun. Kemudian tampak menelan ludah.

"Apa yang terjadi di sini?"

Aku mengerti pertanyaan itu sebenarnya memiliki makna ganda. Seolah dia ingin mengatakan, kenapa aku bisa di sini? Atau apa yang terjadi sampai aku bisa di sini?

Tanganku gemetar, tapi sebisa mungkin aku meremasnya, menjaga gesturku tetap tenang. Hubungan kami tidak pernah baik. Bahkan sampa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 128: Babak Belur

    (Flashback) Jadwal menstruasiku tidak pernah akurat dan selalu berantakan. Tapi kala itu aku segera mengenali tanda-tandanya. Mual, kepala pusing, napsu makan berkurang, lemas sampai sulit untuk fokus. Meira menyarankan agar aku segera melakukan tes, jadi aku pun menuruti sarannya. Tangan tremor, sampai jantung jumpalitan selama menunggu. Kurasa itu adalah lima menit paling lama di hidupku dan ketika alat tesnya menunjukkan hasil, wajah Gun adalah yang pertama kali langsung terlintas di kepala. "Gimana?" "Positif." Meira membekap mulut. Matanya berkaca-kaca. Lalu dia memeluk tubuhku, memberikan kekuatan. "Nggak pa-pa, nggak pa-pa," bisiknya saat itu, seperti seorang ibu yang sedang menenangkan ketika anaknya ketahuan menghilangkan tupperware di sekolah. Tapi kami sama-s

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 127: Lake Bled

    Itu bukanlah sekadar ungkapan tapi sebuah kebenaran. Perlahan, aku memerhatikan reaksi Gun, kepalaku rasanya ingin pecah. Tapi dia tetap santai meladeni Naga. "Papa, dia siapa?" "Luar biasa," jawab Mami Vero seperti tidak percaya. Tatapannya yang judes itu diarahkan padaku. "Kamu luar biasa." Gun mengernyit. "Kalian sama Nenek di paviliun dulu ya, Hiro Naga?" "Adik?" Naga masih berharap. "Nanti akan Papa usahakan." Barulah dia rela diturunkan, lalu berlari ke arah paviliun tempat Mama berada. Kudorong lembut bahu Hiro. "Ikutin adiknya Mas." Dia nurut, meskipun sambil melenggang malas-malasan. Aku menelan ludah saat mereka sudah tidak terlihat dari pandangan.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 126: Bang Ocil & Hatta

    "Kamu sengaja biarkan Mami terluntang-lantung di Penang?" "Jadwal aku padat." "Jadwal padat apa kalau kamu ada di sini?" "Mami bisa menjaga diri sendiri." "Tentu Mami bisa, tapi kamu sudah keterlaluan Gun, untuk putar balik sebentar saja kamu banyak alasan sampai—" Barulah beliau melihatku, yang duduk tegak di sofa. Matanya yang berbulu mata lentik itu seketika menyipit, memindai penampilanku, seperti menilai. Sebelum perlahan, mata itu berubah melebar, menunjukkan pengenalan. Hanya sesaat, tapi aku sempat menangkapnya. "Apa kabar Tante?" sapaku sopan. Beliau menatap Gun, lalu menatapku, dan akhirnya kembali lagi ke Gun. Kemudian tampak menelan ludah. "Apa yang terjadi di sini?" Aku mengerti pertanyaan itu sebenarnya memiliki makna ganda. Seolah dia ingin mengatakan, kenapa aku bisa di sini? Atau apa yang terjadi sampai aku bisa di sini? Tanganku gemetar, tapi sebisa mungkin aku meremasnya, menjaga gesturku tetap tenang. Hubungan kami tidak pernah baik. Bahkan sampa

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 125: Metamfetamin

    "Kak udah lihat berita terbaru? Roy dan tunangannya ditangkap karena positif narkoba." Langkahku langsung tersendat sambil mengikat apron saat masuk ke dalam kitchen untuk menuju station pasta ketika mendengar kata-kata itu dari Lea. "Kamu yang bener Le?" Lea mengangguk mantap. "Barusan banget Kak, ini langsung trending." "Kapan ditangkapnya? Kok bisa?" Aku segera merapat ke Lea yang menyodorkan layar ponsel. Di sebelahku Mas Gilman ikut kepo. "Semalam kayaknya Kak." Lea sengaja meninggikan sedikit volume suara hingga kini suara sang reporter terdengar menggema. "...Chef Roy Dihan ditangkap bersama tunangannya berinisial ZA, dalam sebuah penggerebekan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dari Satuan Reserse Narkoba Polda Metro Jaya di kediaman mewah mereka di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada subuh, dini hari tadi. Menurut pihak kepolisian, penangkapan ini mer

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 124: Nasi Goreng

    "Kamu harusnya tanya aku dulu, bukannya tiba-tiba mutusin secara sepihak." Jujur, aku merasa seperti dikhianati, aku berusaha mati-matian menjauhkan Mama dari radar kehidupan kami. Tapi Gun dengan mudah malah menempatkannya di rumah bersama anak-anak. "Kamu tau betul gimana Mama aku Gun, kamu lihat sendiri apa yang terjadi di apartemen aku dan apa yang sudah dia lakukan. Dengan kamu membiarkannya tinggal di sini. Itu sama saja seperti kamu mempersilakan dia untuk membuat masalah," kataku menggebu-gebu. Kami sedang berada di kamar berdebat, aku langsung menyeretnya saat kutahu Mama tinggal di rumah. "Kamu harus usir dia Gun." "Kamu harus tenang." "Gimana aku bisa tenang?" tanyaku sambil mondar-mandir. "Kapan kalian ketemu, apa dia minta pekerjaan sama kamu?" Gun diam saja, yang artinya aku benar. "Harusnya kamu nolak." "Dia Mama kamu."

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 123: Begal Kecil

    Aku terbangun dengan perasaan hampa dan mimpi abstrak yang mengingatkanku akan kenangan kami. Keringat dingin merembes di kulitku, namun angin sejuk terasa menampar lembut dari sela jendela. Begitu mataku terbuka, Gun sudah tidak ada. Kuraba-raba ranjang yang baru saja dia tiduri. Dingin. Berarti dia sudah pergi cukup lama. Ponselku yang tergeletak di atas nakas terdengar berdenting sekali. Notifikasi pesan masuk. Aku mengusap layarnya yang retak secara perlahan. (Zara: puas fitnah gue, sepupu?) Aku mengabaikannya, perlahan beringsut duduk, sadar bahwa Zara hanya mencari perkara. Tapi ponselku berdenting lagi. (Zara: kalau ada satu org yg gak suka sama lo, itu bisa dipertanyakan, tp kalau ada banyak yg gak suka sama lo, bukankah harusnya lo intropeksi?) (Zara: karma waiting for u bitch!) (Paramita: cuma lo yg gak suka sama gue dan menghas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status